• Home
  • Sumatera
    • Aceh
    • Sumatera Utara
    • Sumatera Barat
    • Riau dan Kepri
    • Sumatera Selatan
    • Jambi
    • Bengkulu
    • Bangka Belitung
    • Lampung
  • Jawa
    • DKI Jakarta
    • Banten
    • Jawa Barat
    • Yogyakarta
    • Jawa Tengah
    • Jawa Timur
  • Kalimantan
    • Kalimantan Barat
    • Kalimantan Tengah
    • Kalimantan Utara
    • Kalimantan Timur
  • Sulawesi
    • Sulawesi Selatan
    • Sulawesi Tengah
    • Sulawesi Barat
  • Bali NTB NTT
    • Bali
    • Lombok
    • Sumba
    • Flores
  • Maluku dan Papua
    • Maluku
    • Papua
instagram Email

dodonulis

blog catatan perjalanan

open-trip-overland-sumba-bersama-indonesia-juara

Jika enam tahun yang lalu saya berangkat ke Sumba menyusun rencana mandiri bersama teman-teman traveler dari komunitas, kali ini saya menggunakan open trip Indonesia Juara. Merencanakan perjalanan sendiri tanpa bantuan agen trip mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya  harga sharing cost bersama rekan perjalanan bisa ditekan, kita bisa mengatur budget hotel, makan, hingga mencari sewa mobil dan spoir yang lebih murah.

Namun kalau merencanakan perjalanan sendiri kita harus siap repot, kemudian biasanya dokumentasi kurang proper. Karena saya berangkat bersama Em, saya ingin perjalanan kali ini membekas dengan foto dan video yang dapat kami buka hingga bertahun-tahun ke depan. Maka dari itu saya memutuskan untuk mengontak Indonesia Juara. Syukurlah meski dadakan, masih ada slot yang tersedia di penghujung tahun 2024 untuk trip ke Sumba. 

Semua akomodasi sudah diatur oleh pihak Indonesia Juara. Namun karena kami lebih cepat sehari dari jadwal trip, kami mengisi waktu luang dengan menyewa motor dan berkeliling di sekitar Tambolaka, ceritanya bisa dibaca pada : Sewa Motor di Sumba, Aman atau Tidak?. Pada tulisan kali ini saya akan mengulas lengkap pengalaman open trip Overland Sumba bersama Indonesia Juara dari tanggal 26 s.d. 29 Desember 2024.

Hari Pertama , 26 Desember

Kami dijemput di hotel oleh Guide bernama Bang Adi pukul satu siang. Saya heran kok tidak ada tamu lain yang dijemput, padahal ini kan open trip, biasanya ada orang lain yang berangkat bersama kami. Seperti agen trip lain yang saya temui di hotel Sinar Tambolaka. Mereka bahkan satu mobil diisi oleh lima hingga 6 orang.

"Bang, ini open trip terasa private trip. Beruntung sekali jadi hanya abang dan kakak saja yang kami antar keliling Sumba. Jadi santai saja ya, tidak perlu kaku ikuti itinerary, nanti kalau kita punya waktu lebih kita bisa ke spot lain yang tidak ada di list paket" Kata Bang Adi.

Supaya suasana di dalam mobil tidak sepi, Bang Adi mengajak anaknya bernama Khadafi, remaja berusia 14 tahun yang menemani kami selama empat hari overland Sumba. Beruntung sekali kami waktu itu, untuk perbandingan saja, harga private trip Sumba bisa jauh lebih mahal dari yang kami bayar. Namun saya harus tekankan, ini situasional, umumnya satu mobil itu bisa diisi oleh 5-6 orang tamu. 

Kampung Adat Ratenggaro

kampung-adat-ratenggaro

Tempat pertama yang kami datangi adalah Kampung Adat Ratenggaro. Setiap daerah di Indonesia mempunyai keunikan rumah adat masing-masing, salah satunya Sumba yang mempunyai rumah adat Uma Mbatangu atau rumah berpuncak. Kalian akan sering melihat pemandangan rumah adat seperti ini di Sumba Barat Daya. 

Kampung Adat Ratenggaro adalah kampung adat di Sumba yang paling populer di kalangan traveler. Semua penyedia jasa open trip pasti memasukkan desa ini ke dalam itinerary. Ratenggaro berasal dari dua kata yaitu "rate" yang berarti kuburan dan "garo" merupakan nama suku dari desa ini. 

Jika pada enam tahun sebelumnya saya hanya berkeliling mengitari rumah adatnya, pada kunjungan kali ini saya meminta Bang Adi dan Khadafi untuk menemani kami menuju ke pantai yang tidak jauh dari desa, menyusuri jalan setapak hingga tiba di pantai dengan view laut  yang berombak tenang. 

Pantai Pero

pantai-pero-sumba

Karena hanya berdua, jadi kami lebih bebas meminta difoto atau video. Kami juga diberikan kebebasan oleh Bang Adi apakah masih ingin berkeliling di desa adat atau berpindah ke spot lain. Selama di Pantai Pero, waktu yang kami habiskan tidak begitu banyak. Cukup mengambil beberapa foto dan video saja, kemudian duduk di bebatuan pantai. Bang Adi lantas menghampiri kami yang terlihat hanya duduk-duduk saja, saat itu jarum jam menunjukkan pukul tiga sore.

"Bang, Kak. Ini kan di jadwal kita seharusnya hari ini hanya ke Ratenggaro sama Pantai Pero saja, nah kebetulan cuaca cerah dan waktu masih panjang (pukul tiga sore), bagaimana kalau hari ini kita padatkan saja jadwalnya ke Danau Weekuri dan Hunting sunsetnya di Pantai Mandorak" Usul Bang Adi.

"Terus besoknya bagaimana Bang? kita gak kemana-mana dong? hanya mampir ke Warinding sama jalan ke Waingapu saja ya?" tanya saya.

"Nah nanti saya ajak abang dan kakak ke Weecakura saja, itukan tidak ada di paket open trip. Jadi kita punya lebih banyak spot yang didatangi." Ujar Bang Adi.

Usul yang menarik menurut saya. Saya juga tipe orang yang fleksibel, kebetulan tamu yang dibawa oleh Bang Adi hanya kami berdua. Jadi dokumentasi di tiap tempat itu tidak terlalu lama. Biasanya kan yang bikin lama itu nungguin teman-teman lain yang hendak foto atau bikin video. Kalau hanya saya dan Em, seharusnya waktunya lebih ringkas. Jadi kami bisa datang ke lebih banyak tempat.

