Museum Fatahillah Bangunan Megah di Kawasan Kota Tua
Sebelum membahas museum Fatahillah atau museum sejarah Jakarta di Kawasan Kota Tua, Penulis akan mengawali tulisan ini dengan pertanyaan, dari sekian banyak Gubernur Jenderal Hindia Belanda ada berapa yang kalian ingat namanya dari belajar sejarah semasa sekolah dulu? honestly Penulis hanya teringat sedikit nama saja, seperti Piter Both Gubernur Jenderal yang pertama. Lalu ada J.P. Coen yang memindahkan markas VOC dari Banten ke Jayakarta. Pada masa Coen jugalah nama Jayakarta diganti menjadi Batavia.
Nama selanjutnya yang Penulis ingat adalah Daendels, yang lekat dengan kerja rodi atas pembangunan Jalan Anyer-Panurukan (sekarang Jalur Pantura). Nama berikutnya Van den Bosch yang terkenal dengan sistem Tanam Paksanya atau Cultuurstelsel. Siapa lagi ya?, oh ya ada Thomas Raffles saat Inggris berkuasa dan Van Der Wijk. Nama terakhir ingat karena ada filmnya , hahaha.
Kalau dihitung-hitung hanya lima saja dari sekian banyak Gubernur Jenderal yang sempat menjabat, maklum pengetahuan sejarah masih minim. Itupun mungkin ada yang salah , correct me if i wrong. Penulis tidak akan membahas sejarah para Gubernur Jenderal itu, melainkan akan membahas salah satu bangunan yang paling menarik perhatian di Kawasan Kota Tua yaitu Museum Fatahillah.
Pintu Masuk Kawasan Kota Tua
Jakarta sedang terik-teriknya saat itu, langit biru dihiasi awan bergumpal bak kapas putih. Gerbong KRL tampak lengang, sepi penumpang. Penulis bisa duduk sambil berselonjor kaki selama perjalanan dari stasiun Manggarai hingga tiba di Stasiun Jakarta Kota. Penulis lantas keluar melalui pintu utara, lalu berjalan kaki menuju Kawasan Kota Tua. Rupanya hanya ada dua pintu masuk yang dibuka, sempat membuat penulis kebingungan masuknya lewat pintu mana.
Salah satu pintu yang dibuka berada di dekat museum Bank indonesia. Pengunjung diminta untuk melakukan scan barcode pada aplikasi peduli lindungi terlebih dahulu, sama seperti ketika masuk mall ataupun transportasi publik. Saat itu pengunjung tidak terlalu ramai meski hari libur akhir pekan, mungkin saja banyak yang belum tau kalau Kota Tua sudah buka kembali sejak akhir Oktober 2021.
Penulis berkeliling sebentar mencari sudut dan komposisi terbaik untuk memotret. Belum terlalu ramai memang, dekat pintu masuk terdapat manusia patung dan ahli ramal garis tangan yang ramah menyapa pengunjung. Para pengamen yang dulu sering berkeliaran di kawasan Museum Fatahillah kini tidak nampak satupun, pun dengan pedagang kopi bersepeda juga belum terlihat.
Sejarah Singkat Museum Fatahillah
Museum ini dulunya bernama Balai Kota Batavia atau Stadehuis van Batavia, dibangun pada tahun 1707 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Van Hoorn dan diresmikan pada tahun 1710 pada masa Gubernur Jenderal Abraham Van Riebeck. Hal ini diterangkan melalui sebuah tulisan yang terukir dalam Bahasa Belanda, berada di dekat pintu masuk museum. Bangunan bercat putih ini resmi menjadi museum pada tahun 1974 pada masa Gubernur Ali Sadikin.
Do's and Don'ts saat berkunjung ke Museum Fatahillah
"Mas, mohon maaf kameranya tolong disimpan ke dalam tas ya karena gak boleh" saya heran ketika ditegur oleh petugas di dekat pintu masuk. Lalu saya memperhatikan kembali sebuah pamflet yang berisi tata tertib museum Sejarah Jakarta. Memang terdapat larangan menggunakan flash saat mengambil foto, apakah ini diartikan sebagai tanda larangan untuk menggunakan kamera DSLR atau Mirrorless?.
Baiklah saya pun menuruti perintah petugas, mungkin ada alasan lain yang melarang menggunakan kamera. Toh penggunaan kamera hp masih diperbolehkan. Adapun tiket masuk ke museum sebesar Rp 5.000, namun kita harus menggunakan kartu Bank DKI. Bagi yang belum punya dapat membeli di tempat dengan biaya Rp 20.000, sisa saldonya dapat digunakan untuk masuk ke museum lainnya di Jakarta. Pada hari itu Penulis juga berkunjung ke Museum Wayang, hanya berniat memfoto taman papan nama J.P Coen saja.
Ada Apa Saja di Museum Fatahillah?
Jika sobat perhatikan, terdapat sebuah patung di dekat pintu masuk museum. Patung tersebut menggambarkan sosok Hermes, dalam mitologi Yunani Hermes adalah anak dari Dewa Zeus. Di bawah patung terdapat penjelasan mengenai makna dan sejarah patung tersebut yang dulunya berada di kawasan Harmoni.
Karya Seni di Museum Fatahillah |
Museum Fatahillah banyak sekali ruangannya, tiap-tiap ruangan bagai melewati lorong waktu sejarah. Terdapat lukisan yang menggambarkan masa pra sejarah, lalu ada replika prasasti kerajaan, foto-foto pendudukan VOC, hingga sejarah balai kota batavia hingga menjadi museum. Semuanya telah dikemas menarik dengan tulisan-tulisan yang ditempelkan di dinding-dinding ruangan. Di museum ini terdapat ruang Diponegoro yang dulunya memang sempat dihuni oleh beliau saat ditahan. Terdapat juga penjara bawah tanah yang terlihat gelap dan terkesan menyeramkan.
*Jika terdapat kekeliruan dalam informasi dan sejarah silahkan dimasukan koreksinya di kolom komentar, terima kasih :)
0 komentar