Rinai hujan membungkus langit Jakarta malam itu, semua peserta telah berkumpul di meeting point yang telah disepakati yaitu sekretariat Backpacker Jakarta. Pada pukul sepuluh malam mobil bus yang kami tumpangi bergerak membelah jalanan yang basah. Mulanya penulis hanya kenal dengan satu orang teman bernama Berlian, pada akhirnya lingkar membaur dengan peserta lainnya meski sedikit canggung.
Untuk menuju Kawasan TN Ujung Kulon, Kami harus menuju ke Pelabuhan yang ada di Kecamatan Sumur terlebih dahulu. Kecamatan ini terletak di Kabupaten Pandeglang, Banten. Lama perjalanan menggunakan bus adalah tujuh jam perjalanan, penulis memilih untuk tertidur meski tidak terlalu lelap. Pukul lima pagi, tibalah kami di Sumur. Teman-teman yang muslim dipersilahkan untuk Salat Shubuh terlebih dahulu di masjid terdekat.
Matahari mulai menyeruakkan cahayanya, pukul enam Kami memulai perjalanan laut dengan kapal kayu menuju Pulau Handeuleum selama kurang lebih dua jam. Perut pun bergejolak untuk segera diisi, Nasi uduk yang telah disediakan pun dimakan dengan lahap.
Pukul delapan tibalah Penulis di Pulau Handeuleum, menurut website resmi TN Ujung Kulon, Luas Pulau Handeleum kurang lebih 220 Ha. Pulau ini mempunyai keindahan alam berupa Sungai Cigenter dengan pemandangan pepohonan bakau dan nipah yang tumbuh lebat di kedua sisi sungai.
Kami menyusuri Sungai Cigenter dengan perahu kecil yang muat hingga 10 orang, untuk menggerakkan perahu harus mengibaskan dayung. Arus sungai ini tenang sekali dan airnya berwarna hijau, kami diingatkan oleh Bapak Pemilik perahu untuk berhati-hati karena di sungai ini dihuni oleh buaya dan ular meski jarang terlihat.
Pukul sepuluh pagi, Kami beranjak kembali ke Kapal Kayu. Tujuan selanjutnya adalah menuju spot snorkeling di perairan TN Ujung Kulon. Terumbu Karang dan Ikan bermacam warna menjadi pesona yang memanjakan mata. Pukul satu siang, Kapal kami bersandar di dermaga Pulau Peucang.
Pulau Peucang mempunyai luas kurang lebih 450 Ha, pantai di pulau ini mempunyai pasir yang putih dan air yang jernih. Langit saat itu sedang cerah, dihiasi dengan awan putih bak kapas yang mengambang. Kami berada di pulau ini sampai pukul tiga sore, aktivitas yang dilakukan adalah berfoto ria, ada yang bermain pasir pantai, dan ada juga yang hanya duduk-duduk di pondokan. Rusa, Monyet, biawak, bahkan babi hutan dapat dijumpai di pulau ini. namun kawanan hewan liar itu tidak menganggu, sepertinya sudah terbiasa dengan kehadiran wisatawan :D.
Selanjutnya kapal kayu menuju Pulau Panaitan, tempat kami mendirikan tenda untuk menginap. Kesan pertama saat kapal akan bersandar adalah rasa kecewa karena banyak sampah yang mengambang di perairan dan bibir pantai. Padahal air lautnya sangat indah beserta dengan gulungan ombak yang sangat cocok untuk aktivitas surfing. Ini merupakan pengingat bagi penulis pribadi untuk dapat menjaga kelestarian lingkungan dari hal-hal kecil seperti tidak membuang sampah plastik sembarangan.
Mendirikan tenda bagi penulis adalah salah satu hal yang rumit :D, harus diakui penulis tidak pandai dalam hal ini. Beruntunglah dua teman yang lain bisa dan membantu untuk mendirikannya. Setelah tenda berhasil berdiri, teman-teman yang lain bergegas bersih-bersih (mandi). Penulis berjalan ke arah pantai, memotret langit jingga dari Pulau Panaitan.
Pada malam harinya setelah selesai makan malam, penulis memilih untuk tidur di saat teman-teman yang lain ada yang memasak indomie dan bermain kartu. Untuk "Kalian" Maaf ya saat itu tidak bergabung karena saya letih (lemah ya wkwk).
Sekitar pukul tiga dini hari cuaca mulai tidak bersahabat, hujan turun dengan deras dan awet hingga pukul tujuh pagi. Rencana kami menuju Karang Copong dan Pulau Oar harus dibatalkan. Tetapi tetap penulis bersyukur karena diberikan cuaca yang sangat cerah di hari sebelumnya.
Pukul sembilan pagi kapal kayu meninggalkan dermaga Pulau Panaitan, Kami pun menuju Pelabuhan Sumur dengan ombak yang cukup tinggi dan hujan. Beberapa peserta termasuk penulis mengalami mabuk laut, perjalanan menuju Sumur terasa lebih lama karena harus melawan ombak. Kami pun tiba di Sumur pukul tiga sore, lalu menumpang kamar mandi umum untuk bersih-bersih dan berganti pakaian.
Pukul lima sore, mobil bus menuju Jakarta dan perjalanan pun berakhir.
0 komentar