• Home
  • Sumatera
    • Aceh
    • Sumatera Utara
    • Sumatera Barat
    • Riau dan Kepri
    • Sumatera Selatan
    • Jambi
    • Bengkulu
    • Bangka Belitung
    • Lampung
  • Jawa
    • DKI Jakarta
    • Banten
    • Jawa Barat
    • Yogyakarta
    • Jawa Tengah
    • Jawa Timur
  • Kalimantan
    • Kalimantan Barat
    • Kalimantan Tengah
    • Kalimantan Utara
    • Kalimantan Timur
  • Sulawesi
    • Sulawesi Selatan
    • Sulawesi Tengah
    • Sulawesi Barat
  • Bali NTB NTT
    • Bali
    • Lombok
    • Sumba
    • Flores
  • Maluku dan Papua
    • Maluku
    • Papua
instagram Email

dodonulis

blog catatan perjalanan

bukit-barisan-sang-ksatria-penjaga
Kalian perhatikan pemandangan perbukitan yang menjadi latar paling belakang di foto ini. Ini adalah Bukit Barisan. Foto yang saya ambil dari kampung halaman saya di Sumatra Selatan. Bukit Barisan jajaran pegunungan yang membentang hingga 1.650 kilometer dari Provinsi Lampung di bagian paling selatan Pulau Sumatra hingga Provinsi Aceh di bagian paling utara.

Bukit Barisan adalah ksatria penjaga Pulau Sumatra, rumah bagi makhluk hidup yang berbagi ruang, membentuk sebuah harmoni kehidupan, saling bergantung satu sama lain. Namun semakin hari Ksatria Penjaga kian kritis, ironinya adalah pelakunya adalah manusia itu sendiri, yang telah dilindungi selama bertahun-tahun oleh Sang Ksatria Penjaga.

Bencana alam memang atas takdir dari Tuhan, cuaca ekstrem tak bisa dikendalikan bahkan oleh alat canggih sekalipun. Namun kita lupa, bahwa ada peran manusia dalam bencana ini. Andai pohon-pohon itu tidak dibabat, dampak bencana mungkin tidak akan separah ini, melumpuhkan beberapa daerah, kota menjadi gelap gulita dan sunyi. 

Lantas siapa yang harus bertanggung jawab atas rentetan peristiwa bencana alam yang terjadi? Semoga sistem hukum dan pemerintahan kita masih bisa berpikir jernih, tidak takut dengan kuasa korporat besar, menghukum seadil-adilnya. Saat ini yang menjadi prioritas adalah masyarakat yang terdampak bencana, untuk pejabat yang mempunyai wewenang dan kuasa, semoga masih ada simpati dan empati.

Melihat bagaimana gerakan rakyat bantu rakyat yang begitu menggema, membuat saya takjub dan bangga dengan semangat gotong royong yang masih kental. Saling membantu dalam semua bentuk, menguatkan dalam bagai rupa. Ada yang terjun langsung ke lokasi yang terdampak, ikut berdonasi, mengirim bantuan, membuat tulisan, melakukan amplifikasi konten dukungan dan menguatkan sesama saudara. Semua itu dilakukan tanpa merendahkan peran orang lain, memahami semua orang berhak peduli dalam bentuk apapun. Bukan untuk kompetisi gagah-gagahan dan paling-palingan.

Tulisan ini tidak mengandung tendensi serius tentang tambang dan perkebunan kelapa sawit. Saya tidak anti dua-duanya, tidak bisa dipungkiri manusia masih membutuhkan energi fosil, listrik yang menerangi rumah-rumah berasal dari tambang, peralatan teknologi, dan lain sebagainya. Perkebunan kelapa sawit juga sama, petani-petani sederhana menggantungkan hidupnya dari perkebunan kelapa sawit, untuk menghidupi keluarganya, menyekolahkan anak-anaknya.

Pada akhirnya dunia dan seisinya akan runtuh, janji Tuhan berkata demikian, namun manusia punya tanggung jawab untuk menjaganya, mengedapankan keberlanjutan. Karena dampaknya tidak hanya dirasakan oleh generasi sekarang, anak cucu kita yang tidak bersalah atas peristiwa hari ini akan mendapatkan imbasnya. 

