Solo Traveling ke Bandung (Part 2 : Motoran Sendirian ke Ciwidey)
Hari kedua di Bandung, setelah pada hari pertama hanya berkeliling sekitar pusat kota Bandung dan kawasan Dago (Ceritanya Bisa dibaca di link : Solo Traveling ke Bandung Part 1) . Di hari kedua, Penulis mengeksplore kawasan Bandung Selatan atau Ciwidey. Beberapa tempat seperti Kawah Putih, Situ Patenggang, dan Ranca Upas masuk ke dalam daftar yang Penulis datangi.
Keberuntungan kembali memayungi, cuaca bersahabat dan tidak turun hujan di hari kedua ini. Penulis berangkat dari hotel sekitar pukul tujuh pagi. Jarak dari Hotel Bobobox Paskal menuju Kawah Putih sekitar 48 KM, dengan perkiraan waktu tempuh kurang lebih dua jam.
Di awal perjalanan Penulis kadang berhenti untuk melihat Google Maps, terutama saat masih di sekitar Kota Bandung. Sempat salah arah saat berada kawasan Jalan Soekarno Hatta dan Jalan Raya Kopo wkwk. Namun setelah memasuki Daerah Soreang papan penunjuk jalan sudah jelas, tinggal ikuti saja arah Ciwidey.
Sejuknya udara pegunungan tidak membuat tubuh cepat lelah, lanskap Hutan Pinus menjadi pemandangan di sepanjang jalan. Suasana jalan Soreang-Ciwidey cukup ramai oleh mobil dan motor wisatawan, jadi tidak perlu khawatir dibegal atau dihadang orang tiba-tiba wkwk.
Penulis tiba di pintu masuk Kawah Putih pukul sembilan pagi, Penulis kaget rupanya motor tidak bisa masuk jauh ke dalam dan hanya bisa sampai di parkiran bawah. Perjalanan dilanjutkan dengan naik mobil angkot (Ontang Anting) yang telah disediakan pengelola wisata. Sisi baiknya mungkin supaya ekosistemnya lebih terjaga ya, memang sepanjang jalan dari tempat parkiran menuju kawah jarang terlihat sampah di pinggir jalan.
Harga tiket lumayan mahal, untuk tiket masuk ke dalam Kawasan Kawah Putih biayanya Rp 27.000. Kalau mau naik ke skywalk cantigi dan dermaga disarankan membeli tiket terusan seharga Rp 38.000. Biaya Ontang Anting PP sebesar Rp 27.000.
"kalau jalan kaki seberapa jauh ke atas teh?" Penulis bertanya ke penjaga loket. "Jauh Aa', kurang lebih lima kilo lagi" Jawabnya. Mending ngeluarin uang untuk naik Ontang Anting aja kalau begitu :D.
Kawah Putih
Kawah Putih merupakan sebuah danau yang terbentuk karena erupsi Gunung Patuha yang dahsyat sekitar abad ke-10. Kawah Putih berada di ketinggian 2194 mdpl, di sekitarnya ditumbuhi pohon-pohon Cantigi yang tumbuh subur.
Meski tidak berbahaya, Kawah Putih mengeluarkan bau belerang yang kadang terasa menyengat. Memakai masker tidak hanya melindungi kita dari virus tetapi juga mengurangi bau belerang yang terhirup. Pengunjung sedang ramai saat Penulis datang, oleh karena itu Penulis bergegas naik menuju Skywalk Cantigi yang lebih sepi.
Terdapat tangga kayu dan bambu yang disusun sebagai jalan menuju ke atas menara pandang. Skywalk ini dibangun mengikuti kontur tanah yang menanjak, bahkan masih ada Pohon Cantigi yang dibiarkan tumbuh di sela-sela jalan.
Pemandangan dari atas Skywalk Cantigi keren banget, lanskap kawah yang dikelilingi tebing-tebing perbukitan terlihat jelas. Pucuk daun-daun Cantigi yang berwarna merah menambah kesyahduan suasana. Menikmati sisi lain dari Kawah Putih dari Skywalk Cantigi mungkin bisa dijadikan referensi jika kalian datang ke sini.
Karena masih banyak tempat yang ingin didatangi, Penulis pun beranjak turun kembali ke parkiran. Makan siang di warung dekat parkiran dan membeli buah Strawberry seharga Rp 10.000. Awalnya satu kotak berukuran sedang ditawarkan Rp 20.000, ujung-ujungnya dikasih Rp 10.000 saja. Kata pedagangnya "buat penglaris hari ini Aa'".
Kebun Teh Ciwidey
Niat hati ingin ke Ranca Upas malah kelewatan hingga memasuki jalan dengan pemandangan perkebunan teh PTPN di Ciwidey. Jalanan menurun dan berkelok dengan hamparan kebun teh yang menghijau mengingatkan Penulis dengan kebun teh di kaki Gunung Dempo Pagaralam. Ah sudah lama tidak ke sana lagi, terakhir 2015 yang lalu.
