Stasiun Bungamas

by - 8/25/2024 12:10:00 PM

stasiun-bungamas

Salah satu bangunan bersejarah yang dibanggakan dari desa kami adalah stasiun kecil bernama Bungamas. Satu-satunya kereta yang singgah di stasiun Bungamas adalah Kereta Api Serelo jurusan Palembang-Lubuklinggau, itupun hanya sebentar untuk menurunkan penumpang. Tidak ada loket di stasiun kecil ini, jadi kalau mau naik kereta harus berangkat ke stasiun yang terletak di kota kabupaten. 

Semasa kecil saya bertanya kepada Nek Anang (Kakek). Mengapa stasiun di desa kami bernama Bungamas, padahal lokasinya terletak di desa kami. Mengapa tidak protes dan ganti saja dengan nama desa kami. Nek Anang tersenyum takzim, memberikan penjelasan yang bisa dimengerti oleh anak SD kelas tiga. 

"Karena Bungamas desanya lebih besar, pusat kecamatan kita ada di Desa Bungamas. Orang-orang lebih mengenal Bungamas dibandingkan desa kita."

"tetapi tidak bisa begitu neknang, enak sekali orang Bungamas mengakui stasiun ini punya mereka. Nama desa kita jauh lebih keren, ada Raja-nya" saya protes.

Nek Anang tertawa kecil. Sadar bahwa penjelasannya tidak bisa diterima. Nek Anang lanjut bercerita. Cerita yang sudah mashyur di kalangan para orang tua di desa.

"Dahulu nama desa kita bukan seperti yang kamu kenal saat ini. Orang-orang menyebut desa kita dengan Padang."

"Oh padang, eh bukankah itu kota yang ada di Sumatera Barat nang?" saya menyela cerita Nek Anang.

Beliau tersenyum takzim.

"Tidak ada kaitannya sama sekali dengan Sumatera Barat. Dahulu, desa kita memang sama seperti namanya, hanya barisan padang ilalang yang membentang sepanjang jalan. Rumah-rumah yang saat ini berjejer dari hulu ke hilir desa, dulu hanyalah tanah yang ditumbuhi ilalang yang tinggi, sepi sekali suasannya."

"Desa yang paling ramai dari dulu yaitu Desa Bungamas, kamu tau perkampungan 16 dan 40 di Bungamas? itulah cikal bakal Desa Bungamas, sudah ramai sejak dulu. Bahkan pasar satu-satunya ada di sana, tiap hari kamis warga desa lain berbondong-bondong ke Bungamas. Mereka berbelanja kebutuhan pokok dan rumah setelah panen karet."

"Orang-orang kota lebih mengenal Bungamas dibandingkan desa-desa lain termasuk desa kita, mereka sering menyebut desa kita dengan padang. Lantas atas alasan itulah mengapa stasiun di desa kita diberi nama Stasiun Bungamas"

"Mengapa stasiunnya tidak dibangun di desa Bungamas? karena lokasinya tidak memungkinkan, jarak rel kereta dengan desa Bungamas jauh. Maka waktu itu diputuskan stasiunnya dibangun di desa kita"

"Oh begitu" saya mengangguk pertanda mengerti. Nek Anang selalu punya cara untuk memberikan penjelasan kepada cucu-cucunya.

"Lantas sejak kapan nama desa kita berganti dari Padang ke Tanda Raja? memangnya desa kita punya raja nang?"

Beliau kembali tertawa kecil. "pertanyaanmu persis seperti yang ditanyakan mamakmu ketika seusiamu. Sebentar...."

Nek anang memperbaiki posisi duduknya, kakinya diselonjorkan. Ahh saya sudah paham maksud beliau, syarat mendengarkan cerita-cerita hebat dari Nek Anang yaitu harus mau ngurut kaki beliau. 

"Kau tau setiap kereta api Serelo dari Palembang ke Lubuklinggau selalu berhenti di stasiun desa kita. Pernah suatu ketika Stasiun desa kita ini pernah kedatangan tamu kehormatan. Beliau adalah presiden Indonesia pertama yaitu Soekarno"

"Haah seriusan nang? Soekarno pernah datang ke desa kita?" mulut saya menganga, tak percaya dengan apa yang diceritakan nek anang.

"Bukan datang, hanya singgah sebentar. Waktu itu Beliau sempat turun dan menyapa para warga. Para warga berebutan untuk mengajak salaman. Semenjak hari itu, nama desa kita beurbah menjadi Tanda Raja. Karena desa kita pernah disinggahi oleh Presiden Indonesia."

----

stasiun-bungamas-kikim-timur

Puluhan tahun, stasiun kecil ini tidak banyak yang berubah. Bentuknya hanya seperti itu saja sejak dulu, yang justru membuatnya terasa spesial bagi para perantau, Mereka akan mudah mengingat tiap detail sudut stasiun kecil ini, mengenang nostalgia masa lalu yang menyenangkan di stasiun kecil ini. Termasuk kenangan saya dengan cerita nek anang tentang stasiun ini.

Puluhan tahun, generasi berganti, mungkin nama desa Padang sudah tinggal cerita, orang lebih banyak menyebut desa kami dengan nama yang sekarang. Jauh lebih modern dan gagah, ada kata "Raja"nya. 

You May Also Like

0 komentar