• Home
  • Sumatera
    • Aceh
    • Sumatera Utara
    • Sumatera Barat
    • Riau dan Kepri
    • Sumatera Selatan
    • Jambi
    • Bengkulu
    • Bangka Belitung
    • Lampung
  • Jawa
    • DKI Jakarta
    • Banten
    • Jawa Barat
    • Yogyakarta
    • Jawa Tengah
    • Jawa Timur
  • Kalimantan
    • Kalimantan Barat
    • Kalimantan Tengah
    • Kalimantan Utara
    • Kalimantan Timur
  • Sulawesi
    • Sulawesi Selatan
    • Sulawesi Tengah
    • Sulawesi Barat
  • Bali NTB NTT
    • Bali
    • Lombok
    • Sumba
    • Flores
  • Maluku dan Papua
    • Maluku
    • Papua
instagram Email

dodonulis

blog catatan perjalanan

pengalaman-menerbitkan-buku-di-penerbit-indie

Pada tahun 2023, saya memberanikan diri untuk menerbitkan buku berjudul Menulis Cerita Perjalanan. Buku tersebut tidak diterbitkan melalui penerbit mayor, seperti grup Gramedia ataupun Bentang Pustaka yang sudah familiar. Untuk buku pertama tersebut, saya memilih penerbit Indie atau skala UMKM yang masih berkembang. 

Pengalaman tersebut membuka mata saya lebih lebar dan jauh tentang dunia penerbitan buku. Cukup lama saya mencari referensi penerbit indie yang dapat dipercaya dan mempunyai rekam jejak yang baik. Karena salah satu risiko menerbitkan buku melalui penerbit indie adalah jika mendapatkan penerbit yang curang dan culas, tidak memberikan hak yang sepatutnya dimiliki oleh penulis.

Buku Menulis Cerita Perjalanan tersebut saya percayakan untuk diterbitkan oleh penebit CV Jejak yang beralamat di Sukabumi, Jawa Barat. Meski jarak Jakarta dan Sukabumi cukup dekat, saya tidak pernah berkunjung langsung ke alamat penerbit. Pertukaran informasi dan saling berbalas pesan dengan tim penerbit semuanya melalui email dan whatsapp. 

Cara mudah membedakan penerbit mayor dan penerbit indie adalah dari sisi biaya penerbitan buku. Jika hendak menerbitkan buku melalui penerbit mayor, tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh penulis untuk mencetak dan menerbitkan buku tersebut, semuanya ditanggung oleh penerbit termasuk biaya promosi. Namun biasanya seleksinya ketat dan panjang, bisa berbulan-bulan hingga menyentuh tahun. 

Sementara jika menggunakan penerbit indie, kita akan membayar sejumlah uang untuk menerbitkan buku. Biayanya tergantung kesepakatan dengan penerbit yang bersangkutan. Contohnya CV Jejak mempunyai berbagai paket penerbitan yang dapat kalian cek melalui halaman resminya. Saya tidak akan membocorkan paket penerbitan yang saya pilih. Jika hendak memilih sebuah penerbit indie saya sarankan baca baik-baik paket yang hendak disepakati. 

paket-penerbitan-jejak-publisher

Melalui laman resmi-nya, CV Jejak berdiri pada tahun 2016 dan mulai menerbitkan naskah-naskah yang dikirimkan oleh penulis yang baru merintis seperti saya. Sesuai dengan visi mereka yaitu memajukan dunia literasi dan meningkatkan minat membaca dan menulis serta bertekad membantu penulis-penulis baru yang mampu berkompetensi, berkualitas dan membantu mereka mencapai cita-citanya sebagai penulis profesional. 

Salah satu bagian paling penting dalam memilih penerbit buku adalah pastikan penerbit tersebut termasuk ke dalam anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Hal tersebut merupakan fundamental dasar dalam memilih penerbit. Pastikan penerbit berkomitmen membantu pengurusan ISBN, semacam nomor identitas buku yang diakui secara internasional. 

Mengapa pilihan menerbitkan buku pertama saya jatuh ke Penerbit Jejak? Karena sistem website mereka transparan. Setidaknya mereka mempunyai tiga website resmi. Pertama jejakpublisher.com yang berisikan profil penerbit, kalian dapat berkenalan dan mencari informasi yang lengkap tentang penerbit ini melalui website tersebut, termasuk memahami berbagai paket penerbitan yang ditawarkan.

menerbitkan-buku-di-penerbit-jejak

Website kedua yaitu www.penerbitjejak.com , website ini secara khusus dibuat untuk penulis yang sudah memantapkan hatinya untuk menerbitkan buku di Penerbit CV Jejak. Setelah membuat akun, kita dapat mengirimkan naskah dan membuat perjanjian penerbitan melalui website tersebut. Kita juga dapat memantau sudah sejauh mana naskah kita diproses oleh mereka. 

royalti-dari-penerbit-jejak

Selanjutnya adalah website penulisjejak.web.id , merupakan website khusus untuk memantau besaran royalti yang kita terima, termasuk sudah berapa banyak buku kita yang terjual. 

Dalam proses penerbitan, kita juga dapat bertanya langsung melalui whatsapp maupun email jika mengalami kesulitan atau ada hal yang hendak ditanyakan. Jangan ragu untuk bertanya, pastikan kita sudah paham dan tidak ada pertanyaan yang mengambang. Pengalaman selama proses penerbitan, saya pribadi merasa respon penerbit cepat dan baik. 

menerbitkan-buku-di-penerbit-jejak

Tangkapan layar di atas ketika buku saya dalam proses antrian untuk diterbitkan. Meski penerbit indie, kita juga harus sabar selama buku kita diproses, karena ada banyak naskah yang mereka terbitkan secara bersamaan. Pengalaman saya waktu itu, lama proses penerbitan sejak kirim naskah hingga buku diterbitkan memakan waktu tiga bulan. Nah sampai sini kalian bisa menebak saya memilih paket penerbitan yang mana, hehe.

Penerbit CV Jejak juga memberikan waktu kepada penulis untuk memeriksa kembali secara keseluruhan mengenai layout dan isi buku sebelum 'naik cetak'. Setelah semua proses penerbitan selesai, buku tersebut dikirimkan ke alamat saya, jumlahnya sesuai dengan kesepakatan paket di awal. 