Bencana banjir besar di Sumatra seharusnya menjadi pengingat, bagaimana pentingnya hutan dan perlindungan hutan lindung dan hutan konservasi di sekitar kita. Jangan memaksakan perizinan alih fungsi hanya untuk kepentingan sepihak semata. Ancaman bencana serupa bisa saja terjadi di sekitar kita, di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Papua, dan pulau-pulau lainnya. Oleh karena itu, jaga hutan kita.

Catatan :

Tulisan ini saya selesaikan dalam perjalanan pulang ke kampung halaman Sumatra. Beberapa waktu yang lalu, sesorang sahabat lama yang berkunjung ke Bangka bertanya, "masihkah aktif menulis?". Jawaban saya masih. Meski blog ini sudah tidak mengeluarkan artikel terbaru, saya masih sering menulis. Namun tidak selalu tulisan saya share di blog ini. 

Jika kalian mengikuti blog ini sejak lama, blog ini dikhususkan untuk mengutas tulisan mengenai sebuah tempat atau bertema traveling. Taksiran kasar saya mengatakan 90% jumlah tulisan ini tentang keindahan alam di negeri ini.  

Belakangan ini beberapa artikel saya endapkan, tidak jadi saya posting. Karena perasaan saya gundah melihat situasi bencana Sumatera, tanah kelahiran saya, tempat saya pulang dan berteduh selama puluhan tahun. Lekas pulih Sumatra Utara, Sumatera Barat, Aceh, dan daerah lainnya. 


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
pengalaman-menerbitkan-buku-di-penerbit-indie

Pada tahun 2023, saya memberanikan diri untuk menerbitkan buku berjudul Menulis Cerita Perjalanan. Buku tersebut tidak diterbitkan melalui penerbit mayor, seperti grup Gramedia ataupun Bentang Pustaka yang sudah familiar. Untuk buku pertama tersebut, saya memilih penerbit Indie atau skala UMKM yang masih berkembang. 

Pengalaman tersebut membuka mata saya lebih lebar dan jauh tentang dunia penerbitan buku. Cukup lama saya mencari referensi penerbit indie yang dapat dipercaya dan mempunyai rekam jejak yang baik. Karena salah satu risiko menerbitkan buku melalui penerbit indie adalah jika mendapatkan penerbit yang curang dan culas, tidak memberikan hak yang sepatutnya dimiliki oleh penulis.

Buku Menulis Cerita Perjalanan tersebut saya percayakan untuk diterbitkan oleh penebit CV Jejak yang beralamat di Sukabumi, Jawa Barat. Meski jarak Jakarta dan Sukabumi cukup dekat, saya tidak pernah berkunjung langsung ke alamat penerbit. Pertukaran informasi dan saling berbalas pesan dengan tim penerbit semuanya melalui email dan whatsapp. 

Cara mudah membedakan penerbit mayor dan penerbit indie adalah dari sisi biaya penerbitan buku. Jika hendak menerbitkan buku melalui penerbit mayor, tidak ada biaya yang dikeluarkan oleh penulis untuk mencetak dan menerbitkan buku tersebut, semuanya ditanggung oleh penerbit termasuk biaya promosi. Namun biasanya seleksinya ketat dan panjang, bisa berbulan-bulan hingga menyentuh tahun. 

Sementara jika menggunakan penerbit indie, kita akan membayar sejumlah uang untuk menerbitkan buku. Biayanya tergantung kesepakatan dengan penerbit yang bersangkutan. Contohnya CV Jejak mempunyai berbagai paket penerbitan yang dapat kalian cek melalui halaman resminya. Saya tidak akan membocorkan paket penerbitan yang saya pilih. Jika hendak memilih sebuah penerbit indie saya sarankan baca baik-baik paket yang hendak disepakati. 

paket-penerbitan-jejak-publisher

Melalui laman resmi-nya, CV Jejak berdiri pada tahun 2016 dan mulai menerbitkan naskah-naskah yang dikirimkan oleh penulis yang baru merintis seperti saya. Sesuai dengan visi mereka yaitu memajukan dunia literasi dan meningkatkan minat membaca dan menulis serta bertekad membantu penulis-penulis baru yang mampu berkompetensi, berkualitas dan membantu mereka mencapai cita-citanya sebagai penulis profesional. 

Salah satu bagian paling penting dalam memilih penerbit buku adalah pastikan penerbit tersebut termasuk ke dalam anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). Hal tersebut merupakan fundamental dasar dalam memilih penerbit. Pastikan penerbit berkomitmen membantu pengurusan ISBN, semacam nomor identitas buku yang diakui secara internasional. 