Danau Weekuri

danau-weekuri-sumba

This one from Ema's POV, so here we go! Spot selanjutnya yang kami kunjungi yaitu danau asin yang terletak di Desa Kalena Rongo, Kabupaten Sumba Barat Daya.  Danau Weekuri atau Weekuri Lagoon, danau yang dikelilingi oleh batu karang yang memisahkannya dengan laut.  Di sana wisatawan bisa berenang karena disediakan akses untuk menuju ke bawah. Kalian akan melewati warung-warung pondok yang menjual berbagai macam makanan ringan dan kain tenun khas sumba saat mendekati pinggir danau.  

Hal yang tidak bisa saya lupakan justru bukan sekadar keindahan danaunya melainkan momen ketika saya menunaikan sholat Ashar.  Sayang sekali di sana belum tersedia mushola yang layak untuk digunakan, sudah ada bangunannya tapi belum dipelihara dengan baik sehingga menjadi bangunan terbengkalai.  

tempat-sholat-di-danau-weekuri-sumba

Akhirnya setelah bertanya-tanya dengan orang sekitar, seorang bapak (warga lokal) mengajak saya untuk menuju ke warung pondok kain miliknya.  Beliau memperbolehkan saya untuk sholat disana.  Kemudian setelah saya mengucapkan salam, saya melihat ada anak kecil yang menundukkan badannya saat melewati pondokan yang saya tempati dan mengucapkan permisi seolah takut mengganggu ibadah saya. Hal ini membuat saya seketika tersenyum dan terharu.  Pulau Sumba yang mayoritas non islam ternyata memiliki toleransi beragama yang sangat tinggi.  

berenang-di-danau-weekuri-sumba

Well, back to the lagoon.  Spot foto utama disini adalah di atas batu karang yang belakangnya langsung tertuju pada keindahan danau.  Namun kami perlu melewati pagar pembatas pada jembatan kayu untuk mendapatkan spot foto yang satu ini, selain itu menurut saya setiap sudut Danau Weekuri akan tetap indah untuk diabadikan.

Pantai Mandorak

pantai-mandorak-sumba

Selain Pantai Pero, spot sunset lain di Sumba Barat Daya adalah Pantai Mandorak. Kami tiba di pantai ini pada pukul 17.20 WITA. Masih sangat cukup untuk menikmati birunya air laut sebelum matahari tumbang dan sebelum langit perlahan temaram.

"Abang dan kakak beruntung cuaca lagi cerah, tamu saya kemarin dapat mendung dan hujan." Ujar Bang Adi. Mendengar kalimatnya barusan membuat kami tersenyum sumringah. Bulan Desember cuaca di Sumba kurang menentu, namun keunggulannya perbukitan akan berwarna hijau selepas kemarau panjang.

"Hei Anak, nanti kamu yang foto abang dan kakak ya, foto yang bagus seperti yang bapak kasih ajarkan" Kata Bang Adi ke Khadafi.

Khadafi pun juga bersemangat sekali mendalami peran sebagai asisten ayahanda. Foto dan video yang direkam oleh Khadafi juga memuaskan. Oh iya saat menemani kami, Khadafi sedang libur sekolah ya bukan bolos. 

Saat ini Khadafi sedang duduk di bangku SMA, badannya yang tegap dan tinggi  membuat saya berseloroh menyuruhnya mendaftar di akademi kepolisan atau tentara. Tetapi mau jadi profesi apapun itu tidak menjadi masalah, yang penting bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

sunset-pantai-mandorak

Beberapa foto yang saya lampirkan di postingan ini adalah hasil jepretan Khadafi. Saya lupa yang mana saja, karena saking banyaknya momen yang diabadikan bersama Em. 

Hari Kedua, 27 Desember

Setelah kemarin kami memadatkan agenda, jadi praktis kami tidak perlu ke Mandorak dan Weekuri lagi. Pada hari kedua, kami sudah harus mengemasi barang di hotel untuk checkout, nanti setelah tiba di Waingapu-Sumba Timur kami akan menginap di hotel Elim. Agenda kami hari ini menuju Sumba Timur dan mengunjungi beberapa spot wisata di tengah perjalanan ke sana.

Air Terjun Weekacura

air-terjun-weekacura

Sesuai janji Bang Adi, beliau mengajak kami singgah ke Air Terjun Weekacura. Apa yang membuat Weekacura ini spesial? karena lokasinya yang tidak umum. Biasanya air terjun itu di sekitar pepohonan lebat, di antara tebing-tebing tinggi, ataupun di arus sungai yang disekelilingnya bebatuan besar. Weekacura berbeda, air terjun ini terletak di tengah persawahan yang mehampar luas.

Kami datang ke Weekacura ketika padi baru selesai di panen, jadi beberapa spot sawahnya baru selesai dibajak. Namun hal itu tidak mengurangi keindahaan Weekacura. Saya belajar banyak bagaimana warga Sumba begitu menyayangi dan menjaga alam yang sudah dipersembahkan Tuhan kepada mereka. Air mengalir dengan tenang, mengairi persawahan warga, siklus alam yang terjaga meskipun sudah menjadi spot wisata yang populer. 

Kampung Adat Praijing

kampung-adat-praijing-sumba

Pukul sebelas siang. Langit mendung mulai terlihat mengintai perjalanan kami. Setelah ke Weekacura, kami beranjak ke Kampung Adat Praijing yang jaraknya tidak terlalu jauh. Biasanya pada paket open trip pada umumnya memasukkan dua desa adat yaitu Praijing dan Ratenggaro.  Jika Ratenggaro terletak di dekat pantai, maka Praijing lokasinya berada di perbukitan. 

Kampung Adat Praijing mempunyai ciri khas yaitu terdapat peninggalan megalitikum berupa batu kubur besar leluhur. Oh ya, masyarakat Sumba mempunyai kepercayaan "Ma Rappu" yang konon merupakan penghormatakan kepada para leluhur mereka yang sudah menjaga keseimbangan alam dan masyarakat Sumba.

Berfoto di Tengah Jalan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru

"Bang Adi, saya teringat waktu itu pernah foto di pinggir jalan yang bagus banget di Sumba. Kanan kirinya pohon-pohon besar gitu, tapi saya lupa namanya" Kata saya ke Bang Adi.

