Jakarta Hajatan yang Pecah dan Meriah
Saya tidak sering menonton konser secara langsung, ini baru yang ketiga setelah konser Sheila on 7 di PTC mall Palembang pada tahun 2016 dan grup band Gigi di Lapangan Banteng tahun 2017. Euforia Jakarta Hajatan tadi malam sangat pecah dan meriah.
Meski bukan "anak konser", saya antusias menikmati malam puncak ulang tahun Jakarta yang ke 495 tahun. Saya paling terkesan dengan penampilan solois Reza Artamevia dengan lagu hitsnya berharap tak berpisah, lalu ada penampilan grup band Padi dengan medley song harmoni dan kasih tak sampai.
Jujur saja, saya tidak hafal tuntas lagu-lagu yang dinyanyikan tadi malam, paling hanya bagian ref saja. Bukan tipe penonton yang bisa sing along. Kehadiran grup band Padi membawa nostalgia masa-masa SMA yang pernah request lagu-lagu mereka di radio. Maklum dulu hp tidak diperbolehkan dibawa ke asrama, jadi hiburan di kamar dengerin radio (selain bermain game tentunya).
Kembali bahas ke kegiatan tadi malam. Masyarakat yang hadir disebut-sebut hampir mencapai 70 ribu. Loh kenapa tidak bisa mencapai kapasitas maksimalnya? alasannya karena tribun timur digunakan sebagai panggung. Jadinya hanya tribun barat, utara, dan selatan saja yang terisi.
Ada yang bertanya kok saya bisa ikut nonton padahal bukan warga KTP DKI, ada yang bilang saya punya kenalan orang dalem dll. Lah lu nya aja nggak update berita :( kegiatan ini sebenarnya untuk masyarakat umum, bebas siapa saja bisa daftar melalui aplikasi JakLingko. Namun tiket yang tersedia hanya tribun selatan dan utara saja, itupun terbatas dan harus berhadapan dengan server aplikasi yang sempat bermasalah.
Tribun barat dikhususkan kepada tamu undangan yang dipenuhi oleh perwakilan tiap kelurahan di DKI. Saya salut dengan konsep ini, warga Jakarta sebagai tuan rumah hajatan disediakan tempat khusus dan diprioritaskan di tribun utama :).
Pemprov DKI menyiapkan 100 bus gratis ke JIS dengan 12 titik lokasi penjemputan. Saya memilih naik bus di terminal Rawamangun yang lebih dekat dari tempat kerja. Setibanya di terminal saya melihat keramaian warga yang juga akan berangkat ke JIS. Kebanyakan perwakilan dari kelurahan Pisangan dan Rawamangun.
Sudah lama tidak merasakan kemeriahan ulang tahun Jakarta setelah terakhir kali dirayakan secara masal pada tahun 2019 yang lalu. Selama dua tahun kemudian hanya secara simbolis karena pandemi covid. Selayaknya kita berterima kasih kepada para nakes dan termasuk ke kita sendiri yang disiplin mematuhi protokol yang dihimbau oleh pemerintah.
Jakarta hampir menginjak 5 abad, perayaan tahun ini digelar bahkan sejak akhir Mei hingga akhir juni. Saking banyaknya event di hari Sabtu kemarin, saya sempat bingung hendak ke mana. Pekan Raya Jakarta (PRJ) juga belum usai dan masih ada selama satu minggu ke depan.
Konser Jakarta Hajatan di JIS digelar selama tiga jam, tayangan ulangnya bisa ditonton di channel youtube Pemprov DKI Jakarta. Saya sarankan jangan nyalakan atau melihat kolom live chat nya karena dipenuhi "saling balas komen " yang berbau politik wkwk.
Selamat ulang tahun Jakarta. Walau masih macet, isu polusi, dan banjir masih menjadi persoalan tetapi saya melihat lebih banyak hal baik. Menyenangkan banyak taman-taman yang dipugar, trotoar jalan utama di perlebar, transportasi publik kian terkoneksi, dan bermunculan ikon-ikon baru.
Pada akhir artikel ini, saya ingin mengutip pantun pak Anies tadi malam. "Minggu pagi ke Jalan Fatahillah. Naik kereta turun di Jakarta Kota. Warga Jakarta enggak boleh menyerah. Meski pandemi masih di sekitar kita".
0 komentar