Menelusuri Keindahan Taman Nasional Baluran di Ujung Timur Jawa
Pukul delapan pagi, tanggal 1 September 2018. Bandara Blimbing Sari di Banyuwangi saat itu sedang sibuk, dua pesawat domestik yaitu Sriwijaya Air dan Citilink mendarat dengan waktu yang berdekatan. Membuat suasana ruang pengambilan bagasi cukup ramai.
Honestly, Setiap berpergian dengan pesawat Penulis selalu menghindari barang bawaan dititipkan di bagasi, berusaha untuk seringkas mungkin supaya bisa dibawa di kabin saja. Alasannya karena malas menunggu proses baggage claim yang kadang lama :D Sayangnya kali ini Penulis membawa tas carrier 60 liter, yang berisikan tenda, nesting, dan baju ganti.
Bandara Blimbing Sari ini terbilang unik, bisa dikatakan berkonsep go green airport. Tanaman sulur menghias koridor, kolam-kolam ikan di beberapa sudut ruangan, dan suasana di luar bandara yang lahannya dikepung sawah. Perjalanan selama di Banyuwangi ini ditemani oleh Faliq, teman dekat Penulis yang sudah pernah ke Banyuwangi sebelumnya, namun ingin mengulang petualangannya di Sunrise of Java.
Kami pun memesan taksi online namun pengemudinya tidak bisa menjemput langsung di dalam bandara. Ini merupakan aturan yang telah disepakati antara pengemudi taksi online dan taksi bandara. Jadi Kami harus berjalan sejauh 100 meter dari pintu keluar. Kemana tujuan Kami? berangkat ke Stasiun Karang Asem terlebih dahulu.
Lah abis dari bandara kok malah pergi ke stasiun? mau balik lagi atau gimana? :D Penulis menuju stasiun untuk mengambil motor yang telah disewa, lokasinya berada di kawasan stasiun. Penulis menyewa motor Yamaha Jupiter Mx dengan tarif sewa Rp 90.000 untuk dua hari. Berperjalanan bersama Faliq menyenangkan namun kadang sering terjadi silang pendapat hahaha, salah satunya tipe motor yang disewa. Penulis sebetulnya ingin motor matic saja, tetapi Faliq memilih motor Jupiter Mx karena memikirkan medan yang akan kami lalui saat menuju basecamp ijen nantinya.
Setelah mengambil motor, petualangan pun dimulai. Kami sepakat bergantian menyetir, ada dua tempat yang ingin Kami datangi selama dua hari di Banyuwangi. Pertama adalah Taman Nasional Baluran di hari pertama dan yang kedua adalah Kawah Ijen.
Perjalanan menuju TN Baluran ditempuh dalam waktu satu jam perjalanan dari pusat kota. Secara geografis TN Baluran terletak di Kabupaten Situbondo, tetapi secara akses dari bandara lebih dekat dan mudah jika berangkat dari Banyuwangi. Pemandangan sepanjang jalan terlihat lautan selat dan Pulau Bali nampak di kejauhan.
Penulis tiba di TN Baluran pada pukul sepuluh pagi. Suasana terik matahari yang menyengat membuat kucuran keringat keluar deras dari badan. Penulis rehat sejenak di Loket tiket masuk, sambil membeli air minum dan beberapa makanan ringan. Biaya tiket masuk sebesar Rp.17.000/orang, lalu biaya tambahan Rp 5.000 untuk biaya masuk dengan sepeda motor.
Jalan di TN Baluran masih beralaskan bebatuan dan tanah. Penulis melihat kendaraan alat berat yang nampaknya digunakan untuk mengaspal jalan di dalam kawasan taman nasional. Sebuah harapan yang bagus untuk kenyamanan wisatawan jika sudah di aspal.
Memasuki bulan September berarti pepohonan terlihat berwarna kecokelatan daunnya, pun dengan rerumputan yang terlihat kering. Lokasi favorit di TN Baluran adalah Savana Bekol, dimana pengunjung dapat melihat lanskap padang rumput dengan latar belakang Gunung Baluran.
Menurut pendapat Penulis, berkunjung saat musim kemarau adalah pilihan yang tepat, meski Penulis belum pernah mencoba saat musim penghujan. Padang rumput yang berwarna cokelat, membuat banyak orang mengatakan lanskap TN Baluran mirip dengan sabana di Afrika. Perhatian Penulis tertuju kepada pajangan fosil kepala banteng dan kerbau yang berada di dekat landmark savana bekol.
Luas TN Baluran sekitar 25.000 Ha, di lokasi ini hidup berbagai macam flora dan fauna. Jika beruntung pengunjung dapat melihat berbagai jenis burung, kawanan rusa, hingga kerbau. Sayang saat itu satwa-satwa tersebut tidak banyak terlihat. Penulis melihat burung berwarna dominan cokelat di sayapnya dan warna putih di bagian tubuhnya, entah burung apa namanya :D. Lalu penulis melihat kawanan rusa dari kejauhan, tidak bisa tertangkap kamera karena lensanya tidak mumpuni.
Ada begitu banyak spot menarik untuk difoto, perhatian penulis beralih ketika melihat pohon-pohon yang tumbuh berjauhan, seolah teman yang bermusuhan (lah teman apa musuh jadinya :D). "Pohon Jomblo" istilah yang disematkan kepada pohon yang tinggi di tengah padang rumput.
Penulis dan Faliq selanjutnya mengunjungi Pantai Bama yang masih terletak di dalam kawasan TN Baluran. Taman nasional ini luas sekali, bahkan mencakup wilayah pantai. Untuk menuju ke sana harus melewati jalan bebatuan yang cukup menyulitkan, apalagi penulis dan faliq menggunakan sepeda motor. Beberapa kali motor yang dikemudikan sedikit oleng, jadi harus hati-hati sekali melewatinya. Sengatan terik matahari menambah rintangan untuk menuju lokasi ini. Mudah-mudahan suatu saat jalan di dalam TN Baluran segera di aspal :)
Tibalah penulis dan faliq di Pantai Bama sekitar pukul satu siang. Lokasi pantai di kelilingi hutan Manggrove. Air laut terlihat menyapu pasir pantai yang bersih. Penulis melihat kawanan monyet yang sedang bersantai di pantai ini, bahkan ada yang tidur-tiduran di kursi kayu panjang dan pondokan.
Jika ingin berenang di pinggir air laut, tempat ini menyediakan fasilitas penunjang seperti kamar mandi untuk bilas, toilet, lalu terdapat juga tempat makan. Sekitar pukul tiga sore, penulis dan faliq menuju Kota Banyuwangi untuk persiapan berangkat menuju basecamp pendakian Gunung Ijen. Kami singgah sejenak di Kota, beristirahat di sebuah masjid besar di Banyuwangi.
Cerita Pendakian Gunung Ijen dapat dibaca pada "Catatan Pendakian Gunung Ijen"
0 komentar