"Oh saya tau tempatnya, nanti kita lewatin kok bang. Abang dan kakak bisa turun sebentar buat foto-foto" Kata Bang Adi. 

taman-nasional-manupeu-tanah-daru

Kalau dulu tidak ada sama sekali papan nama di jalan ini, sekarang sudah ada papan nama Taman Nasional Manupeu Tanah Daru. Saya coba searching, taman nasional ini luas sekali mencakup beberapa kawasan wisata air terjun, hutan, dan pantai. Jadi sepertinya kawasan tempat kami berfoto ini hanyalah jalan lintas-nya saja yang membelah kawasan taman nasional.

Selama Overland Sumba, makan di mana?

rumah-makan-parahiangan-di-sumba

Salah satu kelebihan ikut open trip, semuanya sudah diatur termasuk lokasi makan. Jadi tidak perlu khawatir kebingungan mencari tempat makan. Seperti rumah makan Parahiangan 2 di Sumba Tengah. Oh iya Pulau Sumba itu terdiri dari 4 kabupaten yaitu Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, dan Sumba Timur. Kalau kata Bang Adi Sumba Tengah ini sebenarnya punya destinasi wisata juga, namun kalah populer dibanding wisata di kabupaten lain.

Bukit Ndapayami

ndapayami-sumba

Setelah makan siang, perjalanan kembali dilanjutkan menuju Bukit Warinding, spot sunset dengan view perbukitan hijau di Sumba. Kami tiba di Warinding sekitar pukul tiga sore. Lagi-lagi lebih cepat dari jadwal itinerary, lagi-lagi Bang Adi punya cara untuk membuat senang para tamu dengan rencana dadakannya.

"Bang, ini masih jam tiga sore, sunset masih lama. Kita jalan ke Ndapayami aja ya. Nanti kita kasih terbang drone di sana" Kata Bang Adi. Wah saya langsung kegirangan dapat spot tambahan lagi, tetapi jalan ke sana belum aspal. Hanya separuh jalan saja yang sudah dicor, sisanya jalan tanah. Kontur jalannya juga berkelok-kelok. Menuju spot ini harus ditemani oleh guide atau warga lokal yang menyetir, karena jalannya memang sejelek dan sehancur itu.

jalan-ke-bukit-ndapayami

Mungkin faktor itulah mengapa banyak paket open trip yang jarang memasukkan bukit Ndapayami ke dalam itinerary trip mereka. Saya dulu tidak tau juga mengenai bukit ini, untung Bang Adi mengajak kami ke sini. Bukit Ndapayami bisa dibilang hidden spot yang jarang diketahui oleh para traveler. Beruntung kami dipandu oleh guide berpengalaman dari Indonesia Juara yang mengajak kami ke sini.

bukit-ndapayami-sumba

Bukit Ndapayami waktu itu berasa seperti private hill bagi kami, tidak ada pengunjung lain. Jadi kami sangat bebas mengambil dokumentasi baik itu foto maupun video. Saya bilang ke Em untuk menentukan bukit mana yang paling memorable baginya.

"Selain Ndapayami, nanti kita datang ke Warinding, Tanarara, Puru Kambera, dan Tenau. Oh ya jangan lupakan Bukit Lendongara yang tak kalah magisnya.

Sunset di Bukit Warinding

sunset-bukit-warinding

Kami kembali ke Bukit Warinding dan tiba di sana pukul 17.30 sore. Masih cukup untuk menikmati keindahan matahari terbenam. Ada beberapa kuda yang ditawarkan untuk ditunggangi dengan membayar 50 ribu. Kalau mau menunggang kuda, kita harus membayar sendiri karena di luar paket trip.  Opsional sih, tetapi tidak ada salahnya menyenangkan Em yang baru pertama kali ke Sumba.

Jika di Ndapayami berasa seperti bukit milik sendiri, kali ini di Warinding banyak wisatawan yang datang. Bukit Warinding ini bisa dibilang bukit yang paling ramai pengunjungnya karena lokasinya tepat di pinggir jalan raya.Waktu itu sekitar lima mobil yang sedang terparkir. Ini mah untuk ukuran libur panjang masih sepi, pertanda pariwisata sedang lesu, makanya turunin dong tiket pesawat pak/bu menteri.

Selanjutnya kami menuju ke kota Waingapu, menginap di Hotel Elim.

Hari Ketiga, 28 Desember 

Hari ketiga agenda masih sangat padat. Seakan tidak ada habis-habisnya spot wisata di Sumba. "Bang kira-kira kalau musim hujan seperti ini, kondisi air terjun di Sumba bagaimana?" taya saya ke Bang Adi. "Tidak menentu abang, kemarin saya antar tamu pas lagi hujan malah air terjunnya lagi bagus" Jawab Bang Adi. 

Air Terjun Waimarang

"Kalau cuaca cerah seperti ini saya bisa jamin air terjunnya lagi jernih abang. Ayok kita turun ke bawah". Ujar Bang Adi dengan penuh semangat. Lokasi Air Terjun Waimarang yang berada di lembak hutan, membuat pengunjung harus treking kecil-kecilan sekitar 20 menit ke sana. Namun terkadang ekspektasi tidak sejalan dengan realita, air terjunnya keruh. Bang Adi justru terlihat lebih kecewa dibanding kami, karena beliau dari awal sangat yakin karena cuaca waktu itu memang sedang terik.

air-terjun-waimarang-keruh

Begitulah Sumba, memang di Waimarang cuaca sedang bagus, namun kita tidak tau bagaimana kondisi air di hulu. Saya dan Em tidak begitu kecewa, karena tuhan sudah memberikan banyak kebaikan kepada kami di hari-hari sebelumnya. Spot-spot lain kami sungguh beruntung dapat cuaca dan view yang lagi bagus, bahkan diajak Bang Adi ke destinasi tambahan. Tak elok rasanya hanya karena keruhnya air terjun membuat kami melupakan kebaikan Tuhan begitu saja.

Pantai Walakiri

guide-sumba-di-pantai-walakiri

Pukul 12 siang, kami berangkat menuju pantai Walakiri untuk makan siang. Bang Adi sangat peka dan tau bagaimana menghibur tamu, Beliau mengajak kami makan siang dengan lauk yang menurut saya mewah. Kami makan siang ikan bakar waktu itu, sembari menikmati keindahan Pantai Walakiri yang tidak kehilangan sentuhan magisnya meski pohon-pohon mangrove ikoniknya sudah tergerus air laut.

Pantai Walakiri merupakan salah satu spot sunset, namun kami datang pada siang hari karena ingin menghabiskan waktu sore di Bukit Tanarara. Spot yang sedang viral dengan tagline jalan terindah di Indonesia.

