Keindahan Piaynemo dan Wayag di Raja Ampat
Cuaca buruk yang melanda Penulis dan teman-teman di hari sebelumnya telah berakhir (read : Menjemput Mimpi Berkunjung ke Raja Ampat). Keesokan harinya tanggal 23 Desember 2018, pukul tujuh pagi penulis melanjutkan perjalanan melihat keindahan alam di Raja Ampat. Tujuan pertama adalah melihat gugusan bukit-bukit karst yang indah di Piaynemo, lalu dilanjutkan menuju Wayag dan destinasi lainnya.
Speedboat yang membawa penulis hari sebelumnya diganti dengan speedboat yang lain, lebih bertenaga dengan mesin 150PK. Jarak antara homestay Tanjung Mefiyai dan Geosite Piaynemo tidak terlalu jauh, jika dilihat dari profil homestay di traveloka sekitar 10 km.
Geosite Piaynemo
Suasana pagi yang masih sejuk dan matahari belum terlalu terik menjadi waktu yang tepat berkunjung ke lokasi ini. Speedboat yang kami tumpangi memasuki kawasan bukit karst, lalu motoris menyandarkan kapal di dermaga. Meski masih pagi tetapi sudah ada beberapa kapal yang duluan datang, cukup ramai pengunjung yang datang, mungkin disebabkan karena dalam suasana libur natal.
Untuk melihat lanskap gugusan bukit karst, penulis harus menapaki anak tangga yang berjumlah 320 buah. Di sisi kanan dan kiri tangga terdapat pohon-pohon yang rimbun. Larik cahaya mencari celah menebus dedaunan. Cukup melelahkan menaiki tangga-tangga di sini, penulis tidak membawa air mineral sehingga harus berpuasa sejenak dan menahan rasa haus.
Ketika sampai di atas bukit maka rasa lelah terbayar tuntas dengan keindahan yang menakjubkan. Gugusan bukit karst Piaynemo menjadi salah satu ikon Raja Ampat, air yang mengelilingi bukit berwarna kehijauan. Penulis dan teman-teman harus mempersingkat waktu kunjungan di Piaynemo karena masih banyak tempat lain yang belum dikunjungi.
Geosite Wayag
Waktu tempuhnya sekitar tiga jam dari Piaynemo, penulis tiba pada pukul satu siang di Geosite Wayag. Speedboat menyusuri air laut yang berwarna hijau ketika mulai memasuki kawasan wayag, bukit-bukit karst jumlahnya jauh lebih banyak dari Geosite Piaynemo.
Speedboat bersandar ke dekat bukit dan bergandengan dengan speedboat lainnya. Untuk menikmati gugusan batu karang dari ketinggian, penulis harus treking melalui batu karang untuk mencapai puncak bukit pandang.
Harus hati-hati sekali menginjak dan berpegangan dengan batu-batunya, terkadang ada beberapa bagian batu yang lancip dan tajam. Disarankan memakai sepatu atau sandal gunung supaya lebih aman, tidak boleh bertelanjang kaki ! Cuaca terik cukup menguras tenaga, kali ini penulis membawa perbekalan air mineral untuk melepas haus.
Setelah tiba di atas, penulis membelalakkan mata melihat keelokan gugusan bukit karang yang menghampar. Cantik nian ! Cuaca yang sangat terik membuat keringat bercucuran, setelah puas mengambil banyak foto Kami pun turun ke bawah untuk bersiap menuju destinasi berikutnya.
Pusat Konservasi Hiu Wayag
Antara takut dan penasaran, itulah perasaan yang menyelimuti Penulis ketika tiba di lokasi ini. Snorkeling bersama Bayi Hiu menjadi pengalaman yang mengesankan. Selama tidak ada luka yang mengeluarkan darah aman-aman saja berenang bersama bayi hiu di sini. Menggemaskan sih saat masih bayi, tapi kalau sudah besar? mengerikan :D
Sunset yang Indah
Speedboat menuju ke Waitunu Homestay, Tempat Penulis beristirahat melepas lelah setelah sepanjang hari berperjalanan ke tempat-tempat yang menakjubkan tadi. Penulis tiba di homestay sudah mendekati waktu maghrib, gumpalan awan berwarna merah terlihat menghampar di langit. Rupanya masih ada keindahan lain di penghujung sore itu. Sunset yang indah membuat penulis belum beranjak menuju kamar, padahal badan sudah lengket dengan keringat.
Aneka hidangan ikan menjadi menu santapan makan malam saat itu, setelahnya penulis bersantai di bale-bale yang disediakan di tepi pantai. Pukul sepuluh malam penulis terlelap, merebahkan badan yang sudah terasa lelah.
Geosite Kabui
Keesokan harinya pada tanggal 24 Desember 2018, hari ketiga di Kepulauan Raja Ampat. Destinasi berikutnya yang penulis tuju adalah Geosite Kabui. Sebuah teluk yang mempunyai keunikan berupa batu-batuan yang lancip menyerupai pensil. Speedboat pun bersandar di dermaga kecil di dekat batu pensil, lalu penulis segera mengeluarkan kamera untuk mengambil beberapa foto.
Penulis pun kembali naik ke speedboat, perjalanan selanjutnya adalah kembali ke Pelabuhan Waisai. Menandakan Cerita perjalanan di Raja Ampat ini akan menemui bagian akhirnya. Tetapi masih ada satu lagi tempat yang akan penulis ceritakan di postingan berikutnya.
Bersambung, silahkan baca : Birunya Kalibiru di Raja Ampat
0 komentar