Mengapa pilihan menerbitkan buku pertama saya jatuh ke Penerbit Jejak? Karena sistem website mereka transparan. Setidaknya mereka mempunyai tiga website resmi. Pertama jejakpublisher.com yang berisikan profil penerbit, kalian dapat berkenalan dan mencari informasi yang lengkap tentang penerbit ini melalui website tersebut, termasuk memahami berbagai paket penerbitan yang ditawarkan.

menerbitkan-buku-di-penerbit-jejak

Website kedua yaitu www.penerbitjejak.com , website ini secara khusus dibuat untuk penulis yang sudah memantapkan hatinya untuk menerbitkan buku di Penerbit CV Jejak. Setelah membuat akun, kita dapat mengirimkan naskah dan membuat perjanjian penerbitan melalui website tersebut. Kita juga dapat memantau sudah sejauh mana naskah kita diproses oleh mereka. 

royalti-dari-penerbit-jejak

Selanjutnya adalah website penulisjejak.web.id , merupakan website khusus untuk memantau besaran royalti yang kita terima, termasuk sudah berapa banyak buku kita yang terjual. 

Dalam proses penerbitan, kita juga dapat bertanya langsung melalui whatsapp maupun email jika mengalami kesulitan atau ada hal yang hendak ditanyakan. Jangan ragu untuk bertanya, pastikan kita sudah paham dan tidak ada pertanyaan yang mengambang. Pengalaman selama proses penerbitan, saya pribadi merasa respon penerbit cepat dan baik. 

menerbitkan-buku-di-penerbit-jejak

Tangkapan layar di atas ketika buku saya dalam proses antrian untuk diterbitkan. Meski penerbit indie, kita juga harus sabar selama buku kita diproses, karena ada banyak naskah yang mereka terbitkan secara bersamaan. Pengalaman saya waktu itu, lama proses penerbitan sejak kirim naskah hingga buku diterbitkan memakan waktu tiga bulan. Nah sampai sini kalian bisa menebak saya memilih paket penerbitan yang mana, hehe.

Penerbit CV Jejak juga memberikan waktu kepada penulis untuk memeriksa kembali secara keseluruhan mengenai layout dan isi buku sebelum 'naik cetak'. Setelah semua proses penerbitan selesai, buku tersebut dikirimkan ke alamat saya, jumlahnya sesuai dengan kesepakatan paket di awal. 

Kita juga bisa meminta dikirimkan buku lebih banyak dari jumlah yang tertera di paket penerbitan, tentunya harus membayar biaya cetaknya. Saya waktu itu meminta dikirimkan lebih banyak karena sudah ada teman yang memesan langsung melalui saya. 

Dari sisi penjualan dan pemasaran, Penerbit CV Jejak mempunyai laman khusus yaitu tokobukujejak.com untuk menjual buku-buku yang mereka terbitkan. Selain itu mereka juga menjualnya melalui shopee dan tokopedia. Penerbit CV Jejak juga menjual buku versi digital di google playbook.  

Nah jika menerbitkan buku melalui penerbit indie, kita harus proaktif mempromosikan buku tersebut secara mandiri. Karena skala promosi penerbit indie tidak terlalu besar dan tidak dijual di toko buku besar. 

Pada bulan Juni 2024, buku saya dapat dibaca melalui aplikasi resmi Perpustakaan Nasional yaitu Ipusnas.  Teman-teman dapat membacanya secara gratis pada aplikasi tersebut. Selain itu buku tersebut dapat dipinjam di Perpustakaan Kota Pangkal Pinang dan Perpustakaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 

Disclaimer : tulisan ini murni pengalaman pribadi saya, mungkin setiap penulis yang menerbitkan naskah di Penerbit CV Jejak mempunyai pengalaman yang berbeda-beda, jadi saya harap pembaca tidak menggeneralisasi proses yang saya bagikan pada tulisan ini.