Bukit Tanarara

bukit-tanarara-jalan-terindah-di-indonesia

Kalau kami ke Tanarara pagi, bisa jadi sudah banyak kendaraan yang lalu-lalang di jalan yang diapit oleh perbukitan hijau ini. Lagi-lagi, saya dan Em bersyukur karena momentum ke sini sangat pas. Bang Adi dan Khadafi cekatan mengeluarkan peralatan kamera dan drone. Kemudian kami memikirkan hendak berpose seperti apa.

Puas menjepret banyak foto dan video, mobil terparkir di areal pondok sekitar Bukit Tanarara. Ada semacam spot untuk melihat keindahan bukit ini secara 360 derajat. Dari sana bisa melihat sekeliling area yang penuh dengan bukit hijau yang meghampar luas, seakan-akan tidak ada ujungnya. 

Kami duduk-duduk sebentar menikmati pemandangan menakjubkan di depan mata, lalu saya tanya ke Em "Jadi bukit mana yang paling menyentuh dan paling bagus". Yang ditanya hanya tersenyum, masih menyimpan jawaban.

Hari Keempat, 29 Desember

"Abang dan kakak pulang kapan? ini kan kalau di jadwal kita ke Bukit Tenau tapi kan tau sendiri penerbangan ke Denpasar itu pukul enam pagi, tidak bakal sempat ke Tenau" kata Bang Adi. "Oh saya pulang besoknya bang, tanggal 30." jawab saya. 

Jadi, sebelum berangkat ke Sumba, saya sudah berkomunikasi dengan admin Indonesia Juara mengenai jadwal itinerary. Daftar trip itu berakhir pada tanggal 29 Desember dan spot yang didatangi hanya Bukit Tenau saja. Jadi setelah berkunjung ke Bukit Tenau, kami harus berpisah dengan Bang Adi dan Khadafi. 

Bukit Tenau

tenau-sumba

Kalau sobat pembaca perhatikan, kami belum pernah hunting sunrise . Nah barulah di hari terakhir, kami berangkat dari hotel sekitar pukul lima pagi untuk melihat matahari terbit dari Bukit Tenau. Sekaligus menjadi kewajiban terakhir Bang Adi menemani kami selama overland Sumba dari tanggal 26 s.d. 29 Desember.  Setelah diantar kembali ke hotel, kami berpisah. Lalu untuk cerita selanjutnya, kami mencoba eksplor Sumba dengan menyewa sepeda motor. Bisa baca pada postingan : Hati-hati Motoran di Puru Kambera.

Sekian ulasan atau review kami tentang pengalaman mengikuti open trip overland Sumba bersama Indonesia Juara. Sungguh, pengalaman yang sangat berkesan. Terima kasih Bang Adi dan Khadafi. Sampai jumpa di lain waktu, semoga bisa kembali ke Sumba.




Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
kuda-di-puru-kambera

Begitu banyak spot yang menakjubkan di Sumba. Tetapi dari serangkaian momen perjalanan overland Sumba bersama Em, menurut saya motoran menuju Puru Kambera adalah momen yang paling mengesankan. Tempat ini memang tidak ada di daftar itinerary paket open trip yang kami pesan, jadi kami berdua berinisiatif datang ke sini secara mandiri. Mumpung masih ada waktu satu hari sebelum penerbangan pulang ke daerah asal.

Puru Kambera adalah nama sebuah savana dan pantai yang terletak sekitar 25 kilometer dari Kota Waingapu, Sumba Timur. Kami menginap di Hotel Elim Waingapu, lokasinya sangat dekat sekali dengan pintu keberangkatan Bandara Umbu Mehang Kunda. Bagi backpacker yang mencari penginapan dekat dengan bandara, mungkin hotel Elim bisa menjadi opsi, mengingat penerbangan menuju Denpasar itu pada pukul enam pagi.

Hotel Elim juga menyediakan jasa sewa motor, jadi lumayan kalau kami mau keliling sebentar di Waingapu seperti mengunjungi Bukit Tenau dan Bukit Persaudaraan. Nah terbesit niat untuk mengajak Em ke Puru Kambera, karena tempat ini begitu menarik perhatian saya sejak perjalanan pertama di Sumba tahun 2018 yang lalu.

Awalnya Em ragu menerima ajakan saya ke tempat ini, alasan utamanya adalah karena cuaca di Sumba pada akhir tahun kadang tidak menentu. Cukup riskan kalau naik motor ke sana, karena di sekitaran Puru Kambera masih alami dengan padang rumput yang luas, jarang ditemui rumah atau warung untuk tempat berteduh ketika hujan.

rumah-makan-waingapu

"Baiklah kita tunggu hingga jam 12, kalau cuaca hujan deras kita tidak jadi berangkat" kata saya. Syukurlah semestakung, tanggal 29 Desember langit saat itu sedang cerah, kami mampir dulu ke rumah makan di Jl. Umbu Tipuk Marisi yang sudah terkenal di kalangan pelancong. Cobalah mampir ke sana jika sedang traveling ke Sumba Timur.

Setelah makan siang, perjalanan kembali dilanjutkan. Saya yang menyetir dan Em yang mengarahkan dengan bantuan google maps. Sebelum berangkat pastikan dulu kondisi bahan bakar terisi penuh, namanya di pulau pasti sulit menemukan SPBU. Jangan lupa juga meminta pihak hotel menyediakan mantel atau jas hujan, kalau tidak ada saya sarankan beli dulu di minimarket.

jalan-menuju-puru-kambera

Jarak ke Savana Puru Kambera memang tidak terlalu jauh, hanya 25 km. Tetapi kami menempuhnya selama satu jam. Karena ada beberapa momen yang membuat motor kami berjalan pelan. Tak terasa letih sama sekali berpetualang ke Puru Kambera, Sungguh pemandangan sepanjang jalan ke sana sangat memukau. Kami melewati perkampungan di tepi pantai, pepohonan bakau, serta beberapa kali melihat bangunan khas daerah Sumba.

Hal yang unik di Sumba serta jarang ditemui di daerah lain di Indonesia adalah tanda rambu lalu lintas bergambar sejenis sapi/kerbau. Tanda yang terpajang di pinggir jalan ini mengingatkan pengendara untuk berhati-hati karena banyak hewan ternak yang melintas. Benar saja, kami beberapa kali harus memelankan sepeda motor karena ada kawanan kambing, sapi, bahkan kuda yang menyeberangi jalan raya. 

kuda-di-pinggir-jalan-di-sumba-timur

Momen tersebut berhasil kami rekam sambil membaca doa supaya kawanan kuda itu tidak bergerak ke arah kami. Meski kuda ini merupakan kuda ternak, tetapi mereka dilepas di alam terbuka, merumput di padang savana yang luas. Saya juga mendengar pernah ada kejadian pengendara motor yang ditabrak kuda di Sumba Timur. Jadi saya sarankan untuk berhati-hati motoran ke Puru Kambera, lebih baik pelan dan biarkan dulu kuda-kuda itu melintas.