Kita juga bisa meminta dikirimkan buku lebih banyak dari jumlah yang tertera di paket penerbitan, tentunya harus membayar biaya cetaknya. Saya waktu itu meminta dikirimkan lebih banyak karena sudah ada teman yang memesan langsung melalui saya. 

Dari sisi penjualan dan pemasaran, Penerbit CV Jejak mempunyai laman khusus yaitu tokobukujejak.com untuk menjual buku-buku yang mereka terbitkan. Selain itu mereka juga menjualnya melalui shopee dan tokopedia. Penerbit CV Jejak juga menjual buku versi digital di google playbook.  

Nah jika menerbitkan buku melalui penerbit indie, kita harus proaktif mempromosikan buku tersebut secara mandiri. Karena skala promosi penerbit indie tidak terlalu besar dan tidak dijual di toko buku besar. 

Pada bulan Juni 2024, buku saya dapat dibaca melalui aplikasi resmi Perpustakaan Nasional yaitu Ipusnas.  Teman-teman dapat membacanya secara gratis pada aplikasi tersebut. Selain itu buku tersebut dapat dipinjam di Perpustakaan Kota Pangkal Pinang dan Perpustakaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 

Disclaimer : tulisan ini murni pengalaman pribadi saya, mungkin setiap penulis yang menerbitkan naskah di Penerbit CV Jejak mempunyai pengalaman yang berbeda-beda, jadi saya harap pembaca tidak menggeneralisasi proses yang saya bagikan pada tulisan ini.

"Jangan biarkan perjalananmu menguap begitu saja tidak ada bekasnya" Dodonulis, Menulis Cerita Perjalanan.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
rumah-raden-saleh-di-cikini

Raden Saleh terkenal dengan karya seni lukis yang sangat memukau. Sang Maestro seni lukis ini hidup jauh sebelum negeri kita merdeka, lahir pada tahun 1811 dan meninggal pada tahun 1880. Raden Saleh hidup di dunia selama 69 tahun, namun karyanya tetap abadi ratusan tahun setelahnya, tak lekang oleh waktu, menginspirasi generasi muda untuk berkarya. Salah satu lukisannya yang paling banyak diperbincangkan adalah Penangkapan Pangeran Diponegoro. 

Selain karya seni lukis, peninggalan Raden Saleh yang terkenal yaitu sebuah rumah yang terletak di kawasan Cikini. Semasa delapan tahun di Jakarta, hampir setiap minggu saya pergi ke Cikini namun belum pernah berkunjung ke rumah tersebut. Oleh karena itu, sebelum meninggalkan Jakarta tahun lalu, saya meniatkan datang langsung berkunjung, agar tidak pergi dengan rasa penasaran. 

Salah satu moda transportasi favorit jika hendak pergi ke Rumah Raden Saleh yaitu dengan menggunakan KRL, stasiun terdekatnya adalah Stasiun Cikini. Saya tidak merekomendasikan jika kalian hendak menggunakan kendaraan pribadi karena lokasi rumahnya terletak di dalam kawasan kompleks Rumah Sakit PGI Cikini. 

Dari stasiun, saya jalan kaki hanya sekitar satu kilometer, menurut saya itu jarak yang cukup dekat. Percayalah, jalan kaki di kawasan Cikini itu menyenangkan, lingkungannya sejuk, trotoarnya lebar, dan banyak spot kuliner yang menarik. Cocok bagi kalian yang mempunyai target 1.000 hingga 5.000 langkah sehari. 

bubur-cikini

Nah saran saya, berangkatlah pada pagi hari. Sarapan dulu dengan bubur Cikini yang terletak di seberang stasiun, ambil tempat duduk di lantai dua, spot yang menurut saya menarik, kita bisa menyaksikan kesibukan kawasan Cikini di pagi hari, terkadang ide-ide itu muncul secara acak. 

rumah-sakit-pgi-cikini-rumah-raden-saleh

Setelah tiba di Rumah Sakit PGI Cikini, saya celingukan mencari posisi pintu masuk, sempat bingung dan ragu di mana pintu masuk Rumah Raden Saleh-nya, atau jangan-jangan saya salah lokasi. Untunglah ada Pak Satpam yang menjelaskan dengan ramah. Lokasi rumahnya terletak di dalam kawasan rumah sakit tersebut. Di sana, berdiri indah sebuah rumah dengan arsitektur yang khas.

rumah-raden-saleh

Waktu itu saya sempat berbincang dengan satpam yang sedang berjaga. Kini rumah Raden Saleh tidak dibuka untuk publik, jadi pengunjung tidak bisa masuk ke dalam rumah karena alasan keamanan. Meski tidak bisa masuk, bagi saya melihat dari luar saja sudah cukup untuk mengagumi keunikan rumah ini, kawasan di sekitarnya juga sejuk dengan banyak pohon-pohon besar. 

chapel-gereja-kecil-dekat-rumah-raden-saleh

Terdapat sebuah chapel yang berada di dekat rumah tersebut. Gereja kecil yang indah dengan nuansa putih.Gereja kecil ini masih digunakan hingga sekarang. Karena berada di kawasan rumah sakit, di sana saya melihat bangsal-bangsal rumah sakit yang masih berarsitektur kuno khas zaman dahulu.  

bangsal-rumah-sakit-pgi-cikini

Karena datang sendirian, saya tidak terlalu banyak berkeliling. Setelah memotret beberapa foto, saya memutuskan untuk keluar dan beranjak menuju Taman Ismail Marzuki (TIM). Di sana terdapat sebuah lukisan wajah seorang Raden Saleh, terletak di antara belakang planetarium dan Gedung Bhakti Budaya. Jika datang ke Jakarta, Cobalah sesekali mampir ke sana, kawasan TIM sejak dulu hingga sekarang selalu hidup dengan aktivitas anak-anak muda. 

lukisan-raden-saleh-di-tim

bakmi-roxy-cikini

Nah setelah setengah hari berkeliling kawasan Cikini, banyak spot favorit jika hendak mengisi kembali energi yang sudah kosong karena kelelahan. Ada dua spot makan yang paling sering saya datangi, pertama yaitu RM Ampera 2 Tak Cikini, lalu yang kedua Bakmi Roxy. Kedua tempat makan tersebut harganya terjangkau dengan rasa yang enak. Biasanya sih kalau sudah makan malas banget untuk gerak. Oleh karena itu, ketika pulang saya sering naik angkot Jak-10A menuju stasiun Cikini dengan biaya 0 rupiah. 

