Cerita Perjalanan Dari Jakarta Menuju Lombok Menggunakan Bus dan Kapal
2020 telah dilalui, tahun yang sangat istimewa karena Kita dihadapkan dengan wabah yang entah kapan berakhir. Di penghujung tahun 2020, Penulis mengucap syukur karena berhasil menggapai Puncak Rinjani, yang sudah lama diidam-idamkan untuk didatangi. Lebih spesial lagi saat berangkat menuju Lombok dilakukan dengan berperjalanan sekitar 1.300 KM dari Jakarta menuju Lombok menggunakan Bus dan Kapal.
Menggunakan Jasa Open Trip
Pada Bulan November (satu bulan sebelum keberangkatan), Penulis mencari informasi penyedia jasa open trip ke Rinjani melalui Instagram. Ada banyak penyedia jasa Open Trip menuju Rinjani, Namun pilihan jatuh kepada T*ipball*w.
Mengapa memilih ikut Open Trip? Alasan Penulis adalah :
- Tidak ada teman untuk berpergian (teman dekat balik kampung dan sudah pernah mendaki rinjani);
- Tidak ingin repot-repot menyusun Itinerary, mencari tiket, mengurus Simaksi;
- Ingin
bertemu dan kenal dengan orang-orang baru;
- Karena biayanya lumayan murah.
Empat alasan itulah yang melatarbelakangi Penulis memilih ikut Open Trip. Harga yang dikeluarkan yaitu Rp 1.800.000 dengan transportasi menggunakan bus dari Jakarta Menuju Lombok Pulang Pergi (PP). Harga tersebut sudah termasuk biaya untuk mendaki Rinjani (Simaksi, makan 4 kali selama pendakian, jasa porter dan guide tim).
Jika sobat ingin mencari informasi open trip Gunung Rinjani silahkan cari saja dengan hastag #opentriprinjani. Ada banyak penyedia jasa open trip dengan budget yang relatif sama sesuai dengan Meeting Point masing-masing (paling beda seratus dua ratus ribu) Penulis tidak berani merekomendasikan Penyedia jasa mana yang paling bagus (karena khawatir jika tidak sesuai harapan kalian wkwk).
Keberangkatan 24 Desember 2020 (Meeting Point Stasiun Kota)
Jam 21.00 WIB, Penulis hadir tepat waktu bahkan sudah tiba satu jam sebelum jadwal yang telah disepakati. Kenalan adalah hal wajib yang mesti dilakukan ketika daftar Open Trip sendirian seperti Penulis. Bang Chan, Bang Ayom, Bagus, Mba Dinar, dan Catherine adalah lima orang pertama yang penulis kenal dalam trip ini. Mereka berlima datang dari Kota Bandar Lampung, sama-sama dari Sumatera nih jadinya banyak bahan obrolan.
"Gak enaknya datang tepat waktu itu saat menunggu orang lain yang datangnya telat"
Jam sepuluh malam, sudah banyak peserta yang sudah hadir di area Stasiun Kota. Tiga bus sudah terparkir rapi, akan tetapi entah kenapa belum juga ada tanda-tanda keberangkatan. Besar kemungkinan menunggu peserta lain yang masih belum hadir (bukannya Suudzon ya tapi kayaknya itu alasannya wkwk).
Tiga Bus? iya T I G A , info dari panitia ada kurang lebih 100 an peserta yang ikut open trip ini (Penulis lupa persisnya berapa orang). Ada beberapa peserta yang meeting pointnya tidak dari Jakarta seperti Cikarang, Pekalongan, dan Surabaya. Jadi nantinya bus akan beberapa kali berhenti untuk menjemput peserta dari daerah sana.
Beruntung saat itu penulis berada di dalam bus yang isinya ada yang meeting point di Surabaya. Beberapa kursi kosong dapat dimanfaatkan untuk duduk selonjoran (lumayanlah ya sampai Surabaya Selonjoran wkwk). Jam sebelas malam, bus pun melaju menuju Lombok, yok kita let's gooo.
Beberapa titik pemberhentian
Tanggal 25 Desember 2020 Pukul 5.30 WIB, bus pun berhenti di sebuah rest area sekitaran Tol Kanci Palimanan. Para peserta memanfaatkannya untuk Salat Shubuh, Sarapan, Membeli makanan ringan, dan setoran kecil atau besar (Buang Air).