Sekitar pukul 14.30, kami sudah tiba di tengah hamparan padang rumput yang luas nan indah. Sungguh, pemandangannya masih asri seperti enam tahun yang lalu ketika saya ke sini. Gerombolan kuda yang terlihat sedang merumput di alam bebas tanpa ada untaian tali yang mengikat, pemandangan ini yang merupakan ciri khas Puru Kambera. Oleh karena itu saya sangat ngotot menagajak Em ke sini, karena sangat disayangkan sudah jauh-jauh ke Sumba tapi tidak mampir ke padang savana terindah di Sumba (menurut saya pribadi).

savana-puru-kambera

jalan-berundak-puru-kambera

Sebetulnya ada satu tempat lagi yang ingin saya kunjungi, yaitu air terjun Tanggedu yang lokasinya searah dengan Puru Kambera. Jaraknya mungkin sekitar 10 kilometer lagi. Tetapi waktu itu aliran airnya sedang banjir besar. Sangat tidak memungkinkan untuk treking ke sana. Tetapi tak mengapa, yang penting Em sudah mampir ke Puru Kambera.

Saat itu suasana sangat sepi, kami hanya bertemu rombongan road trip dengan mobil di perjalanan. Sebenarnya saya ingin berlama-lama di Puru Kambera, tetapi cuaca berubah lebih cepat. Awan kelabu membumbung di langit. Kami harus bergegas kembali ke Kota Waingapu. 

Belum sampai di kota, hujan sudah turun dengan deras. Beruntung kami sudah tiba di salah satu desa jadi bisa berteduh sebentar di sebuah warung, bisa dibayangkan kalau kami masih berada di padang savana, pasti sudah basah kuyup. Syukurlah perjalanan ke Puru Kambera berjalan aman. Berikut beberapa tips motoran ke Puru Kambera :

1. Harga sewa motor selama satu hari sebesar 150 ribu, tetapi kita bisa nego karena hanya menyewa setengah hari. Waktu itu kami membayar 100 ribu saja.

2. Namanya sewa motor kondisinya pasti tidak begitu prima, tetapi kita harus pastikan hal-hal penting seperti rem, kondisi ban, dan jangan lupa menanyakan jas hujan.

3. Pastikan kondisi bahan bakar terisi penuh, kalau bisa isi dulu di SPBU tengah kota Waingapu karena sulit menemukan SPBU di Puru Kambera

4. Kalau ketemu kawanan kuda liar yang sedang melintas di jalan, lebih baik hati-hati dan menunggu hingga kuda tersebut pergi dari jalan. Jangan sampai kudanya agresif karena merasa terganggu dengan sepeda motor kita.

5. Kembalilah ke kota sebelum langit gelap karena pencahayaan atau lampu jalan di Puru Kambera minim.

tempat-nongkrong-di-sumba-timur

Kami tiba di tengah kota Waingapu sekitar pukul lima sore. Em melihat sebuah coffee shop dan resto bernama Soemba di Waingapu. Tempat nongkrong kekinian di Sumba Timur, dari fasad luar dan kondisi bangunannya sepertinya baru dibuka beberapa bulan. Kami memutuskan untuk mampir, sekalian membeli makan malam di sana.

Oh ya, meski jaraknya sangat dekat dengan bandara, pihak hotel Elim juga menyediakan fasilitas antar jemput bandara ya. Mereka juga menyediakan sarapan. Tetapi untuk makan siang dan malam kita memang harus keluar hotel karena menu mereka terbatas. 

pk-wfr-wings-air-waingapu-denpasar

Saya rasa yang paling membuat kecewa selama perjalanan di Waingapu adalah jadwal penerbangan yang terbatas. Hanya ada pukul enam pagi saja dengan maskapai wings air. Dulu masih ada Nam Air yang aktif mengudara dari bandara Waingapu. Sudah tiketnya mahal, penerbangan juga terbatas. Tetapi entahlah, mungkin ada sisi positifnya juga, keasrian Sumba dengan vegetasi savana dan perbukitannya tetap terjaga dan lestari.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
motoran-di-sumba

Motoran di Sumba? maksud saya di sini bukanlah touring overland Sumba dari Tambolaka hingga ke Waingapu. Melainkan sewa motor ketika kami punya waktu luang di luar paket open trip yang kami pesan. Sebelum saya bercerita lebih jauh tentang perjalanan Sumba pada akhir tahun lalu, saya akan terlebih dahulu memulainya dengan prolog singkat. 

Saya dan Em mengambil paket open trip dari Indonesia Juara selama 4 hari 3 malam. Dimulai dari tanggal 26 s.d. 29 Desember 2024. Namun kami memilih untuk memesan tiket pesawat keberangkatan lebih cepat pada tanggal 25 Desember serta tiket kepulangan tanggal 30 Desember 2024. Oleh karena itu kami mempunyai waktu lebih lama untuk eksplor Sumba diluar paket open trip.

bandara-lede-kalumbang

Pesawat Wings Air mendarat sempurna di Bandara Lede Kalumbang, Tambolaka pada pukul 10.17 WITA. Bandara ini tidak jauh berbeda kondisinya dibandingkan dengan tahun 2018 yang lalu. Oh ya, ini merupakan kali kedua saya menginjakkan kaki di tanah Humba. Bedanya enam tahun yang lalu saya pergi dengan status single, namun kali ini pergi dengan status sudah menikah bersama Em. 

Kami menginap di Hotel Sinar Tambolaka. Hotel ini menyediakan fasilitas antar jemput ke bandara gratis. Jadi setelah tiba di Tambolaka, saya langsung menghubungi nomor telepon hotelnya. Jarak dari bandara ke hotel sangat dekat, hanya tiga kilometer saja. Kami dijemput menggunakan mobil Suzuki APV. Harga kamar satu malam adalah sekitar 325 ribu rupiah, ini diluar paket open trip ya, karena biaya hotel yang dicover oleh pihak OT hanya tanggal 26 sampai 29 Desember saja.

