Berkunjung ke Habitat Orang Utan di Tanjung Puting
Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) merupakan habitat satwa orang utan yang terletak di Provinsi Kalimantan Tengah. Penulis mengunjunginya pada 29 September 2018 yang lalu.
Jika sobat ingin mengunjungi taman nasional ini, bandara terdekatnya yaitu Bandar Udara Iskandar di Pangkalan Bun. Adapun pilihan armada pesawat yang menyediakan penerbangan langsung dari jakarta menuju pangkalan bun adalah Trigana Air dan Nam Air. Saat itu penulis menggunakan pesawat Nam Air dengan tiket promo.
Setelah tiba di Pangkalan Bun, sobat melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Kumai. Untuk menuju Tanjung Puting sobat harus menyewa kapal klotok dari pelabuhan kumai. Disarankan pergi secara berkelompok sekitar 6-10 orang, supaya lebih hemat sharecost sewa klotoknya.
Sobat bisa Live on Board atau menginap beberapa hari di kapal klotok, tergantung kesepakatan dengan pemilik kapal. Saat itu penulis bersama sembilan teman yang lain menyewa kapal klotok hanya untuk satu hari saja. Di antara teman-teman tersebut, ada satu orang perempuan yang sudah melanglang dan berpengalaman dalam traveling baik dalam negeri maupun luar negeri. Salut !
Pukul 9.30 WIB, kapal klotok meninggalkan Pelabuhan Kumai, Petualangan itu pun dimulai, tanpa sinyal seluler ! Pemandangan pertama yang dipotret adalah pohon-pohon nipah berjejer di pinggir sungai, lalu penulis melihat beberapa perahu warga melintasi Sungai Sekonyer.
Memasuki Sungai Hitam di Tanjung Puting
Alami dan lestari, hal itulah kesan ketika kapal klotok menyusuri Sungai Sekonyer. Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan pohon-pohon yang rindang dan berjejer di pinggir sungai. Pohonnya melambai-lambai, bergerak daun-daunnya.
Bukan karena angin, melainkan monyet-monyet yang bergelantungan saling kejar satu sama lain. Seolah-olah ingin mengucapkan selamat datang kepada kami yang mengunjungi rumah mereka. Penulis antusias ketika melihat bekantan dengan warna bulu oranye dan hidung panjang. Ah sayangnya lensa kamera penulis tidak mampu memotret mereka lebih dekat.
Kapal Klotok mulai memasuki jalur sungai kecil dan sempit dengan warna air hitam kemerah-merahan. Jalur sungai ini dijuluki "Black River". Kesannya menyeramkan sekali sob, apalagi di pinggir kanan dan kiri sungai terdapat pohon-pohon tinggi yang rimbun. Lalu terdapat juga batang-batang pohon rambat yang berada di bibir sungai.
Air hitam di sungai ini bukan karena kotor dan tercemar loh, melainkan karena kayu dan akar-akar yang tumbuh di dasar sungai. Tidak disarankan untuk mandi di sungai ini ya sob, infonya ada buaya yang hidup di sungai ini.
Tiba di Camp Leakey
Setelah dua jam menyusuri sungai, tibalah klotok berhenti di Camp Leakey, Tempat memberi makan orang utan. Ada tiga camp yang ada di Taman Nasional Tanjung Puting, dua camp yang lain bernama Tanjung Harapan dan Pondok Tanggui. Penulis hanya mengunjungi pos tiga saja. Jika sobat menyewa kapal dua hari atau lebih, mungkin bisa mengunjungi ketiga-tiganya.
Klotok tiba di dermaga Camp Leakey dan parkir bersebelahan dengan klotok lain yang sudah duluan sampai. Di Camp Leakey terdapat pusat penelitian orang utan loh, rumah informasi mengenai orang utan ada juga di sini.
Untuk menuju feeding station, penulis melewati jalan kayu dan jalan tanah. Saat di perjalanan bertemu dengan monyet-monyet yang cukup agresif, untungnya tidak ada yang menganggu. Saat tiba di feeding station, rupanya sudah ramai pengunjung domestik dan mancanegara. Tali pembatas dipasang sebagai tanda bahwa pengunjung tidak boleh mendekat ke area tempat makan orang utan.
Petugas Taman Nasional mulai berseru-seru memanggil orang utan untuk mendekat dan memakan pisang yang telah disediakan. Cukup lama menunggu, orang utan pun tak kunjung datang. Ternyata feeding station ini baru saja pindah dari tempat yang lama sehingga orang utannya perlu penyesuaian. Syukurlah satu primata datang menghampiri pisang yang telah disediakan, meskipun bukan orang utan yang penulis ingin lihat.
Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, penulis kembali menuju klotok dan menyudahi kunjungan di Camp Leakey.
Kapal Menabrak Kayu, Sebuah Berkah
Klotok pun kembali menyusuri sungai sekonyer, tetapi terdapat sebuah insiden di tengah perjalanan pulang. Penulis pun tidak tahu mengapa klotok bisa keluar jalur tengah dan menabrak kayu di pinggir sungai. Hepotesanya mungkin karena pengemudi mengantuk.
Klotok kami pun terhenti cukup lama, syukurnya ada klotok lain yang mendekat dan membantu. Setelah berhasil diperbaiki dan kembali ke tengah sungai, klotok pun kembali melaju. Langit mulai gelap, berkah dari insiden tadi adalah penulis dapat merasakan sensasi berada di klotok pada malam hari.
Penulis memandangi langit yang sedang ditaburi bintang malam itu, milky way terlihat dengan mata kosong. Langit yang bersih tanpa polusi. Namun klotok yang terus melaju membuat penulis tidak bisa memotret milky way. Meski telah mencoba tetap saja tidak berhasil, karena klotok terus bergerak.
Mendekati kawasan pohon nipah, penulis dikejutkan dengan kerlip-kerlip cahaya yang berterbangan. Rupanya kunang-kunang, penulis senang sekali melihat gerombolan kunang-kunang yang jumlahnya banyak sekali. Mereka terbang di antara pohon-pohon nipah, bahkan ada yang mendekati klotok. Berkah di balik insiden kapal menabrak kayu :).
Penulis tiba di Pelabuhan Kumai sekitar pukul 21.00 WIB, Akhirnya dapat sinyal seluler lagi. Penulis bersama teman langsung menuju ke penginapan dan mengakhiri Trip Tanjung Puting yang menyenangkan ini.
Seorang teman memberitahu penulis kalau Taman Nasional Tanjung Puting ini merupakan salah satu latar tempat novel Supernova yang berjudul Partikel karya Dee Lestari. Hal itu membuat penulis tertarik membaca supernova dari seri awal. Tetapi belum sampai Partikel, sepertinya menarik :).
0 komentar