Jernihnya Curug Leuwi Lieuk dan Curug Cibaliung di Bogor
Libur akhir pekan adalah momen untuk melepaskan kepenatan selama menjalani aktivitas pekerjaan yang rutin. Untuk mengisi waktu dua hari itu, banyak yang memiliki cara untuk menikmatinya. Berkumpul bersama keluarga, belanja di mall, nongkrong di tempat-tempat favorit, bermain game, mengikuti les tambahan, melakukan kegiatan bakti sosial, hingga melakukan hobi lain di luar pekerjaan rutin. Tentunya itu menjadi pilihan masing-masing individu ingin melakukan apa.
Penulis mengajak sobat untuk melihat keindahan dua curug yang lokasinya dekat di sekitar Jakarta, sejenak melepaskan diri dari keramaian dan menuju tempat sunyi dan mendamaikan pikiran. Mungkin saja setelah mengunjungi curug bisa menimbulkan ide-ide yang positif. Kedua curug tersebut bernama Curug Leuwi Lieuk dan Curug Cibaliung di Kabupaten Bogor.
Pukul lima Pagi di hari Minggu 6 Oktober 2019, penulis terbangun dari lelapnya tidur. Lalu pergi ke kamar mandi untuk membasuh tangan, mengusap kepala, hingga kaki. Penulis bergegas memasukkan air mineral, baju ganti, dan kacamata renang ke dalam tas ransel. Setelah semua siap, dua potong roti sobek dimakan sebagai penjegal perut dari rasa lapar.
Penulis tidak sendirian, jumlah kami genap berenam. Kami memutuskan untuk menggunakan tiga motor, dua motor matic dan satu motor Vega ZR. Sepagi itu jalanan masih sepi, berbeda dengan hari kerja yang selalu ramai dan padat. Untuk menuju lokasi, penulis menggunakan google maps sebagai penunjuk arah.
Hamparan sawah yang menghijau menandakan beberapa menit lagi Penulis akan tiba di lokasi parkiran Curug. Jika diakumulasikan tanpa singgah-singgah ke minimarket, waktu tempuhnya sekitar Dua jam saja dari Jakarta. Setelah tiba rupanya sudah banyak motor dan mobil yang telah tiba duluan.
Dari Parkiran, penulis dan teman melanjutkan treking untuk menuju curug. Kontur jalan tanahnya sedikit menanjak, melewati beberapa kebun milik warga. Suara aliran sungai terdengar sepanjang perjalanan, masih bersih dan alami. Warung-warung dapat dijumpai di beberapa titik, jadi jangan khawatir kehausan. Tetapi lebih baik membawa air mineral sendiri karena pedagang warung di sini menjualnya lebih mahal, wajar sih butuh tenaga untuk membawa dagangan di lokasi ini.
Ada banyak Curug yang dapat dijumpai di Bogor, khususnya di dekat lokasi yang kami kunjungi. Tetapi penulis spesifik menceritakan dua saja, karena hanya di kedua tempat inilah penulis singgah dan berenang merasakan kesegaran airnya.
Leuwi Lieuk
Dinding-dinding batu yang berada di sisi aliran air membuat sebuah lanskap yang menarik. Penulis mencoba menaiki dinding batunya, tentunya dengan amat hati-hati karena sangat licin. Sudah tersedia tali tambang yang dipasang sebagai pegangan untuk mendaki dinding. Setelah tiba di tempat yang agak tinggi, penulis melompat dan nagih untuk mengulanginya lagi.
Waktu terbaik mengunjunginya adalah saat musim kemarau, kejernihan airnya akan nampak sangat mengagumkan. Koral-koral di dasar curug dapat terlihat dengan jelas. Kedalaman air bisa mencapai lima meter, tersedia sewa pelampung jika sobat tidak terlalu pandai berenang. Ramainya pengunjung di akhir pekan membuat penulis tidak bisa memotret dengan leluasa. Salah satu teman bernama Ajiz mengajak kami untuk kembali treking ke lokasi curug selanjutnya.
Curug Cibaliung
Waktu trekingnya hanya 15 menit saja dari Curug Leuwi Lieuk, setelah tiba suasananya lebih sepi dan penulis bisa bebas berenang tanpa khawatir menganggu pengunjung lain. Tetapi untuk keindahan pemandangannya lebih menarik curug sebelumnya :D, opini pribadi.
Suara aliran air curug membuat pikiran lebih tenang dan nyaman. Kebersihan dan kejernihan air masih sangat terjaga, di lokasi ini penulis tidak terlalu banyak memotret. Lebih banyak berselonjor kaki dan duduk di atas bebatuan, berlindung di bawah pohon yang rindang. Cemilan ringan yang penulis bawa dikeluarkan, satu persatu isinya di makan sambil menikmati pemandangan curug.
Pukul 12 siang penulis pun beranjak meninggalkan curug, kembali menuju parkiran. Nah saat menuju parkiran penulis menemui seekor babi yang ukurannya masih kecil, tidak menganggu hanya numpang lewat saja, sepertinya terpisah dari rombongannya :D. Setelah tiba di parkiran, motor pun melaju kembali ke arah Jakarta. Kami pun singgah sebentar ke warung makan untuk mengisi perut yang sudah keroncongan.
Jika saat berangkat di pagi hari jalanan masih sepi, maka sangat berbeda ketika pulang ke Jakarta. Jalan Raya penuh sesak, terutama di dekat kawasan PGC. Bualan klakson terdengar nyaring, deru kendaraan membuat bising. Asap-asap knalpot menyembul di udara. Syukurlah penulis tiba di Jakarta dengan selamat. Penulis sempat mengalami pecah ban di sekitar Cawang, agak kerepotan mendorong motor karena tidak kunjung bertemu dengan tempat tambal.
0 komentar