Artikel ini sudah lama mengendap di draft, juga dengan artikel-artikel lain yang belum saya edit dan tulis. Senang rasanya masih konsisten menulis di blog ini selama bertahun-tahun. Salam takzim, dodonulis yang masih terus belajar menulis.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
perpustakaan-kota-pangkalpinang-buka-sabtu-dan-minggu

Semarak pemilihan ulang Wali Kota dan Wakil Wali Kota Pangkal Pinang semakin meriah menjelang hari pencoblosan tanggal 27 Agustus 2025. Bagi saya, siapapun yang terpilih, saya harap bisa peduli dengan minat baca dan literasi para warganya, terutama para generasi emas yang saat ini masih mengenyam pendidikan. Menurut hemat saya, cara terbaik melahirkan generasi emas adalah dengan meningkatkan minat baca dan literasi, salah satunya adalah melalui perpustakaan di tiap daerah.

Kota Pangkal Pinang sudah mempunyai gedung baru perpustakaan yang diresmikan Tahun 2023 yang lalu. Mengutip dari website resmi Dinas Perpustakaan dan Arsip, Gedung layanan perpustakaan Kota Pangkal Pinang dibangun dengan mengunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Subbidang Perpustakaan Tahun Anggaran 2022 untuk perluasan senilai Rp 4,19 Miliar. 

Gedung layanan perpustakaan Kota Pangkal Pinang terletak di lokasi yang sangat strategis, berdiri di dekat titik nol kilometer. Gedung Perpustakaan yang baru diharapkan dapat meningkatkan semangat dalam menumbuhkan minat baca dan literasi.  Di samping menyediakan ruang utama membaca, Perpustakaan Kota Pangkal Pinang juga menyediakan ruang ramah anak-anak di bagian sudut lantai satu serta ruang pertemuan di lantai dua.

Gedung dua lantai tersebut mempunyai tempat yang nyaman untuk membaca dan mengerjakan tugas. Dari sisi fasilitas penunjang, Perpustakaan Kota Pangkal Pinang juga dilengkapi kursi dan meja yang modern, terminal listrik, serta pendingin ruangan. Selain itu terdapat loker untuk menitipkan tas serta toilet yang bersih. 

Para petugas juga sangat ramah dalam memberikan pelayanan. Perustakaan Kota Pangkal Pinang sudah dilengkapi sistem yang bernama OPAC (Online Public Access Catalog) yang membuat pengunjung dapat dengan mudah mencari referensi bacaan yang mereka inginkan. Jumlah koleksi buku di Perpustakaan Kota Pangkal Pinang juga sudah memadai, terdapat referensi buku pelajaran, pengembangan diri, buku religi, hingga buku-buku fiksi seperti novel dan komik. 

Pengunjung dapat mendaftarkan diri menjadi anggota perpustakaan yang di mana salah satu keuntungannya adalah dapat meminjam koleksi buku-buku perpustakaan. Tentunya buku-buku tersebut wajib dikembalikan sesuai jangka waktu peminjaman yang tertera di formulir.

Sampai dengan tahun 2024, jam operasional perpustakaan buka dari hari Senin s.d. Sabtu. Namun sayangnya pada awal tahun 2025, jam operasional diubah. Menurut sumber resmi sosial media instagram Dinas Perpustakaan Kearsipan Pangkal Pinang, jam layanan perpusatakaan hanya buka di hari Senin s.d. Jumat saja. Mohon maaf sekali, menurut pandangan pribadi saya ini adalah sebuah kemunduran bagi dunia literasi di kota ini.  

Apakah jam operasional berubah karena terdapat efisiensi anggaran? Jika iya, apakah harus bidang literasi yang harus dikorbankan dengan mengubah jam operasional perpustakaan.  Kehadiran perpustakaan saat ini menjadi salah satu obat paling ampuh dalam meningkatkan minat baca dan literasi. Saya paham jika perpustakaan buka di hari Sabtu dan Minggu, maka harus ada biaya operasional dan belanja pegawai yang harus dikeluarkan. 

Saya berharap, pimpinan Kota Pangkal Pinang yang akan terpilih nantinya dapat memberikan kebijakan yang solutif untuk mengatasi itu. Bukankah para calon pemimpin Kota Pangkal Pinang sangat peduli dengan minat baca dan literasi?

 Saya juga mendukung Pustakawan dan Tenaga Administrasi harus diberikan upah atau uang lembur yang layak jika harus betugas di hari Sabtu dan Minggu. Selain itu, mungkin bisa dibuatkan pembagian jam kerja yang adil dan objektif. 

Jika hanya buka di hari kerja dan sekolah, praktis anak-anak hanya mendapatkan waktu yang sedikit  untuk ke perpustakaan, hanya bisa ketika pulang sekolah saja, itupun waktunya sudah mepet karena perpustakaan tutup pada jam 15.30 WIB. Orang tua yang sibuk bekerja juga tidak bisa menemani dan membiasakan anak-anak mereka berkunjung ke perpustakaan.

Jika memang pimpinan kota peduli tentang literasi, menurut hemat saya seharusnya jam operasional perpustakaan kota Pangkal Pinang direvisi kembali. Jika perpustakaan kota buka pada hari Sabtu dan Minggu, tutup hanya ketika Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama. Jika hal ini terealisasi, merupakan suatu kesempatan yang baik bagi para pelajar dan orang tua untuk datang ke perpustakaan. 

Anak-anak perlu tempat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mereka melalui kegiatan membaca buku di perpustakaan. Karena buku merupakan jendela dunia. Agar anak-anak tidak kalah dengan gempuran media sosial dan kecanduan bermain gadget.

Selain jam operasional, buku-buku di perpustakaan kota harus ditambah. Warga, Pelajar, dan Anak-anak perlu diberikan asupan literasi yang banyak. Oleh karena itu, saya harap terdapat penambahan buku yang beragam, agar semangat membaca tidak pudar. Kota Pangkal Pinang sebagai ibu kota Provinsi harusnya menjadi teladan yang baik bagi daerah-daerah lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kepada empat Cawalkot, siapapun yang terpilih, bisakah Perpustakaan Kota Pangkal Pinang buka di hari Sabtu dan Minggu?