"Jangan biarkan perjalananmu menguap begitu saja tidak ada bekasnya" Dodonulis, Menulis Cerita Perjalanan.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
rumah-raden-saleh-di-cikini

Raden Saleh terkenal dengan karya seni lukis yang sangat memukau. Sang Maestro seni lukis ini hidup jauh sebelum negeri kita merdeka, lahir pada tahun 1811 dan meninggal pada tahun 1880. Raden Saleh hidup di dunia selama 69 tahun, namun karyanya tetap abadi ratusan tahun setelahnya, tak lekang oleh waktu, menginspirasi generasi muda untuk berkarya. Salah satu lukisannya yang paling banyak diperbincangkan adalah Penangkapan Pangeran Diponegoro. 

Selain karya seni lukis, peninggalan Raden Saleh yang terkenal yaitu sebuah rumah yang terletak di kawasan Cikini. Semasa delapan tahun di Jakarta, hampir setiap minggu saya pergi ke Cikini namun belum pernah berkunjung ke rumah tersebut. Oleh karena itu, sebelum meninggalkan Jakarta tahun lalu, saya meniatkan datang langsung berkunjung, agar tidak pergi dengan rasa penasaran. 

Salah satu moda transportasi favorit jika hendak pergi ke Rumah Raden Saleh yaitu dengan menggunakan KRL, stasiun terdekatnya adalah Stasiun Cikini. Saya tidak merekomendasikan jika kalian hendak menggunakan kendaraan pribadi karena lokasi rumahnya terletak di dalam kawasan kompleks Rumah Sakit PGI Cikini. 

Dari stasiun, saya jalan kaki hanya sekitar satu kilometer, menurut saya itu jarak yang cukup dekat. Percayalah, jalan kaki di kawasan Cikini itu menyenangkan, lingkungannya sejuk, trotoarnya lebar, dan banyak spot kuliner yang menarik. Cocok bagi kalian yang mempunyai target 1.000 hingga 5.000 langkah sehari. 

bubur-cikini

Nah saran saya, berangkatlah pada pagi hari. Sarapan dulu dengan bubur Cikini yang terletak di seberang stasiun, ambil tempat duduk di lantai dua, spot yang menurut saya menarik, kita bisa menyaksikan kesibukan kawasan Cikini di pagi hari, terkadang ide-ide itu muncul secara acak. 

rumah-sakit-pgi-cikini-rumah-raden-saleh

Setelah tiba di Rumah Sakit PGI Cikini, saya celingukan mencari posisi pintu masuk, sempat bingung dan ragu di mana pintu masuk Rumah Raden Saleh-nya, atau jangan-jangan saya salah lokasi. Untunglah ada Pak Satpam yang menjelaskan dengan ramah. Lokasi rumahnya terletak di dalam kawasan rumah sakit tersebut. Di sana, berdiri indah sebuah rumah dengan arsitektur yang khas.

rumah-raden-saleh

Waktu itu saya sempat berbincang dengan satpam yang sedang berjaga. Kini rumah Raden Saleh tidak dibuka untuk publik, jadi pengunjung tidak bisa masuk ke dalam rumah karena alasan keamanan. Meski tidak bisa masuk, bagi saya melihat dari luar saja sudah cukup untuk mengagumi keunikan rumah ini, kawasan di sekitarnya juga sejuk dengan banyak pohon-pohon besar. 

chapel-gereja-kecil-dekat-rumah-raden-saleh

Terdapat sebuah chapel yang berada di dekat rumah tersebut. Gereja kecil yang indah dengan nuansa putih.Gereja kecil ini masih digunakan hingga sekarang. Karena berada di kawasan rumah sakit, di sana saya melihat bangsal-bangsal rumah sakit yang masih berarsitektur kuno khas zaman dahulu.  

bangsal-rumah-sakit-pgi-cikini

Karena datang sendirian, saya tidak terlalu banyak berkeliling. Setelah memotret beberapa foto, saya memutuskan untuk keluar dan beranjak menuju Taman Ismail Marzuki (TIM). Di sana terdapat sebuah lukisan wajah seorang Raden Saleh, terletak di antara belakang planetarium dan Gedung Bhakti Budaya. Jika datang ke Jakarta, Cobalah sesekali mampir ke sana, kawasan TIM sejak dulu hingga sekarang selalu hidup dengan aktivitas anak-anak muda. 

lukisan-raden-saleh-di-tim

bakmi-roxy-cikini

Nah setelah setengah hari berkeliling kawasan Cikini, banyak spot favorit jika hendak mengisi kembali energi yang sudah kosong karena kelelahan. Ada dua spot makan yang paling sering saya datangi, pertama yaitu RM Ampera 2 Tak Cikini, lalu yang kedua Bakmi Roxy. Kedua tempat makan tersebut harganya terjangkau dengan rasa yang enak. Biasanya sih kalau sudah makan malas banget untuk gerak. Oleh karena itu, ketika pulang saya sering naik angkot Jak-10A menuju stasiun Cikini dengan biaya 0 rupiah. 

