Berkunjung ke Rumah Limas di Uang Rp 10 Ribu lama
Cobalah perhatikan uang Rp 10.000 yang lama, kedua sisi uang tersebut sangat kental dengan Kota Palembang. Di bagian depan nampak foto Pahlawan Nasional Sultan Mahmud Badarudin II, seorang pemimpin kesultanan Palembang-Darussalam pada masa lalu. Sementara pada bagian belakang dari uang Rp 10 ribu lama, terlihat gambar rumah adat khas Sumatera Selatan yaitu Rumah Limas.
Rumah Limas yang nampak di pecahan uang tersebut terletak di Museum Balaputra Dewa, beralamat di Jl. Srijaya Negara I No. 288, Palembang. Akses transportasi umum menuju ke museum ini sangat mudah. Dari bandara jika ingin menggunakan LRT bisa naik dari Stasiun Bandara SMB II dan dapat turun di Stasiun RSUD, langkah selanjutnya berjalan kaki sejauh 500 meter.
Harga tiket masuknya hanya Rp 2.000 saja loh, namun jangan datang saat hari senin karena museumnya tutup untuk pengunjung. Sementara untuk hari Selasa s.d. Jumat buka dari jam 8.30 sampai 15.30 WIB, untuk hari Sabtu dan Minggu jam tutup museum lebih cepat yaitu pukul 14.00 WIB. Posisi Rumah Limas berada di bagian belakang museum, jadi sebelum tiba ke sana pengunjung dapat melihat koleksi yang ada di museum Balaputra Dewa terlebih dahulu.
Apa sih yang menarik dari berkunjung ke sebuah museum? Menurut Penulis, mengunjungi museum tidak hanya melihat berbagai koleksi yang ada, melainkan cara kita mengenal lebih dekat tentang sebuah daerah, mengetahui cerita sejarah masa lalu, dan terakhir membuat kita sadar betapa kayanya Indonesia dengan keanekaragaman tiap daerahnya.
Nama museum yaitu Balaputra Dewa diambil dari seorang raja dari Kerajaan Sriwijaya yang paling terkenal, karena di masa pemerintahannya Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaan. Di halaman depan museum tedapat patung Ganesha yang dikelilingi oleh taman-taman yang terawat dan rindang.
Saat masuk ke pintu utama museum, terpajang relief yang menggambarkan adat dan kekayaan Sumatera Selatan. Pada relief tersebut, terlihat tiga orang yang sedang menarikan "Gending Sriwijaya" (tarian selamat datang khas Palembang), lalu terdapat gambar rumah limas, jembatan ampera, dan perahu-perahu yang sedang menyusuri sungai. Aktivitas masyarakat yang sedang berdagang juga ditampilkan pada relief tersebut, beserta pemandangan alam Gunung Dempo dan Bukit Jempol di sudut kanan paling atas.
Penulis berjalan ke arah selasar museum, melihat berbagai koleksi replika arca zaman megalith yang ditemukan di Sumatera Selatan. Peninggalan zaman Megalith atau kebudayaan batu besar banyak ditemukan di wilayah Lahat dan Pagaralam, daerah dataran tinggi di Sumatera Selatan. Jika hendak ke sana memerlukan waktu 6-7 jam berkendara.
Beranjak dari selasar, Penulis memasuki dua ruang pameran museum dengan banyak koleksi di dalamnya seperti replika prasasti-prasasti kerajaan Sriwijaya, koleksi alat tenun, dan berbagai jenis kain songket. Sebenarnya ada tiga ruang pameran namun sayangnya ruang pameran I sedang dalam renovasi.
Setelah melihat koleksi di ruang pameran, Penulis berjalan ke bagian belakang museum. Tujuan utama Penulis datang ke sini adalah untuk melihat Rumah Limas yang gambarnya terpampang di bagian belakang pecahan uang Rp 10.000 lama. Rumah Limas adalah rumah panggung khas Palembang yang terbuat dari kayu, mempunyai bentuk limasan dan terdapat dua bagian rumah yang saling terhubung yaitu bagian rumah utama dan rumah tambahan.
Memotret Rumah Limas dengan tambahan properti uang Rp 10 Ribu lama bisa menjadi ide foto yang menarik. Namun saat ini uang pecahan tersebut sudah berkurang peredarannya sejak diganti dengan emisi uang kertas 10 ribu yang baru. Penulis juga tidak menyimpan uang versi lama itu di dompet, beruntung petugas museum ada yang menyimpan uang tersebut dan berkenan meminjamkannya kepada Penulis sebentar untuk properti foto.
Masuk ke dalam rumah, koleksi barang-barang yang ada menonjolkan perabotan dengan ukiran khas Palembang. Seperti lemari yang menyimpan guci-guci dan keramik yang artistik, terdapat juga pelaminan khas Palembang yang sering dijumpai di pesta pernikahan, dan yang menarik perhatian Penulis adalah kepala rusa yang terpajang di tiang. Entah apa makna kepala rusa itu, Penulis lupa juga menanyakannya ke petugas museum :D.
Penulis berjalan ke arah rumah tambahan dengan melalui lorong penghubung yang beratap. Cahaya lampu di rumah tambahan ini tidak terlalu terang, koleksi yang ada juga tidak terlalu banyak membuat Penulis beranjak kembali ke rumah utama.
Objek wisata lain yang berdekatan dengan rumah Limas adalah Taman Wisata Punti Kayu, jaraknya hanya 1,5 KM dari Museum Balaputra Dewa. Lalu sobat dapat berkunjung ke toko buku Gramedia terbesar di Indonesia yang diberi nama Gramedia World Palembang, tidak terlalu jauh dari Punti Kayu.
Wisata menarik di Palembang itu ada banyak. Selain Ampera, Sungai Musi, Pempek, dan Pulau Kemaro. Berkunjung ke Museum Balaputra Dewa dan Rumah Limas dapat dijadikan opsi destinasi tujuan. Kota Palembang pernah mendapatkan julukan Venisia dari Timur karena dulunya ada banyak kanal-kanal kecil di kota ini, semoga di lain waktu bisa hunting foto dan menceritakannya di blog kepada sobat pembaca .
Semoga informasi di blog post ini bermanfaat, salam dodonulis.
0 komentar