Salam Takzim, Dodonulis, Warga Kota Pangkal Pinang.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
pulau-ketawai-bangka

Pulau Bangka mempunyai banyak pilihan wisata pantai dengan view yang menakjubkan. Seperti Pantai Matras dan Turun Aban di Sungai Liat misalnya, karakteristik pantainya yaitu mempunyai pasir putih dan batu granit besar. Lalu bagaimana dengan keindahan terumbu karang di bawah laut Pulau Bangka? Apakah di sini mempunyai wisata hoping island? 

Dua pertanyaan tersebut semua jawabannya ada di Ketawai. Ada banyak penyedia jasa open trip ke pulau ini. Kita tidak hanya akan diajak ke Pulau Ketawai saja, melainkan ke Pulau Gusung Asam dan spot snorkeling di dekat sana. 

Memang keindahan spot snorkeling di Ketawai masih kalah dan kurang terkenal seperti Pulau Lengkuas di Belitung. Namun karena sudah rindu berenang di laut, saya mengajak Em untuk ke Ketawai. Kami mencoba mencari penyedia open trip ke sana, karena tidak mungkin pergi hanya berdua saja, biaya sewa kapalnya lumayan.  

Salah satu penyedia open trip sehari ke Pulau Ketawai adalah Giagik, berikut sosial media instagramnya : https://www.instagram.com/giagik/ . Ada beberapa paket pilihan yaitu silver, gold, dan platinum. Fasilitas yang didapatkan tidak jauh berbeda. Kita juga akan berada di kapal yang sama. 

Kami tertarik memilih paket platinum karena akan mendapatkan alas karpet. Ini penting banget soalnya biar bisa duduk di pasir pantai dengan alas karpet, kita juga tidak perlu repot membawa karpetnya dari dermaga karena sudah disediakan langsung di Pulau Ketawai.

Hanya paket gold dan platinum saja yang mendapatkan makan siang. Saran saya kalau memilih paket silver harus siap membawa bekal karena di Pulau Ketawai tidak ada warung makan. Bahkan pedagang yang jual indomie saja di sana tidak ada. Hanya ada yang menjual kelapa muda segar yang diambil langsung dari pohon kelapa di pulau ini. 

paket-open-trip-pulau-ketawai

Informasi paket open trip ke Ketawai bersama Giagik dapat dilihat pada gambar di atas. Harga yang tertera pada bulan mei 2025, mungkin saja saat ini sudah berubah. Kalian bisa langsung chat/dm saja adminya untuk konfirmasi lebih lanjut.

Perjalanan ke Dermaga Kurau

dermaga-kurau

Untuk menuju Pulau Ketawai, Saya dan Em harus berangkat ke Dermaga Kurau di Kabupaten Bangka Tengah. Jaraknya kurang lebih 50 menit dari rumah kami di Kota Pangkalpinang. Giagik tidak menyediakan meeting point di Kota Pangkalpinang, kecuali kalau kita memilih private trip. 

Satu hari sebelum keberangkatan, kita akan dimasukkan ke grup whatsapp untuk mempermudah koordinasi. "Peserta open trip harus sudah tiba di Dermaga Kurau sebelum pukul tujuh ya kak" tulis seorang guide di grup tersebut. Berarti kami harus berangkat dari rumah pukul 5.30 pagi, berangkat lebih awal karena saya belum terlalu mahir dalam mengemudi, jadi jalannya agak pelan.

Namun ada-ada saja kendala di hari keberangkatan. Di tengah perjalanan, Em mengalami keram perut, membuatnya tidak nyaman sepanjang jalan menuju ke Dermaga Kurau. Tiba di dermaga kurau, kami langsung mencari toilet. Inilah dramanya, di sana tidak ada fasilitas toilet yang memadai. Semua kamar toilet rusak dan tidak ada air bersihnya. Padahal Dermaga Kurau ini berukuran besar, bahkan menyatu dengan tempat pelelangan ikan.

Untungnya saya tidak mudah panik karena sudah sering ke tempat publik yang fasilitas umumnya kurang baik seperti ini. Saya ajak Em ke rumah warga di dekat dermaga. Keramahan warga di sekitar dermaga membuat perjalanan ini terasa lebih spesial. Mereka memperbolehkan Em untuk numpang ke toilet di rumahnya.

Perjalanan ke Pulau Ketawai

sungai-kurau

Pukul 7.20 menit. Suasana dermaga sudah ramai. Ini situasi yang normal ketika akhir pekan. Masyarakat di Pulau Bangka bahkan wisatawan dari luar daerah banyak yang pergi ke Pulau Ketawai untuk refreshing.  Pendamping kami dari Giagik mengecek kelengkapan anggota trip kali ini. Setelah jumlahnya lengkap lima belas orang, kami bergerak menaiki kapal fiberglass berukuran kecil. Tiga di antara rombongan kami berasal dari Wisman Tiongkok.

Dermaga Kurau terletak di muara Sungai Kurau yang berbatasan langsung dengan laut. Kondisi perairan sungai saat itu sedang dangkal sehingga tidak memungkinkan bagi kapal kayu untuk merapat ke dermaga. Oleh karena itu kami menggunakan kapal kecil terlebih dahulu, lalu berpindah ke kapal kayu yang sudah menunggu di perairan laut. Saya senang sekali melihat hutan mangrove yang masih terjaga, keberadaan mangrove sangat penting di ekosistem.

kapal-ke-pulau-ketawai

Cuaca waktu itu sedang terik, jangan lupa membawa sunscreen bagi kalian yang hendak berlibur ke Ketawai. Perjalanan menuju Pulau Ketawai dari dermaga Kurau sekitar satu jam saja. Keindahan Pulau Ketawai langsung tersaji, dermaga pulaunya sederhana dengan jembatan papan yang menjorok ke laut. Tulisan Ketawai berwarna merah menjadi landmark tersendiri di pulau ini, mengundang para wisatawan untuk berswafoto di sana.

Objek Wisata di Ketawai

dermaga-papan-pulau-ketawai

Pulau Ketawai merupakan pulau yang tidak berpenghuni. Menurut informasi di beberapa situs web, luasnya hanya sekitar 32 hektar. Garis pantainya lumayan panjang, banyak pengunjung yang menggelar tikar atau karpet sambil menghadap ke arah laut yang biru. Pengunjung juga bisa memasang hammock yang diikatkan di pohon kelapa.  

tempat-bilas-pulau-ketawai

musola-di-pulau-ketawai

Salah satu keunikan Pulau Ketawai yaitu terdapat sumber air tawar yang melimpah. Jadi pengunjung bisa bilas setelah puas berenang di laut. Fasilitas umum di Pulau Ketawai juga memadai, selain kamar bilas dan toilet, di Pulau Ketawai juga terdapat musola. Pada saat datang ke Ketawai, saya melihat banyak tenda yang berdiri. Di sini rupanya bisa juga berkemah, asalkan sudah meminta izin ke penjaga keamanan di pintu masuk pulau.