Artikel ini sudah lama mengendap di draft, juga dengan artikel-artikel lain yang belum saya edit dan tulis. Senang rasanya masih konsisten menulis di blog ini selama bertahun-tahun. Salam takzim, dodonulis yang masih terus belajar menulis.

Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
perpustakaan-kota-pangkalpinang-buka-sabtu-dan-minggu

Semarak pemilihan ulang Wali Kota dan Wakil Wali Kota Pangkal Pinang semakin meriah menjelang hari pencoblosan tanggal 27 Agustus 2025. Bagi saya, siapapun yang terpilih, saya harap bisa peduli dengan minat baca dan literasi para warganya, terutama para generasi emas yang saat ini masih mengenyam pendidikan. Menurut hemat saya, cara terbaik melahirkan generasi emas adalah dengan meningkatkan minat baca dan literasi, salah satunya adalah melalui perpustakaan di tiap daerah.

Kota Pangkal Pinang sudah mempunyai gedung baru perpustakaan yang diresmikan Tahun 2023 yang lalu. Mengutip dari website resmi Dinas Perpustakaan dan Arsip, Gedung layanan perpustakaan Kota Pangkal Pinang dibangun dengan mengunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Subbidang Perpustakaan Tahun Anggaran 2022 untuk perluasan senilai Rp 4,19 Miliar. 

Gedung layanan perpustakaan Kota Pangkal Pinang terletak di lokasi yang sangat strategis, berdiri di dekat titik nol kilometer. Gedung Perpustakaan yang baru diharapkan dapat meningkatkan semangat dalam menumbuhkan minat baca dan literasi.  Di samping menyediakan ruang utama membaca, Perpustakaan Kota Pangkal Pinang juga menyediakan ruang ramah anak-anak di bagian sudut lantai satu serta ruang pertemuan di lantai dua.

Gedung dua lantai tersebut mempunyai tempat yang nyaman untuk membaca dan mengerjakan tugas. Dari sisi fasilitas penunjang, Perpustakaan Kota Pangkal Pinang juga dilengkapi kursi dan meja yang modern, terminal listrik, serta pendingin ruangan. Selain itu terdapat loker untuk menitipkan tas serta toilet yang bersih. 

Para petugas juga sangat ramah dalam memberikan pelayanan. Perustakaan Kota Pangkal Pinang sudah dilengkapi sistem yang bernama OPAC (Online Public Access Catalog) yang membuat pengunjung dapat dengan mudah mencari referensi bacaan yang mereka inginkan. Jumlah koleksi buku di Perpustakaan Kota Pangkal Pinang juga sudah memadai, terdapat referensi buku pelajaran, pengembangan diri, buku religi, hingga buku-buku fiksi seperti novel dan komik. 

Pengunjung dapat mendaftarkan diri menjadi anggota perpustakaan yang di mana salah satu keuntungannya adalah dapat meminjam koleksi buku-buku perpustakaan. Tentunya buku-buku tersebut wajib dikembalikan sesuai jangka waktu peminjaman yang tertera di formulir.

Sampai dengan tahun 2024, jam operasional perpustakaan buka dari hari Senin s.d. Sabtu. Namun sayangnya pada awal tahun 2025, jam operasional diubah. Menurut sumber resmi sosial media instagram Dinas Perpustakaan Kearsipan Pangkal Pinang, jam layanan perpusatakaan hanya buka di hari Senin s.d. Jumat saja. Mohon maaf sekali, menurut pandangan pribadi saya ini adalah sebuah kemunduran bagi dunia literasi di kota ini.  

Apakah jam operasional berubah karena terdapat efisiensi anggaran? Jika iya, apakah harus bidang literasi yang harus dikorbankan dengan mengubah jam operasional perpustakaan.  Kehadiran perpustakaan saat ini menjadi salah satu obat paling ampuh dalam meningkatkan minat baca dan literasi. Saya paham jika perpustakaan buka di hari Sabtu dan Minggu, maka harus ada biaya operasional dan belanja pegawai yang harus dikeluarkan. 

