Suporter Sriwijaya Mampir ke Stadion Haji Agus Salim Padang
Sebagai seorang maniak bola dan cukup mengikuti perjalanan Liga Indonesia setiap tahunnya, membuat penulis tertarik mengunjungi stadion ini saat berada di Kota Padang. Stadion ini merupakan markas klub kebanggaan Tanah Minang yaitu Semen Padang FC.
Tim berjuluk Kabau Sirah ini sempat menorehkan prestasi yang gemilang di kala menjadi juara Liga Premier Indonesia musim 2011-2012. Atas prestasi tersebut tim ini menjadi wakil Indonesia di Piala AFC pada tahun 2013 dan berhasil menapaki babak perempat final. Namun sayang saat itu Vendry Mofu Dkk harus tersisih dikalahkan oleh wakil India, East Bengal.
Penulis berkunjung ke Stadion Gor Haji Agus Salim Padang pada tanggal 29 juli 2018, setelah berperjalanan dari Bukittinggi (Solo Traveling ke Bukittinggi). Tiba di stadion sekitar pukul 12 siang, panitia saat itu sedang sibuk sekali mempersiapkan pertandingan. Tetapi yang bertanding bukanlah Semen Padang, melainkan Sriwijaya FC melawan Borneo FC.
"Lah kok Sriwijaya mainnya di Padang?", alasannya karena saat itu Stadion Jakabaring Palembang sedang dalam tahap renovasi persiapan Asian Games 2018. Oleh karena itu, Sriwijaya FC harus mencari markas baru sebagai kandang.
Sebenarnya Kota Palembang mempunyai stadion lain yang berkualitas, yaitu Stadion Bumi Sriwijaya. Tetapi stadion tersebut saat itu dalam masa renovasi juga. Pihak manajemen pun memilih Stadion Gor Haji Agus Salim di Kota Padang sebagai tempat sementara menggelar laga kandang.
Penulis memasuki stadion melalui pintu barat dengan membawa ransel dan tas kamera kecil. Awalnya penulis mencari loket tiket tetapi saat itu pintu masuk belum dijaga ketat, jadilah penulis masuk tanpa izin :D Penulis hanya senyum saja ketika melewati beberapa panitia. Mungkin saja dikira awak media, jadi penulis dibiarkan masuk begitu saja.
Setelah berhasil masuk, penulis naik menuju tribun VVIP. Di dekat sana penulis melihat beberapa awak media yang sedang mempersiapkan perangkat untuk merekam pertandingan. Penulis dengan leluasa memasuki tempat duduk VVIP yang masih kosong. Dari sini terlihat jelas lapangan pertandingan dan tribun timur yang mempunyai ciri khas Minang di bagian tengah.
Penulis pun turun dan mengelilingi stadion. Saat tiba di dekat tribun timur, maka pemandangan lapangan dengan
latar tribun barat akan terlihat. Kursi tempat duduk dibentuk pola "SP
FC" yang memiliki arti Semen Padang FC.
Stadion ini berkapasitas sekitar 10.000 penonton. Hanya tribun barat saja yang mempunyai atap dan single seat. Penulis melihat papan skor manual yang terletak di Tribun Selatan. Pada papan skor tersebut sudah dipasang nama Sriwijaya dan Borneo dengan skor 0-0, belum dimulai mainnya.
Pertandingan akan dmulai pada pukul 15.30 WIB, sedangkan penulis harus kembali ke Bandara pukul 14.00 WIB. Sayang sekali penulis belum bisa menyaksikan pertandingan tersebut secara langsung di stadion, penulis hanya menyaksikan melalui layar kaca saja.
Gol Yogi Rahadian membawa Sriwijaya FC unggul tipis 1-0 dari Borneo FC. Skor tersebut bertahan hingga akhir pertandingan, Sriwijaya pun menang. Namun sayang cerita dan catatan menyedihkan menimpa tim ini, karena tim berjuluk Laskar Wong Kito harus degradasi ke Liga 2 pada tahun 2018.
Sriwijaya FC finish di posisi 17, sebuah hal yang mengejutkan karena tim ini merupakan langganan juara. Konflik internal di pihak manajemen membuat penampilan Sriwijaya FC tidak stabil dan sering mengalami kekalahan. Para pemain inti mencari tim baru karena gaji yang tidak lancar. Peraih double winner tahun 2007 itu harus rela turun kasta, penulis saat itu benar-benar kecewa.
Di tahun yang sama Semen Padang FC berhasil promosi ke Liga 1, namun lagi-lagi harus turun kasta ke liga 2 satu tahun berikutnya. Akhirnya Sriwijaya FC dan Semen Padang FC kembali berlaga di wadah kompetisi yang sama di liga 2. Semoga berhasil promosi, karena "Sumatera Rindu Juara".
0 komentar