Laskar Pelangi Sebuah Karya Sastra yang Menaikkan Parawisata Belitung
"Selamat datang di Bumi Laskar Pelangi, terima kasih telah memilih Sriwijaya Air dalam penerbangan anda" Flight Attendant berbicara melalui saluran komunikasi pesawat. Sebuah ucapan yang membuat penulis tertegun memikirkan sesuatu "Sebuah efek karya sastra yang luar biasa, nama Belitung erat sekali dengan kata Laskar Pelangi" tulis penulis dalam sebuah note kecil,
Perjalanan ini lagi-lagi bersama teman bernama Faliq, seorang teman yang sangat gemar berpetualang mencari cinta sejati, loh kok ngawur hahaha. Bukan-bukan maksudnya mencari pengalaman dan memenuhi segala impiannya. Sabtu pagi yang cerah, kala matahari sepenggala naik pukul delapan pagi, Pesawat Boeing 737 seri 800 Next Generation milik Sriwijaya Air berhasil mendarat dengan sempurna di Bandara H.A.S Hanandjoeddin Belitung.
Penulis dan Faliq dijemput oleh teman lama saat kuliah, bernama Adit. Setelah menyelesaikan prosesi salaman dan tanya kabar, penulis pun diantar langsung ke mess pegawai Instansi Fiskus di Tanjung Pandan. Di sanalah penulis akan menumpang menginap, tempat Adit dan yang lainnya tinggal selama berdinas di Tanjung Pandan.
Saat tiba di mess, penulis disambut oleh teman yang lainnya bernama Wisnu, Valen, dan Satria. Mereka bertiga juga merupakan teman kuliah penulis. Setelah meletakkan ransel dan beristirahat sejenak, penulis diantar berkeliling Belitung. Inilah beberapa tempat yang penulis kunjungi selama 2 hari di Belitung.
Replika Sekolah Laskar Pelangi
Agaknya nama tempat ini yang pertama kali penulis lontarkan ketika Adit bertanya "Mau kemana dulu kita?". Satu jam perjalanan waktu yang dibutuhkan untuk sampai di sana, menikmatinya dengan melihat sisi kanan kiri jalan yang dipenuhi hutan dan rawa-rawa. Pada beberapa titik akan terlihat bekas galian tambang timah yang menganga.
Penulis tiba di sebuah sekolah yang jelek dan nampak rapuh bangunannya, ditopang oleh sebuah kayu besar di sebelah kiri bangunan. Agaknya pemandangan ini yang terlukis di dalam Kisah Laskar Pelangi baik di Novel maupun Film.
Penulis sebenarnya menonton filmnya terlebih dahulu dibanding dengan membaca buku. Saat itu di tahun 2010 diadakan nonton bareng di tempat lembaga kursus di kampung, film yang diputar adalah film Laskar Pelangi. Barulah di tahun 2017 penulis membaca buku garapan Andrea Hirata itu, karya sastra yang mendapatkan apresiasi yang tinggi di kalangan pembaca.
Film dan Novel tersebut benar-benar menaikkan sektor pariwisata Belitung. Semenjak diputar dan diproduksi, orang-orang berdatangan untuk berlibur dan ingin melihat langsung beberapa tempat yang menjadi lokasi syuting film tersebut. Namun lokasi sekolah ini bukanlah lokasi asli tempat di langsungkan pengambilan syuting film, karena sekolah yang lama telah dibongkar.
Meski begitu bangunan sekolah yang baru dibuat semirip mungkin, dalam ruang kelas terdapat papan tulis hitam lusuh. Lalu di dinding-dinding ruang kelas ditempel tokoh-tokoh pahlawan. Sinar matahari mencari celah memasuki lubang-lubang kecil yang terletak di antara dinding kelas yang terbuat dari papan.
Di luar ruangan, berkibarlah Sang Merah Putih di ujung tiang. Lalu hamparan pasir berwarna putih diletakkan di halaman sekolah. Menjorok di bagian depan sekolah terdapat ukiran bertuliskan "Replika Sekolah Laskar Pelangi" dengan bermacam warna.
Jujur saja, ketika memasuki tempat ini penulis tidak terlalu antusias. Lokasinya berseberangan dengan Replika Sekolah Laskar Pelangi. Harga tiket masuknya sangat murah yaitu Rp 5.000 saja, Bangunan yang terbuat dari anyaman rotan berbentuk keong ini memang mempunyai estitika tinggi.
Penulis lalu berjalan menuju arah dermaga, hanya beberapa puluh meter saja dari rumah keong. Sebuah danau rawa yang terlihat dangkal dan pohon-pohon rawa terlihat hidup berkoloni. Mega-mega yang menghiasi langit menambah foto landscape alam yang penulis ambil.
Museum Kata Andrea Hirata
Penulis berekspektasi besar tentang tempat ini, terlihat dari namanya saja sudah sangat menarik perhatian yaitu "Museum Kata". Biaya untuk masuk ke dalam cukup mahal yaitu Rp 50.000, tetapi setiap pengunjung mendapatkan sebuah buku tipis mengenai Laskar Pelangi.
Setiap sudut bangunan utama dihiasi foto-foto film Laskar Pelangi, menampakkan foto Ikal CS di film Laskar Pelangi. Kutipan Andrea Hirata terpajang di dinding ruangan, salah satunya berbunyi "Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mimpi mimpimu" pada bagian sisi kiri kutipan terdapat foto Andrea Hirata dengan topi khasnya.
Tidak hanya kutipan kata Andrea Hirata, di tempat ini juga terpajang kutipan tokoh-tokoh terkenal lainnya. Selain itu banyak sekali spot foto instagrammable di tempat ini, termasuk jendela jendela unik dan kedai kopi di bagian belakang rumah.
Terkhusus berbicara tentang buku-buku Andrea Hirata, penulis telah menyelesaikan membaca beberapa buku beliau. Buku terakhir yang dibaca berjudul "Orang-Orang Biasa", ceritanya berlatar tempat bernama Belantik di Belitung.
Sang Surya perlahan kembali turun ke peraduannya, penulis diajak oleh teman-teman menuju spot menyimak pemandangan matahari terbenam di sebuah pantai bernama Tanjung Pendam. Lokasinya tidak terlalu jauh dari kota. Sebuah kapal yang sedang parkir di pinggir laut yang dangkal menjadi sorotan penulis, bersama langit yang berwarna oranye.
Ah, pedagang pempek yang berjualan di dekat sini membuat penulis terbujuk untuk membelinya. Kuah atau cuko pempeknya memang tidak selezat yang ada di Palembang, tetapi sudah cukup mengobati kerinduan menikmati makanan khas Palembang ini. Secangkir kopi menemani senja di Belitung kali ini, lengkap dengan guyonan khas Adit dkk.
Langit pun semakin gelap, penulis kembali ke mess untuk beristirahat. Keesokan harinya penulis melanjutkan perjalanan berkeliling di Belitung. Sambungan cerita dapat dibaca pada : Keindahan Bumi Laskar Pelangi
0 komentar