Saya berharap, pimpinan Kota Pangkal Pinang yang akan terpilih nantinya dapat memberikan kebijakan yang solutif untuk mengatasi itu. Bukankah para calon pemimpin Kota Pangkal Pinang sangat peduli dengan minat baca dan literasi?

 Saya juga mendukung Pustakawan dan Tenaga Administrasi harus diberikan upah atau uang lembur yang layak jika harus betugas di hari Sabtu dan Minggu. Selain itu, mungkin bisa dibuatkan pembagian jam kerja yang adil dan objektif. 

Jika hanya buka di hari kerja dan sekolah, praktis anak-anak hanya mendapatkan waktu yang sedikit  untuk ke perpustakaan, hanya bisa ketika pulang sekolah saja, itupun waktunya sudah mepet karena perpustakaan tutup pada jam 15.30 WIB. Orang tua yang sibuk bekerja juga tidak bisa menemani dan membiasakan anak-anak mereka berkunjung ke perpustakaan.

Jika memang pimpinan kota peduli tentang literasi, menurut hemat saya seharusnya jam operasional perpustakaan kota Pangkal Pinang direvisi kembali. Jika perpustakaan kota buka pada hari Sabtu dan Minggu, tutup hanya ketika Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama. Jika hal ini terealisasi, merupakan suatu kesempatan yang baik bagi para pelajar dan orang tua untuk datang ke perpustakaan. 

Anak-anak perlu tempat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mereka melalui kegiatan membaca buku di perpustakaan. Karena buku merupakan jendela dunia. Agar anak-anak tidak kalah dengan gempuran media sosial dan kecanduan bermain gadget.

Selain jam operasional, buku-buku di perpustakaan kota harus ditambah. Warga, Pelajar, dan Anak-anak perlu diberikan asupan literasi yang banyak. Oleh karena itu, saya harap terdapat penambahan buku yang beragam, agar semangat membaca tidak pudar. Kota Pangkal Pinang sebagai ibu kota Provinsi harusnya menjadi teladan yang baik bagi daerah-daerah lain di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kepada empat Cawalkot, siapapun yang terpilih, bisakah Perpustakaan Kota Pangkal Pinang buka di hari Sabtu dan Minggu?

Salam Takzim, Dodonulis, Warga Kota Pangkal Pinang.


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
pulau-ketawai-bangka

Pulau Bangka mempunyai banyak pilihan wisata pantai dengan view yang menakjubkan. Seperti Pantai Matras dan Turun Aban di Sungai Liat misalnya, karakteristik pantainya yaitu mempunyai pasir putih dan batu granit besar. Lalu bagaimana dengan keindahan terumbu karang di bawah laut Pulau Bangka? Apakah di sini mempunyai wisata hoping island? 

Dua pertanyaan tersebut semua jawabannya ada di Ketawai. Ada banyak penyedia jasa open trip ke pulau ini. Kita tidak hanya akan diajak ke Pulau Ketawai saja, melainkan ke Pulau Gusung Asam dan spot snorkeling di dekat sana. 

Memang keindahan spot snorkeling di Ketawai masih kalah dan kurang terkenal seperti Pulau Lengkuas di Belitung. Namun karena sudah rindu berenang di laut, saya mengajak Em untuk ke Ketawai. Kami mencoba mencari penyedia open trip ke sana, karena tidak mungkin pergi hanya berdua saja, biaya sewa kapalnya lumayan.  

Salah satu penyedia open trip sehari ke Pulau Ketawai adalah Giagik, berikut sosial media instagramnya : https://www.instagram.com/giagik/ . Ada beberapa paket pilihan yaitu silver, gold, dan platinum. Fasilitas yang didapatkan tidak jauh berbeda. Kita juga akan berada di kapal yang sama. 

Kami tertarik memilih paket platinum karena akan mendapatkan alas karpet. Ini penting banget soalnya biar bisa duduk di pasir pantai dengan alas karpet, kita juga tidak perlu repot membawa karpetnya dari dermaga karena sudah disediakan langsung di Pulau Ketawai.