Masih ada waktu luang setengah hari yang sayang tidak dimanfaatkan untuk berkeliling Tambolaka, Sumba Barat Daya. Ketika melihat sepeda motor yang menganggur di laman parkir hotel, saya langsung bertanya apakah bisa menyewa motor di hotel ini. 

Jangankan sepeda motor, hotel ini juga menyediakan sewa mobil. Pun kalau misalkan inventaris hotel sedang dipakai, pihak hotel bisa mengontak rekanan mereka yang lain. Pokoknya untuk mobilitas aman deh, yang penting siap merogoh kocek. Harga sewa motor selama satu hari sebesar 150 ribu, nah saya pun nego karena tidak penuh satu hari menggunakannya, maka dikasih harga 100 ribu saja.

"Amankah motoran di Sumba?" saya bertanya ke staf hotel. 

"Aman bapak, yang penting jangan pulang setelah matahari tenggelam saja. Karena lampu jalan tidak ada sama masih banyak hutan. Bapak sama Ibu mau kemana rencanya?" tanya staf hotelnya dengan ramah. 

"Rencana mau ke Bukit Lendongara dulu, setelah itu mau ke pantai Kawona" jawab saya.

"Ooh kalau begitu saran saya bapak ke pantai dulu. Karena pemandangan bukitnya lebih bagus ketika sore." 

Baiklah, atas saran staf hotel kami berangkat ke Pantai Kawona dulu. Saya yang menyetir, lalu si Em yang mengarahkan dengan google maps. Tambolaka pada saat itu sedang terik-teriknya, namun kondisi cuaca di Sumba pada Bulan Desember ini tidak menentu. Namun syukurlah, selama di Sumba kami masih diberkati lebih banyak cuaca cerah dibandingkan hujan. 

Pantai Kawona

pantai-kawona-sumba

Jarak ke Pantai Kawona sekitar 12 kilometer dari Hotel Sinar Tambolaka. Lama waktu tempuhnya seharusnya hanya 20 menit saja. Namun karena Em salah membaca maps, jadi kami harus putar arah beberapa kali di jalan. Lokasi Pantai Kawona ini agak terpencil jalan masuknya, untuk orang luar Sumba agak sulit menemukan titik maps-nya. 

jalan-menuju-pantai-kawona-sumba

Saya tidak tau persis di mana pintu masuk utama ke pantai ini. Ada jalan turunan yang masih beralaskan batu kerikil, saya ragu awalnya apakah motor bisa masuk atau tidak. Akhirnya saya turun jalan kaki terlebih dahulu memastikan apakah motor aman ke bawah, jalan kurang lebih seratus meter, hamparan laut biru serta pasir pantai yang bersih membuat saya terpukau takjub. Setelah merasa aman, segera Em langsung saya panggil untuk turun membawa motor ke bawah. 

Sumba itu keren banget, gokil deh pokoknya. Sungguh Tuhan telah menitipkan salah satu pulau indah di Indonesia yang harus dijaga kelestariannya. Pantai Kawona ini jarang sekali pihak Open Trip memasukkannya ke dalam itinerary 4d3n, padahal jarak dari kota sangat dekat. Jika kalian punya waktu yang lebih lama liburan di Sumba, cobalah datang ke Pantai Kawona. 

Namun jangan lupa disiapkan air minum pribadi ya, karena di sekitar pantai sulit menemukan warung. Oh ya di dekat pantai Kawona ada resort yang pemandangannya langsung ke laut, namanya Kawona beach club (koreksi jika saya salah menyebutkan nama resortnya).

Bukit Lendongara

bukit-lendongara-sumba

Kalau kalian beruntung memilih kursi duduk pesawat, maka akan mendapatkan view perbukitan yang menakjubkan sesaat sebelum landing. Bukit yang saya maksud bernama Lendongara. Jarak dari hotel sekitar 10 kilometer atau 20 menit perjalanan. Lokasinya berlawanan dengan pantai Kawona.

"Sumba itu banyak banget perbukitan yang bagus. Nanti kamu bakal bingung sendiri menentukan bukit yang paling bagus" kata saya ke Em. 

Kami ke bukit Lendongara sekitar pukul 14.30 WITA dengan sepeda motor. Bukit ini mungkin tidak setenar bukit Tanarara, bukit Tenau,  bukit Warinding, dan lain-lain yang ada di Sumba. Tetapi menurut saya ada ciri khas tersendiri di Lendongara, yaitu di bukit ini terdapat bebatuan besar di tengah hamparan padang savana. Rupanya bebatuan besar itu merupakan batu sakral bagi masyarakat setempat, seperti batu kubur pada umunya di Sumba.

Kemudian motor saya pacu lebih jauh lagi, terdapat sekolah dengan view terindah di Indonesia yang pernah saya datangi yaitu SMP Negeri 5 Loura. Kebetulan waktu itu sedang libur sekolah, saya dan em hanya bertemu anak-anak yang sedang asyik bermain sepakbola. 

Menjelang pukul lima sore, suasana Bukit Lendongara semakin ramai dengan warga lokal. Kami memutuskan untuk kembali ke hotel setelah melihat langit yang sudah kelabu pertanda hujan deras akan tiba. Benar saja, belum sampai di hotel hujan turun, beruntung jarak ke hotel sudah dekat jadi saya paksakan basah-basahan. 

Keesokan harinya pada tanggal 26 Desember 2024. Paket Open Trip bersama Indonesia Juara pun dimulai. Lagi-lagi kami merasa beruntung, karena pada waktu itu hanya kami berdua saja yang memesan paket OT bersama Indonesia Juara, Open Trip berasa Private Trip. 

Poin plus lainnya, saya suka bagaimana guide Indonesia Juara memperlakukan tamu, liburan berasa menyenangkan. Apalagi ditambah dengan video drone yang kece-kece. Sepertinya cerita lengkap tentang open trip Indonesia Juara di Sumba akan saya ulas di postingan berikutnya, karena saya berfokus tentang topik sewa motor di Sumba saja pada artikel ini. 

Paket open trip berakhir pada tanggal 29 Desember 2024. Jadwalnya pada hari itu hanya pengantaran ke Bandara Waingapu saja di pagi hari. Karena pesawat kami tanggal 30 Desember, jadinya kami kembali menyewa sepeda motor di hotel Elim Waingapu. Tebak kami mau ke mana di Sumba Timur? 

puru-kambera-sumba

Saya kasih clue lewat foto ya. 

Bersambung...