Pulau Gusung Asam dan aktivitas snorkeling

pulau-gusung-asam-ketawai

Cuaca tiba-tiba berubah dengan cepat, awan hitam bergumul di atas Pulau Ketawai. Membuat jadwal kami berubah. Kami baru bisa pergi ke Pulau Gusung Asam dengan kapal ketika jam dua siang. Menunggu hujan berhenti dan ombak lebih tenang terlebih dahulu.

bintang-laut-di-gusung-asam-ketawai

Melihat keindahan Pulau Gusung Asam menjadi bagian favorit saya di perjalanan kali ini. Ciri khasnya adalah pasir timbul yang di kedua sisinya terdapat air laut yang jernih dan biru. Saya langsung mengambil alat snorkeling di kapal, melihat gemasnya kelomang dan bebatuan kecil yang mempesona. Sekitar Pulau Gusung Asam juga dapat ditemui bintang laut.

Setelah hampir 1,5 jam menikmati keindahan Gusung Asam, kami beranjak menuju spot terumbu karang. Tidak banyak pilihan spot tereumbu karang di wilayah sekitar Bangka, namun untuk sekedar melepas kerinduan snorkeling sih menurut saya sudah lumayan puas. 

Sunset di Pulau Ketawai

sunset-pulau-ketawai-bangka

sunset-pulau-ketawai

Setelah selesai snorkeling , kami kembali ke Pulau Ketawai untuk bilas dan bersih-bersih. Karena jadwal yang melorot akibat hujan, kami pulang ketika langit mulai gelap. Namun kami beruntung dapat melihat sunset yang begitu indah di Pulau Ketawai. Ketika hendak pulang, saya melihat beberapa pengunjung membawa alat pancing.

Perjalanan yang menyenangkan dan membekas. Jangan terlalu berekspektasi tinggi dengan keindahan Pulau Ketawai, tetapi sepulang dari pulau ini, rasa-rasanya saya tertarik berkunjung kembali :).


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
open-trip-overland-sumba-bersama-indonesia-juara

Jika enam tahun yang lalu saya berangkat ke Sumba menyusun rencana mandiri bersama teman-teman traveler dari komunitas, kali ini saya menggunakan open trip Indonesia Juara. Merencanakan perjalanan sendiri tanpa bantuan agen trip mempunyai beberapa kelebihan, di antaranya  harga sharing cost bersama rekan perjalanan bisa ditekan, kita bisa mengatur budget hotel, makan, hingga mencari sewa mobil dan spoir yang lebih murah.

Namun kalau merencanakan perjalanan sendiri kita harus siap repot, kemudian biasanya dokumentasi kurang proper. Karena saya berangkat bersama Em, saya ingin perjalanan kali ini membekas dengan foto dan video yang dapat kami buka hingga bertahun-tahun ke depan. Maka dari itu saya memutuskan untuk mengontak Indonesia Juara. Syukurlah meski dadakan, masih ada slot yang tersedia di penghujung tahun 2024 untuk trip ke Sumba. 

Semua akomodasi sudah diatur oleh pihak Indonesia Juara. Namun karena kami lebih cepat sehari dari jadwal trip, kami mengisi waktu luang dengan menyewa motor dan berkeliling di sekitar Tambolaka, ceritanya bisa dibaca pada : Sewa Motor di Sumba, Aman atau Tidak?. Pada tulisan kali ini saya akan mengulas lengkap pengalaman open trip Overland Sumba bersama Indonesia Juara dari tanggal 26 s.d. 29 Desember 2024.

Hari Pertama , 26 Desember

Kami dijemput di hotel oleh Guide bernama Bang Adi pukul satu siang. Saya heran kok tidak ada tamu lain yang dijemput, padahal ini kan open trip, biasanya ada orang lain yang berangkat bersama kami. Seperti agen trip lain yang saya temui di hotel Sinar Tambolaka. Mereka bahkan satu mobil diisi oleh lima hingga 6 orang.

"Bang, ini open trip terasa private trip. Beruntung sekali jadi hanya abang dan kakak saja yang kami antar keliling Sumba. Jadi santai saja ya, tidak perlu kaku ikuti itinerary, nanti kalau kita punya waktu lebih kita bisa ke spot lain yang tidak ada di list paket" Kata Bang Adi.

Supaya suasana di dalam mobil tidak sepi, Bang Adi mengajak anaknya bernama Khadafi, remaja berusia 14 tahun yang menemani kami selama empat hari overland Sumba. Beruntung sekali kami waktu itu, untuk perbandingan saja, harga private trip Sumba bisa jauh lebih mahal dari yang kami bayar. Namun saya harus tekankan, ini situasional, umumnya satu mobil itu bisa diisi oleh 5-6 orang tamu. 

Kampung Adat Ratenggaro

kampung-adat-ratenggaro

Tempat pertama yang kami datangi adalah Kampung Adat Ratenggaro. Setiap daerah di Indonesia mempunyai keunikan rumah adat masing-masing, salah satunya Sumba yang mempunyai rumah adat Uma Mbatangu atau rumah berpuncak. Kalian akan sering melihat pemandangan rumah adat seperti ini di Sumba Barat Daya. 

Kampung Adat Ratenggaro adalah kampung adat di Sumba yang paling populer di kalangan traveler. Semua penyedia jasa open trip pasti memasukkan desa ini ke dalam itinerary. Ratenggaro berasal dari dua kata yaitu "rate" yang berarti kuburan dan "garo" merupakan nama suku dari desa ini. 

Jika pada enam tahun sebelumnya saya hanya berkeliling mengitari rumah adatnya, pada kunjungan kali ini saya meminta Bang Adi dan Khadafi untuk menemani kami menuju ke pantai yang tidak jauh dari desa, menyusuri jalan setapak hingga tiba di pantai dengan view laut  yang berombak tenang. 

