Menatap Kemegahan Masjid Ramlie Musofa di Sunter
Siang itu matahari begitu terik tanggal 26 Januari 2019, terasa seperti membakar ubun-ubun. Penulis menyeka keringat yang dari tadi mengucur sepanjang mengendari sepeda motor menuju Kawasan Sunter. Kepadatan lalu lintas di Jakarta seperti biasa. Suara klakson bersahutan, terus membual membuat hiruk pikuk di jalan.
Tibalah Penulis di Masjid Ramlie Musofa sekitar pukul dua belas siang. Nama masjid diambil dari singkatan inisial nama-nama keluarga pendirinya. Masjid ini mulai dibangun pada tahun 2011, lalu diresmikan pada bulan Mei 2016.
Masjid bernuansa putih itu membuat penulis takjub, berdiri menjulang dan bersebelahan dengan rumah-rumah besar. Lalu diseberang masjid terdapat Danau Sunter yang menghampar luas. Arsitektur masjid dianggap memiliki kemiripan dengan bangunan Taj Mahal
di India. Ornamen-ornamen di dinding-dinding masjid ini sangat indah.
Tidak ada larangan untuk mengambil gambar, asalkan jangan menganggu jamaah lain yang sedang beribadah. Penulis tersenyum takzim menyapa satpam di dekat pagar masjid, lalu beranjak ke tempat wudhu untuk bersiap Salat Dzuhur.
Penulis melihat ukiran surah Al Qoriah yang berada di dinding depan halaman masjid. Setelah itu Penulis menaiki anak tangga yang terasa panas karena menyerap energi Matahari. Penulis berjalan jinjit, guna mengurangi rasa panas di kaki.
Penulis melihat ukiran surah Al Qoriah yang berada di dinding depan halaman masjid. Setelah itu Penulis menaiki anak tangga yang terasa panas karena menyerap energi Matahari. Penulis berjalan jinjit, guna mengurangi rasa panas di kaki.
Muazin pun menyerukan azan, terdengar merdu dan mendamaikan. Penulis masuk ke dalam, melihat para jamaah lain yang tengah menjalankan Salat Sunnah. Jika di luar terasa panas, di dalam masjid suhu udara lebih dingin dan teduh. Salat Dzuhur pun dilangsungkan, dua baris jamaah laki-laki terisi penuh.
Di dalam masjid terdapat fasilitas lift, tetapi Penulis memilih naik ke lantai dua dengan meniti anak tangga. Terdapat dinding jendela di arah mimbar yang diukir surah Al Fatihah, lengkap dengan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia dan China. Penulis mengitari setiap sudut di lantai atas, lalu berdiri di sebuah tempat layaknya beranda. Dari tempat ini terlihat sebuah kubah kecil dan pemandangan Danau Sunter.
Selain mengunjungi masjid, penulis juga menyusuri trotoar di dekat Danau Sunter. Para penjual minuman dan makanan ringan menjajalkan dagangannya di atas trotoar. Lalu penulis melihat beberapa warga yang tengah asyik memancing, duduk di bawah pohon sambil mengamati pelampung pancing. Air di danau ini terlihat bersih, hanya ada sedikit sampah yang mengapung.
Cuaca yang tadinya terik berubah menjadi gelap, gumpalan awan hitam memenuhi langit sejauh mata memandang. Penulis bergegas mengambil sepeda motor lalu kembali pulang.
0 komentar