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
travel-blogger-bangka-belitung
"Wah mutasi kerja ke Pangkalpinang ya? menarik tuh. Memang kota-nya kecil, tidak banyak fasilitas umum dan seramai Jakarta, tetapi kalau kamu pandai memanfaatkan peluang pasti itu kesempatan emas sekali untuk maju sebagai seorang manusia" kata seorang teman, saya lupa siapa yang mengatakan ini, saking banyaknya orang yang memberikan semangat kepada saya ketika  mendapatkan kabar mutasi.

"Kesempatan seperti apa maksudnya? pertanyaan itu tidak sempat saya tanyakan kepada yang bersangkutan, hanya mengambang saja dan berakhir dengan ucapan terima kasih. Seiring berjalannya waktu, saya mulai memahami maksud beliau, entah siapapun yang mengatakan itu, terima kasih banyak.

 Kalau kata Chariul Tanjung di buku biografinya "Peluang itu tidak hanya dicari, namun diciptakan". Maka mulailah petualangan saya mencari dan menciptakan peluang itu di Pulau ini. Di dunia blogger, saban hari saya  semakin sering membahas tentang Pulau Bangka. Soalnya belum banyak travel blogger yang membahasnya.

Kota Pangkalpinang terletak di Pulau Bangka. Masyarakat di luar Sumatera masih banyak yang awam tentang kota kecil ini, terlebih lokasinya yang kalah populer dengan pulau Belitung. Bukan hanya satu-dua orang saja yang bertanya ke saya "oh Pangkalpinang ya, Bangka Belitung, itu tempat syutingnya Laskar Pelangi kan? pantainya bagus-bagus banget di sana". 

Hem baiklah, maka dengan sopan saya mencoba menjelaskan. Provinsi Bangka Belitung itu ada dua pulau besar, pertama pulau Bangka yang dimana terletak kota Pangkalpinang sebagai ibu kota provinsi,  satu lagi Pulau Belitung, nah ini baru tempat syuting film Laskar Pelangi. 

Setelah saya cermati, memang belum banyak travel blogger yang mengulas tentang Pulau Bangka. Lebih banyak membahas Pulau Belitung.  Atas alasan itulah mengapa saya gencar menulis blog tentang Pulau Bangka akhir-akhir ini. Supaya orang-orang bisa mengenal Pulau Bangka juga, di sini juga punya destinasi wisata loh. 

Beberapa postingan saya tentang Pulau Bangka melesat di posisi teratas mesin pencarian, ya wajar belum banyak yang mengulas hal yang sama. Kalau kalian paham tentang SEO, sulit sekali blogger kelas teri seperti saya nangkring di posisi teratas apalagi dengan short keyword.  Maka di sela waktu senggang, saya semakin semangat mengulas satu per satu tempat wisata, public space, transportasi, dll. 

Loh kenapa tidak mencoba medium lain saja seperti toktok dll? nah kalau kalian sering membaca celotehan saya di blog ini, maka jawabannya sudah tidak perlu saya jelaskan lagi. Sederhananya , tidak semua orang berkreasi dengan cara yang sama.  Menjadi atau menggemari hobi sebagai travel blogger itu menurut saya lebih menyenangkan. 

Travel Blogger bagi saya mempunyai definisi sederhana, orang yang membagikan pengalamannya melalui cerita atau tulisan melalui blog pribadi. Maka dari itu tidak sulit menjadi travel blogger, saya senang sekali jika lebih banyak travel blogger di Bangka Belitung atau secara khusus di Pangkalpinang yang bermunculan. Kadang saya merindukan kumpul bersama komunitas blogger, komunitas baca, dan sejenisnya di Jakarta, komunitas seperti ini tidak ada di Pangkalpinang.

Mari bererak bersama mempromosikan keindahan alam, budaya, adat, dan wisata sejarah di Bangka Belitung melalui tulisan. Supaya daerah ini banyak dikenal oleh orang lain. Jangan sampai daerah ini dikenal karena kasus timahnya saja. Percayalah, tulisan para blogger itu mempunyai dampak, orang-orang jadi tertarik mengunjungi sebuah tempat karena tulisan seorang blogger.  

Beberapa waktu yang lalu saya mendapatkan email dari pembaca, saling berbalas pesan tentang cerita perjalanan. Kesenangan sebagai travel blogger tidak melulu soal materi/adsense, tulisan saya dibaca oleh orang lain saja rasanya menyenangkan.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

disdukcapil-kota-pangkalpinang Setelah menikah dengan Em pada bulan Oktober yang lalu, kami berdiskusi tentang status domisili ke depannya. Memang kami berdua saat ini sudah bekerja di kota yang sama, tetapi rasa-rasanya berat untuk mengganti status domisili Provinsi Sumatera Selatan yang sudah melekat selama 27 tahun. Baiklah, singkat cerita setelah mempertimbangkan dampaknya, kami sepakat pindah domisili ke Pangkalpinang, Pulau Bangka. Nah yang jadi pertanyaan, bagaimana mekanisme mengurus pindah Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK)?

Nah kebetulan, saat itu liburan telah usai, kami sudah berangkat kembali ke Pangkalpinang. Artinya sangat menyita waktu jika harus bolak-balik ke Sumatera Selatan hanya untuk mengurus administrasi KTP dan Kartu Keluarga. Saya terakhir kali berurusan dengan Disdukcapil itu 10 tahun yang lalu, membayangkan prosedur pelayanan yang waktu itu ribet, saya pesimis, mengurus pindah domisili ini bakal ribet dan ruwet.

mengurus-pindah-ktp-ke-pangkalpinang

Saya mencoba bertanya ke salah satu keluarga yang bertugas di Disdukcapil, betapa terkejutnya saya mendengar penjelasan beliau. Membuat saya terkagum dengan salah satu reformasi pelayanan dari dinas pendudukan dan catatan sipil. Mengurus pindah KTP dan Kartu Keluarga sangat mudah asal kita tau tata-caranya. Oleh karena itu saya ingin mengulas pengalaman yang saya alami ketika mengurus pindah domisili ke Pangkalpinang. 

Langkah-langkah ini saya ulas berdasarkan pengalaman pribadi di Disdukcapil Pangkalpinang ya, mungkin kurang lebih sama juga di daerah kalian.

1. Datang ke Disdukcapil Kota Pangkalpinang

layanan-disdukcapil-pangkalpinang

Saran pertama dari keluarga yang kerja di dinas terkait yaitu datang langsung ke Disdukcapil Pangkalpinang. Info dari beliau kini mengurus perpindahan domisili sudah bisa online. Artinya adalah Disdukcapil sudah punya aplikasi yang saling terintegrasi antar daerah. Menurut saya ini reformasi pelayanan yang sangat bagus.