Pantai Pero

pantai-pero-sumba

Karena hanya berdua, jadi kami lebih bebas meminta difoto atau video. Kami juga diberikan kebebasan oleh Bang Adi apakah masih ingin berkeliling di desa adat atau berpindah ke spot lain. Selama di Pantai Pero, waktu yang kami habiskan tidak begitu banyak. Cukup mengambil beberapa foto dan video saja, kemudian duduk di bebatuan pantai. Bang Adi lantas menghampiri kami yang terlihat hanya duduk-duduk saja, saat itu jarum jam menunjukkan pukul tiga sore.

"Bang, Kak. Ini kan di jadwal kita seharusnya hari ini hanya ke Ratenggaro sama Pantai Pero saja, nah kebetulan cuaca cerah dan waktu masih panjang (pukul tiga sore), bagaimana kalau hari ini kita padatkan saja jadwalnya ke Danau Weekuri dan Hunting sunsetnya di Pantai Mandorak" Usul Bang Adi.

"Terus besoknya bagaimana Bang? kita gak kemana-mana dong? hanya mampir ke Warinding sama jalan ke Waingapu saja ya?" tanya saya.

"Nah nanti saya ajak abang dan kakak ke Weecakura saja, itukan tidak ada di paket open trip. Jadi kita punya lebih banyak spot yang didatangi." Ujar Bang Adi.

Usul yang menarik menurut saya. Saya juga tipe orang yang fleksibel, kebetulan tamu yang dibawa oleh Bang Adi hanya kami berdua. Jadi dokumentasi di tiap tempat itu tidak terlalu lama. Biasanya kan yang bikin lama itu nungguin teman-teman lain yang hendak foto atau bikin video. Kalau hanya saya dan Em, seharusnya waktunya lebih ringkas. Jadi kami bisa datang ke lebih banyak tempat.

Danau Weekuri

danau-weekuri-sumba

This one from Ema's POV, so here we go! Spot selanjutnya yang kami kunjungi yaitu danau asin yang terletak di Desa Kalena Rongo, Kabupaten Sumba Barat Daya.  Danau Weekuri atau Weekuri Lagoon, danau yang dikelilingi oleh batu karang yang memisahkannya dengan laut.  Di sana wisatawan bisa berenang karena disediakan akses untuk menuju ke bawah. Kalian akan melewati warung-warung pondok yang menjual berbagai macam makanan ringan dan kain tenun khas sumba saat mendekati pinggir danau.  

Hal yang tidak bisa saya lupakan justru bukan sekadar keindahan danaunya melainkan momen ketika saya menunaikan sholat Ashar.  Sayang sekali di sana belum tersedia mushola yang layak untuk digunakan, sudah ada bangunannya tapi belum dipelihara dengan baik sehingga menjadi bangunan terbengkalai.  

tempat-sholat-di-danau-weekuri-sumba

Akhirnya setelah bertanya-tanya dengan orang sekitar, seorang bapak (warga lokal) mengajak saya untuk menuju ke warung pondok kain miliknya.  Beliau memperbolehkan saya untuk sholat disana.  Kemudian setelah saya mengucapkan salam, saya melihat ada anak kecil yang menundukkan badannya saat melewati pondokan yang saya tempati dan mengucapkan permisi seolah takut mengganggu ibadah saya. Hal ini membuat saya seketika tersenyum dan terharu.  Pulau Sumba yang mayoritas non islam ternyata memiliki toleransi beragama yang sangat tinggi.  

berenang-di-danau-weekuri-sumba

Well, back to the lagoon.  Spot foto utama disini adalah di atas batu karang yang belakangnya langsung tertuju pada keindahan danau.  Namun kami perlu melewati pagar pembatas pada jembatan kayu untuk mendapatkan spot foto yang satu ini, selain itu menurut saya setiap sudut Danau Weekuri akan tetap indah untuk diabadikan.

Pantai Mandorak

pantai-mandorak-sumba

Selain Pantai Pero, spot sunset lain di Sumba Barat Daya adalah Pantai Mandorak. Kami tiba di pantai ini pada pukul 17.20 WITA. Masih sangat cukup untuk menikmati birunya air laut sebelum matahari tumbang dan sebelum langit perlahan temaram.

"Abang dan kakak beruntung cuaca lagi cerah, tamu saya kemarin dapat mendung dan hujan." Ujar Bang Adi. Mendengar kalimatnya barusan membuat kami tersenyum sumringah. Bulan Desember cuaca di Sumba kurang menentu, namun keunggulannya perbukitan akan berwarna hijau selepas kemarau panjang.

"Hei Anak, nanti kamu yang foto abang dan kakak ya, foto yang bagus seperti yang bapak kasih ajarkan" Kata Bang Adi ke Khadafi.

Khadafi pun juga bersemangat sekali mendalami peran sebagai asisten ayahanda. Foto dan video yang direkam oleh Khadafi juga memuaskan. Oh iya saat menemani kami, Khadafi sedang libur sekolah ya bukan bolos. 

Saat ini Khadafi sedang duduk di bangku SMA, badannya yang tegap dan tinggi  membuat saya berseloroh menyuruhnya mendaftar di akademi kepolisan atau tentara. Tetapi mau jadi profesi apapun itu tidak menjadi masalah, yang penting bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

sunset-pantai-mandorak

Beberapa foto yang saya lampirkan di postingan ini adalah hasil jepretan Khadafi. Saya lupa yang mana saja, karena saking banyaknya momen yang diabadikan bersama Em. 

Hari Kedua, 27 Desember

Setelah kemarin kami memadatkan agenda, jadi praktis kami tidak perlu ke Mandorak dan Weekuri lagi. Pada hari kedua, kami sudah harus mengemasi barang di hotel untuk checkout, nanti setelah tiba di Waingapu-Sumba Timur kami akan menginap di hotel Elim. Agenda kami hari ini menuju Sumba Timur dan mengunjungi beberapa spot wisata di tengah perjalanan ke sana.

Air Terjun Weekacura

air-terjun-weekacura

Sesuai janji Bang Adi, beliau mengajak kami singgah ke Air Terjun Weekacura. Apa yang membuat Weekacura ini spesial? karena lokasinya yang tidak umum. Biasanya air terjun itu di sekitar pepohonan lebat, di antara tebing-tebing tinggi, ataupun di arus sungai yang disekelilingnya bebatuan besar. Weekacura berbeda, air terjun ini terletak di tengah persawahan yang mehampar luas.

