Terima Kasih Jakarta, Kalimat Perpisahan Pindah Tugas dari Jakarta
Saking penuhnya isi kepala, bingung mau bilang atau nulis apa. Biasanya dalam satu bulan saya menulis dua artikel di blog ini, namun di Bulan Juni ini baru bisa posting di minggu terakhir bulan kelahiran saya. Setelah mendapatkan kabar pindah tugas, tangan saya gemetar, bibir saya kelu, hanya batin yang memberontak semua perasaan yang campur aduk.
Akhirnya nama saya muncul di salah satu kep paling sakral di instansi kami. Kep yang ditunggu sebagian orang, sementara mungkin sebagian orang lain mengutuk supaya tidak keluar. Namun yang pasti kep itu harus diterima dengan lapang. Nasihat lama bilang kalau senang jangan terlalu terbawa perasaan, kalau sedih jangan terlalu murung.
Kabar pindah tugas itu menyebar cepat, ada yang mengucapkan selamat, ada juga yang mengucapkan semangat. Pindah tugas itu banyak yang perlu disiapkan, project becerite harus tertunda karena saya mengurus banyak hal, mulai dari pekerjaan kantor, mengemasi barang, memilih jasa cargo yang murah dan terpercaya, hingga menyiapkan rencana tinggal di kota tujuan. Ke mana saya pindah? saya tidak perlu mengatakannya karena sebagian sudah tau.
Terima kasih Jakarta atas kenangannya selama sewindu. Love-hate banget dengan kota ini. Bakal bingung bakal mampir ke mana kalau main ke Jakarta. Terlalu banyak tempat tempat dan orang-orang baik yang punya kenangan bersama. Terima kasih semua semua yang telah menemani #rupasewindudijakarta yang tertangkap kata dan lensa. Terima kasih orang-orang baik. Salam takzim, mohon maaf lahir batin.
Kepada para pembaca di blog ini, di manapun dan kapanpun saya akan berusaha tetap menulis di sini. Bagaimana mungkin saya membiarkan blog ini dihuni sarang laba-laba. Banyak sekali kenangannya, mulai dari pembacanya yang hanya dua orang (saya sendiri dan teman dekat), selang beberapa bulan lima sampai sepuluh orang berkunjung karena saya share di sosial media, hingga pada akhirnya berjumpa dengan pembaca setia.
Sebagai cover postingan ini, saya lampirkan foto buku hujan bulan juni karya mendiang Sapardi Djoko Darmono. Di tempat saya sedang hujan, bagaimana dengan kabar langit Jakarta? salam :)
0 komentar