Melihat Keindahan Taman Nasional Sebangau
Setelah menyelesaikan tugas selama dua hari di Palangkaraya, penulis pun mempunyai waktu luang setengah hari sebelum kembali ke Jakarta. Waktu yang cukup untuk melihat-lihat tempat wisata di Kota yang mendapat julukan Kota Cantik ini. Setelah browsing, penulis pun tertarik melihat keindahan Taman Nasional Sebangau (TN Sebangau).
Sekilas mengenai Taman Nasional Sebangau, terletak di Provinsi Kalimantan Tengah dan termasuk dalam bagian wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Katingan, dan Kabupaten Pulang Pisau. TN Sebangau Memiliki keanekaragaman jenis flora dan fauna termasuk Orang Utan. Air sungainya mempunyai ciri khas bertanah gambut sehingga terlihat berwarna hitam kemerah-merahan.
Penulis pun menuju ke lobi hotel tempat menginap, lalu bertanya bagaimana cara menuju taman nasional ini. "Sebangau tidak jauh dari Kota kok mas, Naik ojek online saja dan atur lokasi tujuan ke Dermaga Kereng Bangkirai. Di sana tersedia kapal hias untuk wisata susur sungai dengan rute pendek, Rp 10.000 saja. Kalau mau treking dan masuk ke dalam lagi biayanya agak mahal, kalau tidak salah biaya sewa kapal sekitar lima ratus ribu an." Informasi yang cukup lengkap dari salah satu Staf Hotel tempat penulis menginap di Palangkaraya.
Penulis pun segera mengeluarkan gawai dari saku celana, lantas membuka aplikasi Gojek dan mengatur lokasi tujuan ke Dermaga Kereng Bangkirai. Waktu tempuh dari pusat kota sekitar 15 menit saja dengan tarif saat itu Rp 20.000.
Tibalah penulis di gapura Selamat Datang di Dermaga Kereng Bangkirai, lalu berjalan kaki melewati rumah penduduk desa yang kebanyakan berdinding kayu. Seratus meter berjalan kaki penulis melihat rumah-rumah warga yang berdiri di atas sungai. Anak-anak sedang riang mandi dan bermain air, warna airnya hitam kemerah-merahan. Bukan karena kotor melainkan ciri khas air dari tanah gambut.
Penulis pun menuju ke ujung dermaga, melihat klotok, perahu, dan kapal hias yang sedang bersandar. Para pengunjung sedang sepi sekali saat itu. Lalu datanglah seorang bapak menawarkan untuk naik ke atas klotoknya, penulis pun tersenyum dan mengatakan "nanti pak, saya mau keliling-keliling dermaga dulu". Sebetulnya penulis menunggu pengunjung yang lain datang, supaya bisa berangkat bersama-sama. Kalau sendiri khawatir kena tarif biaya lebih mahal :D.
Lima belas menit menunggu datanglah rombongan empat orang pemuda yang berniat untuk susur sungai. Akhirnya penulis ikut rombongan mereka, tarifnya saat itu Rp 10.000 saja untuk satu orang. Setara dengan jarak susur sungainya yang dekat, sekitar 30 menit saja dengan tujuan pos terdekat. Jika ingin lebih jauh lagi menyusuri sungai koran harus menyewa perahu dengan tarif yang agak mahal. Penulis mau-mau saja sebetulnya saat itu, tetapi karena sore itu juga harus kembali ke Jakarta sepertinya tidak cukup waktunya.
Klotok pun melaju, pemandangan bangunan-bangunan rumah warga berganti menjadi pemandangan tanaman Rasau yang tumbuh subur. Pantulan warna langit yang biru dan awan yang putih terlihat mengagumkan. Tumbuh-tumbuhan perdu gambut menghampar luas, mengingatkan penulis dengan perjalanan saat ke Tanjung Puting yang lalu.
Tibalah penulis di sebuah bangunan kecil seperti pos pantau, inilah titik akhir susur sungai hari itu. Klotok pun bersandar, lalu pengemudinya memberikan waktu kepada Kami untuk bersantai sejenak di pos ini. Empat pemuda yang berangkat bersama penulis mandi di air sungai. Penulis hanya duduk memperhatikan, sambil menatap ngeri. Bagaimana jika ada reptil yang tiba-tiba terusik karena mereka mandi di sana, tetapi syukurlah saat itu tidak terjadi apa-apa.
Datanglah dua klotok yang lainnya ke pos ini, terlihat rombongan warga negara asing yang nampaknya hendak melakukan penelitian. Mereka pun bergantian menumpang sebuah kereta roli menuju ke dalam kawasan hutan. Selang beberapa menit kemudian, pengemudi klotok memanggil penulis untuk kembali naik. Lalu berakhirlah perjalananan penulis di TN Sebangau yang ada di Palangkaraya.
0 komentar