Pagi yang cerah di Kota Banda Aceh, Penulis tiba di Terminal Batoh Banda aceh setelah perjalanan selama kurang lebih 12 jam dengan menggunakan Bus Sempati Star dari Kota Medan. Penulis tersenyum semringah, akhirnya tiba juga di Bumi Serambi Mekkah. Meski sedang berpuasa, tidak menyurutkan semangat Penulis untuk berkeliling di Aceh.
Penulis bersama Faliq dan Dicky telah menyusun itinerary pada dua minggu sebelum perjalanan ini dilaksanakan. Itinerary sifatnya tidak mengikat, tetapi sebagai pedoman supaya Kami bisa mengatur waktu, menentukan destinasi apa saja yang akan dikunjungi, tempat menginap, prakiraan biaya, dan kontak rental kendaraan.
Faliq pun mengontak rental motor yang sudah dipesan jauh-jauh hari. Namanya Taqin Rental Motor yang beralamat di Jl. Dharma, Laksana, Kuta Alam, Kota Banda Aceh. Kami memesan dua motor dengan jenis Honda Beat dengan tarif seharga Rp.100.000/motor/hari.
Sebelum serah terima kunci, kami memastikan kondisi motor dalam keadaan baik. Hal yang harus diperhatikan saat menyewa motor adalah kondisi ban motor, rem, starter, dan lampu sen. Setelah semuanya dalam kondisi baik, kami pun mengendarainya menuju Pelabuhan Ulee Lheue. Tujuan penulis selanjutnya adalah berangkat menuju Kota Sabang yang berada di Pulau Weh. Kami memilih untuk menuju destinasi yang jauh terlebih dahulu, keliling kota Banda Aceh nanti setelah pulang dari Sabang.
Menyeberang ke Pulau Weh dengan Kapal
Ada dua tipe kapal penyeberangan dari Pelabuhan Ulee Lheu menuju Pelabuhan Balohan Sabang, yaitu kapal cepat dan kapal lambat. Kapal Cepat hanya untuk mengangkut penumpang saja, lalu kapal lambat bisa mengangkut kendaraan bermotor.
Jadwal keberangkatan kapal lambat dari Pelabuhan Ulee Lheu tersedia pada pukul 07.30 WIB, 11.00 WIB, dan 16.00 WIB. Jam yang sama berlaku untuk untuk keberangkatan dari Pelabuhan Balohan Sabang. Tarifnya yaitu Rp.27.000/penumpang untuk kelas ekonomi. Lalu tarif kendaraan sepeda motor diberikan tarif tambahan Rp.30.500/motor.
Setelah memarkirkan motor di dalam kapal, Penulis naik ke deck penumpang dan mencari tempat duduk strategis (dekat tempat charging HP). Oh iya, Kami menumpangi kapal lambat pada pukul 7.00 WIB, lama perjalanan sekitar tiga jam.
Tiba di Kota Sabang, Panorama Indah Danau Laut Tawar Aneuk Laot dan Teluk Sabang
Penulis tiba di Pelabuhan Balohan Sabang pada pukul 10.30 WIB, tujuan selanjutnya adalah tempat penginapan di dekat Pantai Iboih. Namun baru sebentar motor melaju meninggalkan pelabuhan, penulis singgah sejenak di sebuah taman yang bertuliskan "I Love Sabang".
Lalu di seberang taman, terdapat menara pandang dengan panorama Danau Laut Tawar Aneuk Laot dan Teluk Sabang. Penulis memandang takzim, kagum dengan lanskap alam dihdapan Penulis. Sangat disayangkan waktu penulis di Sabang tidak terlalu lama sehingga belum bisa mengunjungi Danau Aneuk Laot.
Meski dalam kondisi letih dan berpuasa, Kami tetap semangat dan sangat antusias untuk mengunjungi tempat-tempat yang ada di itinerary. Setelah puas mengambil banyak foto, penulis kembali memacu sepeda motor menuju penginapan terlebih dahulu untuk meletakkan ransel, supaya beban di pundak berkurang.
Ingin Snorkeling di Pulau Rubiah, Tetapi Sedang Berpuasa
Tiba di penginapan, penulis terpana melihat pemandangan air laut yang biru dan bersih di Pantai Iboih. Sabang memang terkenal dengan wisata lautnya, bahkan pernah diadakan event Sail Sabang tahun 2017 yang mengundang banyak tamu dari mancanegara.
Tak jauh dari lokasi penginapan terdapat pulau Rubiah, namun harus ditempuh dengan kapal. Pulau ini merupakan salah satu Spot snorkeling dan diving dengan pesona bawah laut yang menakjubkan. Kami tidak memasukkan Pulau Rubiah ke dalam itinerary. Buat apa ke sana kalau tidak bisa snorkeling (puasa), mungkin next time kalau ada kesempatan kembali lagi ke Sabang.
Oh ya, penulis bersama faliq dan dicky memesan satu kamar dengan tarif Rp.300.000/malam. Demi hemat, kami pun tidur bertiga dalam satu kamar. Emang muat? ya dimuat-muatin hehe, sharecost-nya lebih ringan.
Tugu 0 KM Indonesia
Belum sempat rebahan di penginapan, penulis langsung mengendarai motor menuju destinasi yang wajib di kunjungi di itinerary, Tugu 0 KM Indonesia ! Belum lengkap rasanya jika ke Sabang namun belum berkunjung ke tugu penanda nol kilometer dari Barat Indonesia ini. Kami melewati jalanan aspal dengan sisi jalan hutan, ada banyak monyet yang terlihat sedang santai nongkrong di pinggir jalan.
Setibanya di tugu, Penulis melihat tulisan landmark yang bertuliskan "Kilometer 0 Indonesia" lalu terdapat tugu berwarna putih yang megah. Rencong atau senjata khas aceh dijadikan simbol di tugu ini. Di hadapan Tugu 0 KM, terbentang luas hamparan laut yang biru. Saat itu sepi sekali pengunjung yang datang, selain kami bertiga ada empat turis dari Malaysia, katanya sih dari kota KL (Kuala Lumpur).
Berbuka Puasa Sambil Menikmati Sunset, Lalu Berkunjung ke Masjid Babussalam
Penulis kembali ke penginapan untuk persiapan berbuka puasa. Tidak perlu jauh-jauh mencari tempat hunting sunset, karena lokasi penginapan berada di dekat pantai.
Setelah berbuka puasa, penulis berangkat menuju Masjid Babussalam yang terletak di tengah Kota Sabang. Bangunannya tinggi besar dengan empat menara berdiri di sudut-sudut masjid. Terdapat juga satu kubah besar yang berada di atap masjid. Masjid ini dilengkapi dengan serambi yang luas. Bagian interiornya pun kelihatan seperti baru direnovasi, dominasi warna dindingnya yaitu warna putih dan warna emas.
Penulis selanjutnya mencoba menyantap Mie Sabang di warung makan yang berada di dekat masjid. Setelah habis satu mangkok mie, penulis kembali ke penginapan dan beristirahat untuk merebahkan badan yang letih ini. keesokan harinya penulis melanjutkan perjalanan mengunjungi destinasi di Kota Banda Aceh.
Sekian tulisan kali ini, foto di atas adalah poster destinasi-destinasi wisata di sabang. Cerita lanjutannya dapat dibaca pada part 2 : Traveling ke Banda Aceh.
0 komentar