Solo Traveling ke Mamuju, Tempat Wisata Menarik di Mamuju
Provinsi Sulawesi Barat merupakan Provinsi termuda kedua di Indonesia setelah Kalimantan Utara. Secara resmi berpisah dari Sulawesi Selatan dan membentuk daerah otonom baru pada tahun 2004. Provinsi ke 33 Indonesia ini pemerintahannya berpusat di Mamuju, mempunyai destinasi wisata alam yang indah seperti Pulau Karampuang. Penulis berangkat ke Mamuju pada tanggal 5 April 2021, sendirian atau solo traveling menggunakan bus Damri.
Setelah mengexplore keindahan Kota Palu dan Donggala (baca selengkapnya di : Solo Traveling ke Palu dan Donggala). Penulis berangkat ke Terminal Tipo Palu, lalu bergegas menuju loket Damri untuk memesan tiket tujuan Mamuju, harganya yaitu Rp 180.000. Jadwal keberangkatan pukul sembilan pagi, akan tetapi molor setengah jam.
Komposisi kursi bus damri yang penulis tumpangi adalah 2-2, jarak antar tempat duduk sama seperti bus damri pada umumnya, tidak terlalu luas. Mungkin akan ada yang bertanya kenapa tidak memakai bus Khatulistiwa Trans atau Borlindo? alasannya karena biaya Damri lebih murah, penulis juga ingin mencoba banyak tipe bus tidak sebatas satu PO saja.
Ada satu hal yang membuat penulis bergumam sebal, di tengah perjalanan bus berhenti dan menaikkan penumpang beserta barang bawaannya, kemudian tercium aroma durian. Argghh, membuat perut pusing dan kepala mual, eh kebalik :D.
Berapa lama perjalanan dari Palu menuju Mamuju? normalnya 10 jam, di google maps juga sekitar itu. Tetapi Penulis tiba di Kota Mamuju pada pukul sembilan malam. Hotel yang penulis pesan di Mamuju adalah Hotel Yaki, lokasinya berada di dekat jalan besar yang dilalui oleh bus. Tarifnya Rp 110.000 saja dengan fasilitas AC, kamar mandi dengan air hangat, dan Televisi.
Ketika penulis datang rupanya terjadi kesalahan sistem antar tiket.com dan sistem hotel, tipe kamar yang penulis pesan telah penuh padahal pembayarannya berhasil di aplikasi tiket.com. Sempat berdebat dengan petugas hotel dan akhirnya berhasil check in dengan kamar yang tersisa tanpa ada biaya tambahan apapun. Keesokan harinya penulis ditelepon oleh pihak tiket.com dan mereka meminta maaf atas kejadian yang dialami oleh Penulis.
Pagi hari pada tanggal 6 April 2021, Kota Mamuju dilanda hujan lebat dan angin kencang. Baru reda sekitar pukul delapan pagi. Penulis lantas mencari sarapan di dekat hotel dan menemukan warung makan nasi kuning. Tidak jauh dari tempat sarapan terdapat apotik Kimia Farma, setelah sarapan penulis langsung ke sana untuk melakukan Swab Antigen. Persiapan untuk terbang ke Jakarta esok harinya, jadi tidak perlu lagi repot-repot mencari tempat swab di Makassar.
Pukul sebelas siang, Penulis memesan ojek menuju landmark "Mamuju City" yang terletak di bukit Anjoro Pitu. Tarifnya Rp 15.000, driver nya setuju untuk mengantar kembali Penulis ke kota, tarifnya dikalikan dua menjadi Rp 30.000.
Landmark Mamuju City
Pemandangan yang menjadi perhatian penulis ketika tiba di kota ini adalah sebuah tulisan besar "Mamuju City" yang berada di perbukitan. Terlihat dari pusat kota dan ketika malam hari warna lampunya benderang terang.
Kalian harus datang ke sini jika berkunjung ke Mamuju, karena pemandangan yang tersaji dari lokasi ini keren banget. Pemandangan kota Mamuju yang berhadapan dengan laut, beserta pulau kecil bernama Karampuang dapat terlihat dari Bukit Anjoro Pitu ini. Landmark "Mamuju City" juga tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai landmark dengan tulisan terpanjang di Indonesia.
Pantai Manakarra dan Gong Perdamaian Mamuju
Anjungan pantai Manakarra merupakan sebuah ruang publik yang ramai dikunjungi oleh warga, terutama saat hari libur dan menjelang sunset. Beragam aktivitas warga di anjungan pantai ini seperti berolahraga, bermain dengan keluarga, atau sekedar nongkrong dan menikmati kuliner yang dijajalkan di sekitar pantai.
Selain di Palu, Gong Perdamaian Nusantara juga terdapat di Kota Mamuju. Gongnya dikelilingi pilar-pilar yang bertuliskan enam nama daerah di Sulawesi Barat. Karakteristik gongnya hampir sama, mempunyai gambar peta Indonesia di titik tengah. Terdapat juga lima simbol agama serta logo provinsi dan kabupaten di Indonesia.