Penulis kembali melihat maps, rupanya titik lokasi Penulis sudah lumayan dekat dengan Situ Patenggang. Akhirnya kepalang tanggung motor pun melaju ke Kawasan Situ Patenggang terlebih dahulu, Ranca upas terakhiran saja dikunjungi. Ini enaknya jalan sendirian, fleksibel dan bebas menentukan tujuan.
Situ Patenggang atau Patengan
Danau yang berada di ketinggian sekitar 1600 mdpl ini bisa dimasukkan ke dalam list jika kalian ke Ciwidey atau Bandung Selatan. Situ Patenggang diambil dari Bahasa Sunda, Situ artinya Danau dan Pateangan - teangan berarti saling mencari.
Konon katanya ada mitos yang menceritakan kisah cinta Dewi Rengganis dan Ki Santang yang terpisah sangat lama. Mereka saling mencari dan akhirnya bertemu di sebuah tempat yang saat ini diberi nama Batu Cinta. Batu Cinta ini terletak di Pulau Asmara atau Pulau Sasaka, pulau kecil yang berada di Situ Patenggang.
Harga tiket masuk ke Situ Patenggang lumayan mahal yaitu Rp 28.000 jika membawa sepeda motor. Belum lagi saat diparkiran harus membayar penitipan helm dan parkir seharga Rp 10.000. Loh kenapa gak diletak di motor saja helmnya? kata penjaganya helm wajib dititipkan, entah apa alasannya Penulis hanya manut saja.
Pemandangan di Situ Patenggang keren, suasananya sejuk dan rindang karena terdapat pohon-pohon pinus yang rimbun. Penulis tidak menyeberang ke Pulau Asmara dan tidak mampir ke Pinisi Resto, hanya duduk-duduk saja di rerumputan sambil mengambil foto.
Kampung Cai Ranca Upas
Biaya masuk ke Ranca Upas yaitu Rp 28.000 (termasuk sepeda motor),
ditambah dengan biaya parkir dan tempat penitipan helm seharga Rp 7.500 Datang ke tempat ini disarankan saat pagi hari saja atau cobalah untuk berkemah di sini.
Penulis datang ke Ranca Upas saat sudah siang hari, sudah tidak terlalu bersemangat lagi untuk berkeliling. Di sini wisata unggulannya yaitu melihat penangkaran rusa dengan latar perbukitan. Pengunjung yang datang saat itu sedang ramai, kawanan rusa yang jinak menghampiri para pengunjung yang membawa wortel.
Stadion Si Jalak Harupat Soreang
Pukul dua siang, Penulis mengarahkan google maps menuju ke Kota Bandung. Tetapi saat berada di Soreang, terpampang papan penunjuk jalan yang bertuliskan Stadion Jalak Harupat ke arah kiri. Penulis pun mengikuti arah tersebut, dan benar saja lokasinya tidak terlalu jauh.
Sebagai penggemar bola dan mengikuti informasi Liga Indonesia membuat penulis tertarik datang ke Stadion ini. Markas tim Persib Bandung saat menjamu lawan-lawannya selain Stadion Gedebage. Stadion ini punya kenangan manis untuk tim kebanggan Sriwijaya FC, Lokasi final Liga Indonesia 2007/2008 yang mempertemukan Tim Sriwijaya FC dan PSMS Medan di laga puncak.
Saat itu Sriwijaya FC (SFC) unggul 3-1 lewat perpanjangan waktu, dimana gol dicetak oleh Obiora, Kayamba Gumbs, dan Zah rahan. Trio asing yang menjadi andalan di lini depan Laskar Wong Kito. Kini kejayaan itu hanya kenangan, saat ini SFC terpuruk dan turun kasta ke Liga 2.
Tes Rapid Antigen di Stasiun Bandung
Penulis tiba di Kota Bandung pukul empat sore, lalu memacu motor menuju stasiun untuk rapid tes antigen (persiapan pulang besok). Saat tiba dapat antrian 250, sedangkan yang baru dipanggil antrian ke 207. Alhasil lama nunggunya sekitar satu jam dan syukurlah hasilnya negatif.
Kenapa tidak tes di klinik saja? alasannya rapid tes antigen di stasiun lebih murah yaitu Rp 105.000 saja. Kenapa tesnya gak besok saja? alasannya karena Penulis tidak mau repot datang awal-awal ke stasiun , mau istirahat di hotel saja sampai check out pukul 12.00 WIB.
Tidak banyak yang bisa diceritakan tentang wisata kuliner di blog post ini, Penulis mencoba Iga Bakar Si Jangkung di kawasan Cipaganti sebelum kembali ke Jakarta. Rasanya enak banget sih, bisa dicoba kalau kalian datang ke Bandung.
4 komentar
Keren kak, jadi serasa ikut jalan-jalan juga 👏
BalasHapussemoga bermanfaat. Terima kasih sudah singgah di blogku rani :) blog mu kereen juga :)
HapusKeren sekali, sebagai cewe kadang suka takut kalo mau solo traveling di luar daerah perkotaan
BalasHapusbiar aman usahakan berangkat saat langit terang kak (jangan keluar pas malem). kalau ragu bareng temen aja :)
Hapus