Keindahan Bumi Laskar Pelangi
Hari kedua di Belitung, Berbicara mengenai keindahan alam di Bumi Laskar Pelangi yang didominasi oleh bebatuan granit alami, pasir putih, dan taman bawah laut yang menawan. Pada hari pertama sobat dapat membaca postingan : Laskar Pelangi Sebuah Karya Sastra yang Menaikkan Parawisata Belitung.
Nah, kelanjutan cerita penulis di hari kedua dapat di simak dalam ulasan di bawah ini, selamat menyimak :)
Nah, kelanjutan cerita penulis di hari kedua dapat di simak dalam ulasan di bawah ini, selamat menyimak :)
Pantai Tanjung Tinggi
Alarm berbunyi dengan suara yang cukup kuat dan berhasil membangunkan penulis pukul lima pagi, setelah itu langsung bersiap siap untuk menuju Pantai Tanjung Tinggi yang memakan waktu sekitar 45 menit dari Kota Tanjung Pandan.
Pantai ini menjadi salah satu lokasi syuting Film Laskar Pelangi, hal itu dipertegas dengan berdirinya sebuah prasasti "Lokasi Syuting Film - The Film Site of Laskar Pelangi". Saat itu Ikal dkk berlarian kesana kemari dan tertawa (kok seperti lirik lagu :D). Pantai ini memiliki batu-batu granit yang tinggi dan besar, lalu air laut yang jernih beserta pasir putih semakin membuat elok pemandangannya.
Gugusan batu granit yang ada di Pantai Tanjung tinggi menarik perhatian penulis dkk untuk menaikinya, tentunya dengan memperhatikan kaki kami saat melangkah dan menginjak. Matahari pagi membuat sebuah skema alam yang menawan, cahaya menyembul diantara bebatuan. Kelembutan pasir putih yang ada di pantai ini membuat penulis melepaskan sandal, bertelanjang kaki untuk bersentuhan langsung dengan pasirnya.
Hopping Island
Menurut penulis, belum lengkap jika berkunjung ke Belitung tetapi tidak mengunjungi Pulau-pulau kecil di dekatnya. Untuk sewa menyewa kapal, semuanya telah diatur oleh teman penulis bernama Valen yang mempunyai kenalan dengan pemilik kapal.
Lokasi keberangkatan kapal dari Pantai Tanjung Kelayang, rupanya saat berada di sana penulis bertemu dengan rekan kerja Valen yang kebetulan ingin berangkat bersama. Jadinya jumlah penumpang kapal saat itu tiga belas orang.
Pulau Pasir Timbul
Lokasi pertama yang disambangi adalah Pasir Timbul, pulau pasir yang terbentuk karena permukaan air laut yang sedang surut. Nah, jika air laut sedang pasang maka kemungkinan pasirnya akan tenggelam dan tidak terlihat.
Waktu terbaik untuk menuju lokasi ini adalah saat pagi hari, jangan lewatkan untuk berswafoto bersama pasir yang berwarna putih dan jernihnya air laut. Katanya sih akan terlihat bintang laut di pulau pasir ini, namun saat itu penulis belum beruntung karena tidak ada bintang laut yang terlihat.
Pulau Lengkuas
Pulau ini merupakan tujuan utama penulis dkk, katanya sih kalau ke Belitung harus mengunjungi pulau cantik ini. Sebuah Mercusuar berwarna putih yang tinggi menjulang menjadi ciri khasnya. Usia menaranya sudah seratus tahun lebih, dibangun pada tahun 1882 saat zaman penjajahan Belanda.
Hal pertama yang terlintas di pikiran penulis ketika melihat Mercusuar di pulau ini adalah menaikinya. Namun sayang sejak Mei 2017 sudah tidak diperbolehkan lagi bagi pengunjung yang ingin naik ke atas puncak menara, hanya sampai lantai tiga saja.
Saat penulis datang berkunjung ke sana, menaranya juga dalam masa pemeliharaan jadi urunglah niat penulis untuk naik. Baiklah, tidak perlu kecewa karena akan ada sebuah hiburan yang menarik yaitu bermain bersama ikan-ikan. Penulis dkk diantar oleh pengemudi kapal menuju spot snorkeling di dekat Pulau Lengkuas.
Tanpa berlama-lama penulis langsung mengambil peralatan dan menyeburkan diri ke dalam air laut, yang paling penting adalah membawa potongan roti untuk dibagikan ke ikan-ikan. Sontak para ikan berdatangan dan menggeromboli penulis.
Pulau Kelayang
Pulau terakhir yang penulis sambangi adalah Pulau Kelayang yang juga mempunyai bebatuan granit dengan ukuran jumbo. Ada sebuah spot keren di pulau ini, yaitu dua buah batu granit yang berhimpitan dan membuat celah seperti gua kecil. Air yang dangkal pun masuk ke dalam gua dan menjadi daya tarik teman-teman yang lainnya.
Penulis hanya mengamati dari kejauhan saja dan malas untuk mengantri foto, untuk menuju lokasi ini penulis harus melewati hutan kecil yang dipenuhi pohon rambat. Penulis malah tertarik bersantai di pinggir pantai Pulau Kelayang, mengamati sebuah tumpukan batu granit di tengah laut.
Dalam perjalanan pulang, pengemudi kapal menunjukkan sebuah pulau yang unik bernama Pulau Garuda. Dinamakan seperti itu karena susunan batunya berbentuk seperti Burung Gardua. Penulis tidak singgah ke pulau ini, hanya melihat dari kejauhan saja.
Sekitar pukul dua siang, kapal merapat kembali di Pantai Tanjung Kelayang. Petualangan pun selesai. Terima kasih kepada teman-teman Belitung yang sudah menyambut dan membantu penulis selama perjalanan di Belitung. Penulis mendapatkan kabar bahwa beberapa teman-teman penulis yang ada di sana mendapatkan mutasi ke daerah lain. Turut senang mendengarnya, ada yang kembali ke kampung asal dan ada juga yang bertugas di daerah besar di Indonesia.
"Jangan Pernah Lelah Mencintai Indonesia" - SMI
0 komentar