Kami datang ke Weekacura ketika padi baru selesai di panen, jadi beberapa spot sawahnya baru selesai dibajak. Namun hal itu tidak mengurangi keindahaan Weekacura. Saya belajar banyak bagaimana warga Sumba begitu menyayangi dan menjaga alam yang sudah dipersembahkan Tuhan kepada mereka. Air mengalir dengan tenang, mengairi persawahan warga, siklus alam yang terjaga meskipun sudah menjadi spot wisata yang populer. 

Kampung Adat Praijing

kampung-adat-praijing-sumba

Pukul sebelas siang. Langit mendung mulai terlihat mengintai perjalanan kami. Setelah ke Weekacura, kami beranjak ke Kampung Adat Praijing yang jaraknya tidak terlalu jauh. Biasanya pada paket open trip pada umumnya memasukkan dua desa adat yaitu Praijing dan Ratenggaro.  Jika Ratenggaro terletak di dekat pantai, maka Praijing lokasinya berada di perbukitan. 

Kampung Adat Praijing mempunyai ciri khas yaitu terdapat peninggalan megalitikum berupa batu kubur besar leluhur. Oh ya, masyarakat Sumba mempunyai kepercayaan "Ma Rappu" yang konon merupakan penghormatakan kepada para leluhur mereka yang sudah menjaga keseimbangan alam dan masyarakat Sumba.

Berfoto di Tengah Jalan Taman Nasional Manupeu Tanah Daru

"Bang Adi, saya teringat waktu itu pernah foto di pinggir jalan yang bagus banget di Sumba. Kanan kirinya pohon-pohon besar gitu, tapi saya lupa namanya" Kata saya ke Bang Adi.

"Oh saya tau tempatnya, nanti kita lewatin kok bang. Abang dan kakak bisa turun sebentar buat foto-foto" Kata Bang Adi. 

taman-nasional-manupeu-tanah-daru

Kalau dulu tidak ada sama sekali papan nama di jalan ini, sekarang sudah ada papan nama Taman Nasional Manupeu Tanah Daru. Saya coba searching, taman nasional ini luas sekali mencakup beberapa kawasan wisata air terjun, hutan, dan pantai. Jadi sepertinya kawasan tempat kami berfoto ini hanyalah jalan lintas-nya saja yang membelah kawasan taman nasional.

Selama Overland Sumba, makan di mana?

rumah-makan-parahiangan-di-sumba

Salah satu kelebihan ikut open trip, semuanya sudah diatur termasuk lokasi makan. Jadi tidak perlu khawatir kebingungan mencari tempat makan. Seperti rumah makan Parahiangan 2 di Sumba Tengah. Oh iya Pulau Sumba itu terdiri dari 4 kabupaten yaitu Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, dan Sumba Timur. Kalau kata Bang Adi Sumba Tengah ini sebenarnya punya destinasi wisata juga, namun kalah populer dibanding wisata di kabupaten lain.

Bukit Ndapayami

ndapayami-sumba

Setelah makan siang, perjalanan kembali dilanjutkan menuju Bukit Warinding, spot sunset dengan view perbukitan hijau di Sumba. Kami tiba di Warinding sekitar pukul tiga sore. Lagi-lagi lebih cepat dari jadwal itinerary, lagi-lagi Bang Adi punya cara untuk membuat senang para tamu dengan rencana dadakannya.

"Bang, ini masih jam tiga sore, sunset masih lama. Kita jalan ke Ndapayami aja ya. Nanti kita kasih terbang drone di sana" Kata Bang Adi. Wah saya langsung kegirangan dapat spot tambahan lagi, tetapi jalan ke sana belum aspal. Hanya separuh jalan saja yang sudah dicor, sisanya jalan tanah. Kontur jalannya juga berkelok-kelok. Menuju spot ini harus ditemani oleh guide atau warga lokal yang menyetir, karena jalannya memang sejelek dan sehancur itu.

jalan-ke-bukit-ndapayami

Mungkin faktor itulah mengapa banyak paket open trip yang jarang memasukkan bukit Ndapayami ke dalam itinerary trip mereka. Saya dulu tidak tau juga mengenai bukit ini, untung Bang Adi mengajak kami ke sini. Bukit Ndapayami bisa dibilang hidden spot yang jarang diketahui oleh para traveler. Beruntung kami dipandu oleh guide berpengalaman dari Indonesia Juara yang mengajak kami ke sini.

bukit-ndapayami-sumba

Bukit Ndapayami waktu itu berasa seperti private hill bagi kami, tidak ada pengunjung lain. Jadi kami sangat bebas mengambil dokumentasi baik itu foto maupun video. Saya bilang ke Em untuk menentukan bukit mana yang paling memorable baginya.

"Selain Ndapayami, nanti kita datang ke Warinding, Tanarara, Puru Kambera, dan Tenau. Oh ya jangan lupakan Bukit Lendongara yang tak kalah magisnya.

Sunset di Bukit Warinding

sunset-bukit-warinding

Kami kembali ke Bukit Warinding dan tiba di sana pukul 17.30 sore. Masih cukup untuk menikmati keindahan matahari terbenam. Ada beberapa kuda yang ditawarkan untuk ditunggangi dengan membayar 50 ribu. Kalau mau menunggang kuda, kita harus membayar sendiri karena di luar paket trip.  Opsional sih, tetapi tidak ada salahnya menyenangkan Em yang baru pertama kali ke Sumba.

Jika di Ndapayami berasa seperti bukit milik sendiri, kali ini di Warinding banyak wisatawan yang datang. Bukit Warinding ini bisa dibilang bukit yang paling ramai pengunjungnya karena lokasinya tepat di pinggir jalan raya.Waktu itu sekitar lima mobil yang sedang terparkir. Ini mah untuk ukuran libur panjang masih sepi, pertanda pariwisata sedang lesu, makanya turunin dong tiket pesawat pak/bu menteri.

Selanjutnya kami menuju ke kota Waingapu, menginap di Hotel Elim.

Hari Ketiga, 28 Desember 

Hari ketiga agenda masih sangat padat. Seakan tidak ada habis-habisnya spot wisata di Sumba. "Bang kira-kira kalau musim hujan seperti ini, kondisi air terjun di Sumba bagaimana?" taya saya ke Bang Adi. "Tidak menentu abang, kemarin saya antar tamu pas lagi hujan malah air terjunnya lagi bagus" Jawab Bang Adi. 