Berperjalanan jauh seperti ini harus dinikmati, bukan untuk dikeluh kesahkan. Menggunakan bus pun dipilih bukan karena terpaksa, melainkan keinginan sendiri. Bagaimana cara menikmati perjalanan ini? Dengan melihat pemandangan selama perjalanan yang sangat indah seperti view Gunung Ciremai dan persawahan.
Pukul 08.16 bus pun kembali berhenti di exit Tol Pekalongan untuk menjemput peserta yang meeting pointnya dari Daerah ini (mulai berkurang nih tempat duduk yang kosong wkwk). Bus pun kembali melaju hingga tiba di Rumah Makan Kurnia Jawa Timur di Ngawi pada pukul satu siang.
Jika mengacu pada Itinerary dari panitia, Bus akan tiba di Surabaya jam satu siang. Tetapi namanya juga perjalanan jauh yang tidak bisa ditebak dan tidak selalu semulus rencana, bus pun baru tiba di Surabaya jam tiga sore. Akhirnya kursi-kursi bus pun terisi dan penulis sudah tidak bisa selonjoran lagi hahaha.
Bus pun kembali berhenti di Rumah Makan New Rahayu di Probolinggo pada pukul tujuh malam. Semangkuk Nasi Rawon dimakan dengan lahap. Setelah selesai makan malam, bus pun melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi.
Perjalanan Laut dari Banyuwangi ke Lombok
Penulis baru menyeberang dari Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi menuju Pelabuhan Lembar di Lombok pada keesokan harinya pada pukul enam sore tanggal 26 Desember 2020 (menyesuaikan dengan jadwal kapal). Sebelum naik ke kapal disarankan untuk makan dulu atau beli nasi bungkus dari luar (taulah ya alasannya kenapa).
Nama kapalnya yaitu Dharma Ferry VIII yang mempunyai fasilitas ruang tidur, ruang duduk penumpang, dan fasilitas toilet yang bersih. Karena ruang tidurnya terbatas jadinya harus cepet-cepetan/rebutan kalau mau dapat tempat, colokan untuk mengecas hp pun terbatas jadi harus sabar menunggu (ya namanya juga di kapal).
Perjalanan menuju Pelabuhan Lembar kurang lebih 11 sampai 12 jam. Penulis sebelumnya belum pernah naik kapal selama ini, paling hanya tiga jam seperti Merak ke Bakauheni. Selepas waktu isya, terdapat live music yang terdapat di ruang duduk penumpang. Terdapat pula TV yang digunakan untuk memutar film Indonesia, salah satu film yang diputar adalah 5 CM (tentang pendakian Gunung Semeru).
Pukul lima pagi di kala langit berwarna gelap berganti menjadi kebiruan. Penulis bersama penumpang lain menikmati suasana pagi di Geladak Kapal. Sejuknya angin yang menerpa wajah, Hamparan laut yang membiru dengan latar perbukitan di kejauhan.
"Kita sedang di perairan antara Lombok dan Bali, biasanya ada kawanan dolphin terlihat di sekitar sini" ujar salah satu penumpang. Dan benar saja, terlihat beberapa lumba-lumba melompat keluar dari air. Tidak hanya itu saja, panorama matahari terbit terlihat indah dengan warna jingga di sebelah timur.
Pada pukul Delapan pagi tanggal 27 Desember 2020, kapal pun tiba di Pelabuhan Lembar. Karena proses keluarnya bus dari kapal agak lama, Kami pun keluar dengan berjalan kaki menuju area Pelabuhan Lembar.
Ada banyak petugas kepolisian yang berjaga atau bertugas dalam rangka pengamanan libur akhir tahun. Selagi menunggu bus keluar dari kapal, penulis membeli nasi bungkus untuk sarapan. Untuk menuju Sembalun, Bus menggunakan jalur memutar melewati kawasan Senggigi.
Memang lebih lama dibanding jika lewat jalur tengah, tetapi rute melalui Senggigi lebih memungkinkan untuk dilewati oleh bus (kalau lewat jalur tengah/Praya busnya gak kuat nanjak :). Pemandangan kawasan Senggigi menjadi pengobat rasa lelah kami setelah melalui perjalanan panjang, mengagumkan sekali.Perjalanan di Lombok baru saja dimulai. Rinjani Kami dataaaaang :)
0 komentar