Melihat Pelabuhan Sunda Kelapa dari Menara Syahbandar
Sudah pernah berkunjung ke Pelabuhan Sunda Kelapa? jika belum, bagi sobat yang suka fotografi cobalah untuk ke sana. Melihat aktivitas bongkar muat barang di kapal kayu berukuran besar, Peti kemas yang tertumpuk, lalu lalang truk besar, dan ada juga para pemancing yang terlihat sedang menunggu ikan terkena kail. Pelabuhan Sunda Kelapa saat ini terbuka untuk umum, tidak ada retribusi untuk masuk ke area pelabuhan.
Ingin melihat suasana Pelabuhan Sunda Kelapa dari sudut yang berbeda? Penulis berkunjung ke Menara Syahbandar yang berada di Jl Pakin, Penjaringan, Jakarta Utara. Dulunya menara ini dikenal dengan nama De Uitkijk, dibangun pada tahun 1839 oleh pemerintah Kolonial Belanda. Menara ini berfungsi sebagai menara pemantau bagi kapal-kapal yang keluar masuk Pelabuhan Sunda Kelapa.
Menara Syahbandar ini juga dijuluki menara miring karena bentuk bangunannya yang terlihat miring. Sebelum naik ke atas menara, Penulis melihat-lihat sejenak koleksi yang ada di lantai dasar. Masuk ke dalam ruangan yang berisikan barang-barang koleksi menara Syahbandar yang digunakan pada masa lalu. Seperti Teropong, Batu Duga, Lensa, dll.
Terdapat juga "prasasti kedatangan Saudagar Cina abad 17", pada dinding ruangan terdapat informasi yang menerangkan bahwa tulisan beraksara Cina ini adalah kantor pengukuran dan penimbangan serta disinilah titik nol Jakarta pada waktu itu. Sebelum akhirnya titik nol Kota Jakarta dipindahkan ke Monumen Nasional (Monas).
Menara Syahbandar memiliki ketinggian 12 meter. Penulis mulai naik ke bagian atas, melewati anak tangga kayu berwarna merah, lumayan olahraga kecil-kecilan. Bagian paling atas menara merupakan tempat pemantauan kapal. Ruangannya terbuka dengan jendela-jendela berukuran besar.
Dari sinilah kita bisa melihat suasana sekitar menara dari segala penjuru. Gedung VOC Galangan, Museum Bahari, Pasar Ikan, Pelabuhan Sunda Kelapa, bahkan hamparan laut di utara Ibu Kota. Di bagian sentral terdapat foto orang yang sedang meneropong atau memantau kapal. Lalu terdapat juga foto-foto lama Menara Syahbandar. Foto-foto tersebut memperlihatkan belum banyak bangunan-bangunan yang ada di sekitar menara, sungai-sungai masih terlihat lebar.
Lokasi menara yang berada di dekat jalan yang dilalui oleh kendaraan besar membuat menara ini sering bergetar, hal ini menambah julukan lain Menara Syahbandar yaitu Menara Goyang. Pertama kali ke sini, Mulanya Penulis mengira kalau getaran tersebut karena sedang terjadi gempa.
Puas memotret, Penulis pun turun kembali ke lantai dasar dan berjalan kaki menuju Musuem Bahari yang letaknya berdekatan. Bagian depan Museum Bahari terlihat unik dengan dua buah jangkar. Lalu bangunan sebesar itu pintu masuknya berukuran kecil dengan nuansa yang kental dengan masa kolonial. Terdapat tiga gedung utama yang diberi nama alfabet, Gedung A, B, dan C.
Gedung A memiliki koleksi diorama penjelajah dunia di lantai dua. Gedung B merupakan ruangan pertemuan, cafetaria, dan toko souvenir. Gedung C berisikan Perahu-perahu khas dari beberapa daerah di Indonesia. Ada banyak koleksi-koleksi lainnya yang akan membuat kita bangga dengan Indonesia. namun karena Penulis datang saat jam tutup museum hampir usai, jadinya tidak banyak yang bisa dilihat satu-persatu.
Beberapa sudut bangunan Museum Bahari terlihat unik dan bagus untuk dijadikan objek foto. Seperti halaman lapang yang terdapat antara gedung A dan Gedung B. Dinding-dinding gedung yang berwarna putih, Lalu Jendela dan Pintu tiap gedung yang unik.
1 komentar
Informatif bung
BalasHapus