Pada 22 oktober 2018, penulis mengikuti kegiatan relawan mengajar selama satu hari di kota jambi. sebuah hal baru bagi penulis, bercengkrama dengan anak-anak sekolah dasar dan menjadi guru selama satu hari di sana. Sebuah Pengalaman yang tidak terlupakan.
Pada malam harinya, penulis memutuskan untuk keluar sejenak untuk melihat-lihat suasana Kota Jambi. Setelah meminta saran kepada teman perihal tempat rekomendasi yang wajib didatangi, akhirnya penulis mengunjungi salah satu jembatan pedestarian terpanjang di Indonesia, yaitu Jembatan Gentala Arasy.
Jembatan ini diresmikan oleh Bapak Jusuf Kalla, Wakil Presiden Indonesia saat itu pada tahun 2015. Bentuk jembatan ini unik banget sob, meliuk-liuk seperti pola sungai yang membentuk huruf "S". Jembatan ini hanya diperuntukan pejalan kaki saja, kendaraan bermotor tidak boleh lewat.
Setelah tiba dan memarkirkan kendaraan, Penulis tertarik menuju ke dermaga yang terletak di bawah jembatan. Letaknya yang berada di pinggir sungai membuat penulis sedikit ragu dan takut untuk menuju ke sana, namun setelah melihat ada beberapa pemilik perahu yang sedang duduk di sekitar dermaga membuat penulis pun berani ke sana.
Alat transportasi sungai seperti perahu mesin masih digunakan oleh warga jambi loh. Seperti salah satu anggota polisi yang malam itu menggunakan jasa perahu mesin untuk mengantarnya ke seberang. Bahkan motor polisinya juga diangkut ke atas perahu mesin.
Belum lengkap menikmati keindahan Jembatan Gentala Arasy tanpa cemilan. Penulis pun memesan satu jagung bakar yang dijual di dekat jembatan. Bagi sobat yang menyukai fotografi, cobalah berkunjung ke sini. Pantulan sinar cahaya lampu membentuk refleksi indah di air Sungai Batanghari. Pada seberang sungai, terdapat landmark bertuliskan "Jambi Kota Seberang". Namun sayang ada beberapa lampu yang padam.
Mengunjungi Gentala Arasy di Siang Hari
Karena belum mencoba berjalan di atas jembatan, Penulis kembali ke Gentala Arasy keesokan harinya. Suasana jembatan saat itu ramai oleh warga yang menikmati akhir pekan bersama keluarga. Sungai Batanghari yang lebar membelah kota, aktivitas perahu dan kapal-kapal besar lalu lalang menyusuri sungai. Pada ujung jembatan terdapat menara yang dipergunakan sebagai museum budaya.
Penulis kembali ke bawah dermaga. Jika pada malam hari warna air sungai gelap dan dihiasi cahaya lampu, maka pada siang hari warna air sungai yang berwarna cokelat akan terlihat. Aktivitas siang hari di Sungai Batanghari lebih ramai dibandingkan dengan malam hari, perahu kayu terlihat lalu-lalang.
Perahu-perahu yang bersandar pun lebih banyak. Penulis saat itu ditawari mengitari sungai dengan tarif Rp.30.000, tetapi penulis menolak karena setelah itu berangkat menuju Candi Muaro Jambi. Catatan perjalanannya dapat dibaca pada "Melihat Kompleks Candi Muaro Jambi"
0 komentar