Hanya paket gold dan platinum saja yang mendapatkan makan siang. Saran saya kalau memilih paket silver harus siap membawa bekal karena di Pulau Ketawai tidak ada warung makan. Bahkan pedagang yang jual indomie saja di sana tidak ada. Hanya ada yang menjual kelapa muda segar yang diambil langsung dari pohon kelapa di pulau ini. 

paket-open-trip-pulau-ketawai

Informasi paket open trip ke Ketawai bersama Giagik dapat dilihat pada gambar di atas. Harga yang tertera pada bulan mei 2025, mungkin saja saat ini sudah berubah. Kalian bisa langsung chat/dm saja adminya untuk konfirmasi lebih lanjut.

Perjalanan ke Dermaga Kurau

dermaga-kurau

Untuk menuju Pulau Ketawai, Saya dan Em harus berangkat ke Dermaga Kurau di Kabupaten Bangka Tengah. Jaraknya kurang lebih 50 menit dari rumah kami di Kota Pangkalpinang. Giagik tidak menyediakan meeting point di Kota Pangkalpinang, kecuali kalau kita memilih private trip. 

Satu hari sebelum keberangkatan, kita akan dimasukkan ke grup whatsapp untuk mempermudah koordinasi. "Peserta open trip harus sudah tiba di Dermaga Kurau sebelum pukul tujuh ya kak" tulis seorang guide di grup tersebut. Berarti kami harus berangkat dari rumah pukul 5.30 pagi, berangkat lebih awal karena saya belum terlalu mahir dalam mengemudi, jadi jalannya agak pelan.

Namun ada-ada saja kendala di hari keberangkatan. Di tengah perjalanan, Em mengalami keram perut, membuatnya tidak nyaman sepanjang jalan menuju ke Dermaga Kurau. Tiba di dermaga kurau, kami langsung mencari toilet. Inilah dramanya, di sana tidak ada fasilitas toilet yang memadai. Semua kamar toilet rusak dan tidak ada air bersihnya. Padahal Dermaga Kurau ini berukuran besar, bahkan menyatu dengan tempat pelelangan ikan.

Untungnya saya tidak mudah panik karena sudah sering ke tempat publik yang fasilitas umumnya kurang baik seperti ini. Saya ajak Em ke rumah warga di dekat dermaga. Keramahan warga di sekitar dermaga membuat perjalanan ini terasa lebih spesial. Mereka memperbolehkan Em untuk numpang ke toilet di rumahnya.

Perjalanan ke Pulau Ketawai

sungai-kurau

Pukul 7.20 menit. Suasana dermaga sudah ramai. Ini situasi yang normal ketika akhir pekan. Masyarakat di Pulau Bangka bahkan wisatawan dari luar daerah banyak yang pergi ke Pulau Ketawai untuk refreshing.  Pendamping kami dari Giagik mengecek kelengkapan anggota trip kali ini. Setelah jumlahnya lengkap lima belas orang, kami bergerak menaiki kapal fiberglass berukuran kecil. Tiga di antara rombongan kami berasal dari Wisman Tiongkok.

Dermaga Kurau terletak di muara Sungai Kurau yang berbatasan langsung dengan laut. Kondisi perairan sungai saat itu sedang dangkal sehingga tidak memungkinkan bagi kapal kayu untuk merapat ke dermaga. Oleh karena itu kami menggunakan kapal kecil terlebih dahulu, lalu berpindah ke kapal kayu yang sudah menunggu di perairan laut. Saya senang sekali melihat hutan mangrove yang masih terjaga, keberadaan mangrove sangat penting di ekosistem.

kapal-ke-pulau-ketawai

Cuaca waktu itu sedang terik, jangan lupa membawa sunscreen bagi kalian yang hendak berlibur ke Ketawai. Perjalanan menuju Pulau Ketawai dari dermaga Kurau sekitar satu jam saja. Keindahan Pulau Ketawai langsung tersaji, dermaga pulaunya sederhana dengan jembatan papan yang menjorok ke laut. Tulisan Ketawai berwarna merah menjadi landmark tersendiri di pulau ini, mengundang para wisatawan untuk berswafoto di sana.