Saya dan Em datang berdua sepagi mungkin. jam delapan. Supaya dapat nomor antrian awal. Lokasi Disdukcapil berada persis diseberang kantor walikota Pangkalpinang. Terletak di Jl. Rasukanda, Sriwijaya, Kecamatan Girimaya, Kota Pangkalpinang.

2. Ambil nomor antrian

antrian-disdukcapil-pangkalpinang

Nah selanjutnya kami mengambil nomor antrian di mesin. Mirip vending machine, dengan enam kategori pelayanan yaitu :

  • Perekaman KTP elektronik
  • Legalisir
  • Pengambilan Dokumen
  • Informasi / Pengaduan
  • Pelayanan Umum
  • Disabilitas Lansia / Ibu Menyusui

3. Pilih layanan informasi terlebih dahulu

Karena belum punya pengalaman sama sekali, maka dari itu kami mengambil nomor antrian informasi / pengaduan. Supaya ketemu dulu titik terang cara pindah KTP dan KK ini. "Bu, kami kan baru nikah, bagaimana mengganti domisili ke Pangkalpinang dan membuat kartu keluarga" tanya saya.

Petugas menjelaskan dengan ramah dan jelas, meski beberapa kali logat khas dan bahasa Bangka keluar tetapi poin pentingnya kami dapatkan. Intinya jangan lupa mempersiapkan persayaratan seperti KTP, fotokopi Kartu Keluarga, dan fotokopi buku nikah. Saya lupa apakah harus menyiapkan fotokopi ijazah pendidikan terakhir atau tidak, tetapi tidak ada salahnya siapkan saja.

4. Pilih pelayanan Umum

Karena persyaratannya sudah kami bawa , selanjutnya pada hari itu juga kami langsung mengurus di loket pelayanan umum. Terus dikasih formulir dua lembar yang berisikan identitas yang perlu diisi. Waduh sepertinya saya lupa memfotokan formulirnya. Saya ingat ada pilihan pindah domisili dari kabupaten asal ke kota tujuan Pangkalpinang.

tanda-terima-skpwni-online

Setelah semua formulir diisi dan diserahkan, kami mendapatkan tanda terima SKPWNI Online. Nah jangan lupa KTP kalian harus difotokopi dulu atau bawa SKPWNI Online ini kemana-mana, karena nantinya KTP asli kita bakal disimpan sementara oleh Disdukcapil. 

5.Menunggu konfirmasi dan peralihan berkas dari Disdukcapil asal

Nanti bapak bakal mendapatkan email pertanda perpindahan dari Disdukcapil asal sudah diproses. Nah setelah mendapatkan email itu bapak ke sini lagi untuk langkah selanjutnya. Biasanya sih lamanya tujuh hari ya pak. 

Selang beberapa hari kemudian saya mendapatkan email dari siakonline@dukcapil.kemendagri.go.id. Keesokan harinya saya datang lagi ke kantor Disdukcapil Pangkalpinang bersama Em.

6. Melengkapi berkas

Nah langkah selanjutnya, kami kembali ke layanan umum. Proses pertama itu hanya memproses dari Disdukcapil tempat asal saja. Selanjutnya proses di Disdukcapil tempat tujuan atau Pangkalpinang. Tidak banyak langkah perlu dilakukan, hal-hal administrasi yang perlu dilengkapi juga hanya sedikit. Bahkan saking mudahnya saya lupa diminta mengisi apa. 

Nah saya kira bakal ada sesi foto dan ttd lagi sama seperti membuat KTP pertama kali, rupanya data kita itu sudah terekam di sistem. Saat itu juga saya baru tau Nomor Induk Kependudukan (NIK) kita itu berlaku seumur hidup, jadi angka 1604 yang merupakan kode salah satu daerah provinsi Sumatera Selatan bakal tetap melekat. 

Disdukcapil hanya mengubah domisili baru saja. Sepertinya bisa juga mengubah foto di KTP tapi buat apa juga, biarkan foto saya tetap seperti itu, foto ketika 17 tahun dengan tampang agak sebal menunggu proses pembuatan KTP yang cukup menguras tenaga dan waktu karena jarak rumah saya ke kota kabupaten lumayan jauh.

Setelah proses melengkapi berkas selesai, saya mendapatkan tanda terima untuk mengambil KTP dan KK baru. Prosesnya diperkirakan selama tiga hari. Untuk mengambilnya saya minta tolong ke Em yang lokasi kerjanya berdekatan dengan kantor Disdukcapil.

7. Pengambilan dokumen KTP dan Kartu Keluarga yang baru

pindah-online-ktp

Untuk mengambil KTP dan Kartu Keluarga baru yang telah dicetak, kita ambil antrian loket pengambilan. Prosesnya cepat juga, syukurlah. Resmi sudah menjadi warga Pangkalpinang dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Mudah-mudahan bisa memberikan kontribusi positif di sini, yang jelas saya pribadi tidak setuju rencana pembangunan PLTN di Babel :). 

Salam Takzim.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

Official Logo

Official Logo
Pada tanggal 8 Oktober 2022, blog ini mempunyai logo resmi untuk pertama kali. Sudah lama saya berkeinginan untuk membuat logo sebagai identitas blog, terima kasih kepada seseorang yang telah membantu mengkreasikan logo yang luar biasa ini. Logo ini sebagai bentuk semangat untuk terus konsisten dalam membagikan hal-hal yang bermanfaat. Dalam perjalanannya, saya mendapatkan banyak ucapan dan respon yang baik dari para pembaca. Terima kasih atas energi positifnya :)

Popular Posts

  • Kolam Renang Bojana Tirta, Murah dan Nyaman
  • Transportasi Umum dari Pangkalpinang ke Sungailiat
  • Travel Blogger di Bangka Belitung
  • 2025 Mau Senang-senang Lagi dengan Menulis
  • Review Open Trip Overland Sumba Bersama Indonesia Juara

Tentang Penulis

Halo para pembaca, penulis adalah seorang pemuda kelahiran tahun ’97. isi blog ini seputar cerita dan catatan penulis ketika berkunjung di beberapa provinsi di Indonesia, tujuan membuat blog ini supaya dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama yang mempunyai hobi traveling. penulis dapat dihubungi dengan berkirim email ke dodonulis1@gmail.com

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

recent posts

    Pages

    • Privacy Policy
    • About Me
    • Disclaimer
    • Contact

    BloggerHub

    BloggerHub Indonesia

    Created with by ThemeXpose