Mall Maleo dan Bekas Gempa
Mamuju dan Majene sempat dilanda gempa dahsyat pada bulan januari 2021 yang lalu, menimbulkan korban jiwa dan bangunan yang roboh. Salah satu bangunan yang rusak adalah Mall Maleo yang penulis lewati ketika menuju Anjungan Pantai Manakarra.
Pulau Karampuang
Penulis berjalan kaki ke arah pelabuhan, lalu tiba di sebuah dermaga kecil tempat perahu kayu bersandar. Tujuan penulis adalah Pulau Karampuang, pulau kecil yang jaraknya tidak terlalu jauh dari Kota Mamuju. Setibanya di dermaga, penulis menghampiri pemilik perahu dan berkata ingin ke Pulau Karampuang.
Lalu penulis ditanya oleh Pemilik perahu "Mau ke Dermaga Desa Karampuang 1 apa ke Dermaga wisata Ujung Bulo dek?" Penulis bingung, karena belum pernah mencari informasi kalau di Pulau Karampuang ada dua dermaga. Lalu penulis melihat perahu yang telah terisi penuh lalu bertanya "Ini perahu ke mana Pak?". "Perahu ke Desa Karampuang dek" jawabnya.
Akhirnya penulis ikut perahu tersebut dengan tarif Rp 10.000, lama perjalanan sekitar 20 menit. Arus ombak cukup tenang dan terlihat hutan mangrove tumbuh subur di sisi terluar pulau. Setelah tiba, penulis kaget karena tampilan dermaganya tidak sama seperti foto yang ada di internet.
Lalu penulis menunjukkan foto dermaga yang ingin penulis datangi kepada pemilik perahu, rupanya penulis keliru naik. Harusnya tujuan penulis adalah ke Dermaga wisata Ujung Bulo :D. Meskipun begitu, Dermaga Desa Karampuang 1 juga menyuguhkan pemandangan yang indah.
Anak-anak ramai bermain di sekitar dermaga, ada juga yang sedang memancing ikan. Penulis bertemu dengan seorang Ibu yang sedang bertugas menjadi Pendamping Desa di Karampuang, dari ibu inilah penulis banyak mendapatkan informasi tentang pulau ini.
Ada 11 dusun di pulau ini dan jumlah penduduknya sebanyak tiga ribuan jiwa. Pulau ini hanya terdapat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Jika ingin bersekolah SMA, harus menyeberang ke Mamuju dan akses ke sana yaitu perahu mesin yang penulis tumpangi tadi.
Tidak jauh dari dermaga terdapat Sumur Jodoh yang konon katanya kalau meminum airnya maka akan mendapatkan jodoh. Tetapi kondisi dinding sumurnya berlumut, penulis tidak tertarik untuk meminumnya. Penulis lalu berkenalan dengan pemuda bernama Anji, orang yang mengantarkan penulis menuju Dermaga Ujung Bulo yang merupakan tujuan utama penulis di pulau ini. Jalan di Pulau Karampuang hanya muat untuk sepeda motor saja, tidak ada sama sekali mobil di pulau ini.
Tibalah Penulis di Dermaga Ujung Bulo, Anji pun pamit kembali ke dusunnya. Sebetulnya dia tidak meminta imbalan namun penulis tetap memberikan Rp 20.000 karena kebaikannya. Kondisi air laut sedang pasang, pantai dan ayunan di dekat dermaga direndam air laut. Memang pemandangannya lebih indah dibanding dengan dermaga sebelumnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, tetapi tak satupun perahu yang ada di dermaga. Penulis mulai khawatir kalau tidak ada lagi perahu yang akan menyeberang ke Mamuju. Bisa berantakan rencana kalau harus menginap di sana, karena bus ke Makassar berangkat pada malam itu juga.
Penulis bertanya kepada rombongan anak kecil yang sedang bermain di dermaga, lantas seorang anak membimbing penulis ke sebuah rumah. Meski tidak terlalu jelas apa yang dikatakan anak kecil itu, penulis bisa mencerna satu hal "Bapak anak kecil ini seorang pemilik perahu dan akan menyeberang ke Mamuju sore itu juga". Syukurlah Penulis tidak harus bermalam di pulau ini.
Bus Piposs Mamuju ke Makassar
Setelah tiba kembali di Mamuju, penulis masih sempat untuk salat maghrib sebentar di masjid yang ada di dekat anjungan Pantai Manakarra. Kemudian penulis memesan ojek menuju terminal Simbuang dan langsung menuju loket Bus Piposs untuk mengkonfirmasi tiket yang telah dipesan lewat traveloka.
Biayanya Rp 190.000, komposisi kursi 2-2 dan kaki bisa selonjoran. Penumpang juga diberikan selimut tebal dan bantal kecil. Hordeng di jendela bus juga ada. Jadwal keberangkatan bus adalah pukul 20.00 WITA dengan lama perjalanan sembilan jam. Penulis tiba di Kota Makassar pada pukul lima pagi keesokan harinya.
0 komentar