Air Terjun Waimarang

"Kalau cuaca cerah seperti ini saya bisa jamin air terjunnya lagi jernih abang. Ayok kita turun ke bawah". Ujar Bang Adi dengan penuh semangat. Lokasi Air Terjun Waimarang yang berada di lembak hutan, membuat pengunjung harus treking kecil-kecilan sekitar 20 menit ke sana. Namun terkadang ekspektasi tidak sejalan dengan realita, air terjunnya keruh. Bang Adi justru terlihat lebih kecewa dibanding kami, karena beliau dari awal sangat yakin karena cuaca waktu itu memang sedang terik.

air-terjun-waimarang-keruh

Begitulah Sumba, memang di Waimarang cuaca sedang bagus, namun kita tidak tau bagaimana kondisi air di hulu. Saya dan Em tidak begitu kecewa, karena tuhan sudah memberikan banyak kebaikan kepada kami di hari-hari sebelumnya. Spot-spot lain kami sungguh beruntung dapat cuaca dan view yang lagi bagus, bahkan diajak Bang Adi ke destinasi tambahan. Tak elok rasanya hanya karena keruhnya air terjun membuat kami melupakan kebaikan Tuhan begitu saja.

Pantai Walakiri

guide-sumba-di-pantai-walakiri

Pukul 12 siang, kami berangkat menuju pantai Walakiri untuk makan siang. Bang Adi sangat peka dan tau bagaimana menghibur tamu, Beliau mengajak kami makan siang dengan lauk yang menurut saya mewah. Kami makan siang ikan bakar waktu itu, sembari menikmati keindahan Pantai Walakiri yang tidak kehilangan sentuhan magisnya meski pohon-pohon mangrove ikoniknya sudah tergerus air laut.

Pantai Walakiri merupakan salah satu spot sunset, namun kami datang pada siang hari karena ingin menghabiskan waktu sore di Bukit Tanarara. Spot yang sedang viral dengan tagline jalan terindah di Indonesia.

Bukit Tanarara

bukit-tanarara-jalan-terindah-di-indonesia

Kalau kami ke Tanarara pagi, bisa jadi sudah banyak kendaraan yang lalu-lalang di jalan yang diapit oleh perbukitan hijau ini. Lagi-lagi, saya dan Em bersyukur karena momentum ke sini sangat pas. Bang Adi dan Khadafi cekatan mengeluarkan peralatan kamera dan drone. Kemudian kami memikirkan hendak berpose seperti apa.

Puas menjepret banyak foto dan video, mobil terparkir di areal pondok sekitar Bukit Tanarara. Ada semacam spot untuk melihat keindahan bukit ini secara 360 derajat. Dari sana bisa melihat sekeliling area yang penuh dengan bukit hijau yang meghampar luas, seakan-akan tidak ada ujungnya. 

Kami duduk-duduk sebentar menikmati pemandangan menakjubkan di depan mata, lalu saya tanya ke Em "Jadi bukit mana yang paling menyentuh dan paling bagus". Yang ditanya hanya tersenyum, masih menyimpan jawaban.

Hari Keempat, 29 Desember

"Abang dan kakak pulang kapan? ini kan kalau di jadwal kita ke Bukit Tenau tapi kan tau sendiri penerbangan ke Denpasar itu pukul enam pagi, tidak bakal sempat ke Tenau" kata Bang Adi. "Oh saya pulang besoknya bang, tanggal 30." jawab saya. 

Jadi, sebelum berangkat ke Sumba, saya sudah berkomunikasi dengan admin Indonesia Juara mengenai jadwal itinerary. Daftar trip itu berakhir pada tanggal 29 Desember dan spot yang didatangi hanya Bukit Tenau saja. Jadi setelah berkunjung ke Bukit Tenau, kami harus berpisah dengan Bang Adi dan Khadafi. 

Bukit Tenau

tenau-sumba

Kalau sobat pembaca perhatikan, kami belum pernah hunting sunrise . Nah barulah di hari terakhir, kami berangkat dari hotel sekitar pukul lima pagi untuk melihat matahari terbit dari Bukit Tenau. Sekaligus menjadi kewajiban terakhir Bang Adi menemani kami selama overland Sumba dari tanggal 26 s.d. 29 Desember.  Setelah diantar kembali ke hotel, kami berpisah. Lalu untuk cerita selanjutnya, kami mencoba eksplor Sumba dengan menyewa sepeda motor. Bisa baca pada postingan : Hati-hati Motoran di Puru Kambera.

Sekian ulasan atau review kami tentang pengalaman mengikuti open trip overland Sumba bersama Indonesia Juara. Sungguh, pengalaman yang sangat berkesan. Terima kasih Bang Adi dan Khadafi. Sampai jumpa di lain waktu, semoga bisa kembali ke Sumba.




Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

Buku Menulis Cerita Perjalanan

Buku Menulis Cerita Perjalanan
Pada tahun 2023, buku pertama saya berjudul Menulis Cerita Perjalanan resmi diterbitkan oleh Penerbit Jejak. Melalui buku ini saya menceritakan perjalanan selama berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia. Saya ingin perjalanan-perjalanan tersebut, tidak menguap begitu saja tidak ada bekas dan jejaknya. Jika para pembaca tertarik membacanya dapat klik gambar buku atau melalui link berikut : Shopee : https://id.shp.ee/hXGJwGT dan Toko Buku Jejak : https://tokobukujejak.com/detail/menulis-cerita-perjalanan-FCONM.html

Popular Posts

  • Perjalanan ke Banda Neira Dengan Pesawat Sam Air
  • Naik Kapal Dari Muntok ke Tanjung Api-Api Membawa Mobil Pribadi
  • Kolam Renang Bojana Tirta, Murah dan Nyaman
  • Penutup yang Manis di Banda Neira
  • Untukmu yang Baru Pertama Kali Menggunakan Kereta Bandara Soekarno Hatta

Tentang Penulis

Halo para pembaca, penulis adalah seorang pemuda kelahiran tahun ’97. isi blog ini seputar cerita dan catatan penulis ketika berkunjung di beberapa provinsi di Indonesia, tujuan membuat blog ini supaya dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama yang mempunyai hobi traveling. penulis dapat dihubungi dengan berkirim email ke dodonulis1@gmail.com

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

recent posts

    Pages

    • Privacy Policy
    • About Me
    • Disclaimer
    • Contact

    BloggerHub

    BloggerHub Indonesia

    Created with by ThemeXpose