Objek Wisata di Ketawai

dermaga-papan-pulau-ketawai

Pulau Ketawai merupakan pulau yang tidak berpenghuni. Menurut informasi di beberapa situs web, luasnya hanya sekitar 32 hektar. Garis pantainya lumayan panjang, banyak pengunjung yang menggelar tikar atau karpet sambil menghadap ke arah laut yang biru. Pengunjung juga bisa memasang hammock yang diikatkan di pohon kelapa.  

tempat-bilas-pulau-ketawai

musola-di-pulau-ketawai

Salah satu keunikan Pulau Ketawai yaitu terdapat sumber air tawar yang melimpah. Jadi pengunjung bisa bilas setelah puas berenang di laut. Fasilitas umum di Pulau Ketawai juga memadai, selain kamar bilas dan toilet, di Pulau Ketawai juga terdapat musola. Pada saat datang ke Ketawai, saya melihat banyak tenda yang berdiri. Di sini rupanya bisa juga berkemah, asalkan sudah meminta izin ke penjaga keamanan di pintu masuk pulau.

Pulau Gusung Asam dan aktivitas snorkeling

pulau-gusung-asam-ketawai

Cuaca tiba-tiba berubah dengan cepat, awan hitam bergumul di atas Pulau Ketawai. Membuat jadwal kami berubah. Kami baru bisa pergi ke Pulau Gusung Asam dengan kapal ketika jam dua siang. Menunggu hujan berhenti dan ombak lebih tenang terlebih dahulu.

bintang-laut-di-gusung-asam-ketawai

Melihat keindahan Pulau Gusung Asam menjadi bagian favorit saya di perjalanan kali ini. Ciri khasnya adalah pasir timbul yang di kedua sisinya terdapat air laut yang jernih dan biru. Saya langsung mengambil alat snorkeling di kapal, melihat gemasnya kelomang dan bebatuan kecil yang mempesona. Sekitar Pulau Gusung Asam juga dapat ditemui bintang laut.

Setelah hampir 1,5 jam menikmati keindahan Gusung Asam, kami beranjak menuju spot terumbu karang. Tidak banyak pilihan spot tereumbu karang di wilayah sekitar Bangka, namun untuk sekedar melepas kerinduan snorkeling sih menurut saya sudah lumayan puas. 

Sunset di Pulau Ketawai

sunset-pulau-ketawai-bangka

sunset-pulau-ketawai

Setelah selesai snorkeling , kami kembali ke Pulau Ketawai untuk bilas dan bersih-bersih. Karena jadwal yang melorot akibat hujan, kami pulang ketika langit mulai gelap. Namun kami beruntung dapat melihat sunset yang begitu indah di Pulau Ketawai. Ketika hendak pulang, saya melihat beberapa pengunjung membawa alat pancing.

Perjalanan yang menyenangkan dan membekas. Jangan terlalu berekspektasi tinggi dengan keindahan Pulau Ketawai, tetapi sepulang dari pulau ini, rasa-rasanya saya tertarik berkunjung kembali :).


Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Older Posts

Buku Menulis Cerita Perjalanan

Buku Menulis Cerita Perjalanan
Pada tahun 2023, buku pertama saya berjudul Menulis Cerita Perjalanan resmi diterbitkan oleh Penerbit Jejak. Melalui buku ini saya menceritakan perjalanan selama berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia. Saya ingin perjalanan-perjalanan tersebut, tidak menguap begitu saja tidak ada bekas dan jejaknya. Jika para pembaca tertarik membacanya dapat klik gambar buku atau melalui link berikut : Shopee : https://id.shp.ee/hXGJwGT dan Toko Buku Jejak : https://tokobukujejak.com/detail/menulis-cerita-perjalanan-FCONM.html

Popular Posts

  • Sleeper Bus Palembang Jakarta, Memangnya Ada?
  • Perjalanan ke Banda Neira Dengan Pesawat Sam Air
  • Naik Kapal Dari Muntok ke Tanjung Api-Api Membawa Mobil Pribadi
  • Kolam Renang Bojana Tirta, Murah dan Nyaman
  • Untukmu yang Baru Pertama Kali Menggunakan Kereta Bandara Soekarno Hatta

Tentang Penulis

Halo para pembaca, penulis adalah seorang pemuda kelahiran tahun ’97. isi blog ini seputar cerita dan catatan penulis ketika berkunjung di beberapa provinsi di Indonesia, tujuan membuat blog ini supaya dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama yang mempunyai hobi traveling. penulis dapat dihubungi dengan berkirim email ke dodonulis1@gmail.com

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

Mencoba Bertahan - G.A.V.K - Song - 2022

recent posts

    Pages

    • Privacy Policy
    • About Me
    • Disclaimer
    • Contact

    BloggerHub

    BloggerHub Indonesia

    Created with by ThemeXpose